30 Oktober 2010

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN INFERTILITAS

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN INFERTILITAS

I. PENGERTIAN.
Infertil adaalaah ketidak mampuan ibu untuk mengandung, setelah paling tidak sati tahun dalam hubungan yang normal dan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Infertil adalah kemungkinan ketidak mampuan untuk menghasilkan, ketidak mampuan untuk mengandung dan memelihara anak menjadi suatu pada dewasa yang sehat.

II. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS.
Pada Pria.
1. Prekuensi koitus.
2. Abnormalisasi anatomi dari sistim reproduksi.
3. Defisiensi nutrisi berat.
4. Kebiasaan sosial seperti penyalah gunaan alkohol atau obat-obatan, dll.

Pada Wanita.
1. Defisiensi nutrisi serius.
2. Hal-hal yang mengganggu perkembangan ovum yang sehat.
3. Hal-hal yang menggangu penyimpangan sperma dalam vagina.
4. Keadaan penyakit kronis.
5. Kebiasaan sosial seperti : alkohol, obat-obatan dll

III. HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN.
Dengan banyknya penyebab inferilitas merupakan hal yang penting bagi pasangan yang menginginkan anak untuk menjalani pemeriksaan diagnostik yang ekstensif.

IV. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian :
Pada Wanita yang perlu dikaji :
1. Riwayat Menstruasi : Menarche, siklus haid.
2. Riwayat Penyakit infeksi alat reproduksi.
3. Riwayat Penyakit dan Pembedahan.
4. Riwayat Kontrasepsi , Penggunaan kontrasepsi hormon.
5. Riwayat Kebiasaan : diet, istirahat, merokok, alkohol, obat-obatan dll.
6. Riwayat hubungan seksual : waktu, frekuensi, posisi coitus.

Pada Pria yang perlu dikaji :
1. Riwayat Penyakit : Atropi testis, varicocel, hernia inguinalis dll.
2. Bagaimana tingkat ereksi.
3. Riwayat kebiasaan : merokok, alkohol, obat-obatan, diet dll.

B. Diagnosa Keperawatan yang muncul .
a) Harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan fungsi tubuh terhadap ketidak mampuan untuk mengandung. ( konsepsi )
b) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan pelaksanaan prosedur dan pemecahan masalah.
c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang anatomi fisiologi seksual dan tehnik coitus.

C. Intervensi Keperawatan.
1. DX I
Harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan fungsi tubuh terhadap ketidak mampuan untuk mengandung. ( konsepsi )
Tujuan :
Menunjukkan ketidak tepatan perubahan dalam konsep diri tanpa menegatifkan harga diri.
Intervensi :
1. Identifikasi masalah peran sebagi wanita, istri, ibu, wanita karir dan sebagainya.
2. Dorong pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan datang.
3. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya mis : marah, bermusuhan dan berduka.
4. Berikan penguatan positif untuk meningkatkan / perbaikan dan partisipasi perawatan diri / program pengobatan.
5. Yakinkan perasaan / masalah pasangan sehubungan dengan aspek seksual dan berikan informasi dan dukungan.

2. DX II.
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan pelaksanaan prosedur dan pemecahan masalah.
Tujuan :
Dapat melaporkan rentang perasaan yang tepat.
Intervensi :
1. Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, dan therapi yang akan datang.
2. Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostik.
3. Berikan lingkungan perhatian , keterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk pasien / orang terdekat.
4. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut.

3. DX III.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang anatomi fisiologi seksual dan tehnik coitus
Tujuan :
Dapat menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
1. Kaji proses penyakit dan harapan yang akan datang.
2. Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makan dan pemasukan cairan yang adekuat.
3. Anjurkan untuk mengurangi kebiasan –kebiasaan yang jelek seperti : merokok, minum-minuman yang beralkohol dan penggunaan obat-obatan.
4. HE untuk memilih makanan yang dapat meningkatkan kesuburan.
5. HE untuk menghitung masa subur.

Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Hiperemisis Gravidarum

Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Hiperemisis Gravidarum

I. Tinjauan teori
A. Pengertian
Hiperemisis Gravidarum merupakan gejala mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan trimester I , umumnya terjadi pada pagi hari , tetapi dapat pula terjadi pada malam hari atau setiap saat dan gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung kurang lebih 12 minggu ( Prof. Dr . dr. Sarwono.P. Ed : 8 ,Tridasa printer )
Hiperemisis Gravidarum merupakan gangguan berupa mual dan muntah yang sering dijumpai pada kehamilan muda , terutama ditemukan pada primigravida , kehamilan ganda , dan mola hydatidosa , dimana keluhan mual dan muntah sangat berlebihan hingga berat badan sangat turun , turgor kulit menurun , diuresis kurang dan timbul aceton dalam urine . ( bag. Obgyn Fakultas kedokteran Univeersitas Padjadjaran , Bandung , 1984 )
Hiperemisis Gravidarum merupakan sindrom mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan trimester I dalam intensitas yang besar , sehingga memerlukan hospitalisasi demi keberhasilan manajemen pemberian cairan . ( Cunninghan mac Donald , Gant , Ed 18 ,1995 )
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hiperemisis Gravidarum merupakan sindrom / kumpulan gejala mual dan muntah dalam intensitas yang besar , terutama terjadi pada kehamilan trimester I pada UK : 6 – 12 minggu .
Hiperemisis Gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan / derajat .
tingkat I :Muntah terus menerus yang mempengaruhi KU penderita ibu merasa lemah , nafsu makan tidak ada BB menurun , nyeri Epigastrium , nadi meningkat sekitar 100 x / menit , TD sistolik menurun , turgor kulit menurun , lidah kering dan mata cekung .
Tingkat II : Pasien lebih lemah dan apatis , turgor kulit lebih menurun , lidah kering dan kotor , nadi kecil dan cepat , suhu kadang – kadang naik dan mata sedikit ikterik , BB turun , mata cekung , tekanan darah menurun , hemokonsentrasi ,Oliguria dan konstipasi , napas bau aceton .
Tingkat III : Kondisi lebih parah , muntah berhenti , kesehatan menurun dari somnolen sampai koma , nadi cepat dan kecil , suhu meningkat , tekanan darah menurun , komplikasi fatal pada susunan saraf pusat yang dikenal dengan Ensepalopaty Wernicke dengan gejala : nistagmus , diplopia dan perubahan mental.



















B. WOC




























C . KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMISIS GRAVIDARUM

1. PENGKAJIAN

Data Fokus didapatkan pada pengkajian ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum antara lain :

a. Data subyektif :
Ibu hamil mengatakan makan sedikit – sedikit atau tidak bisa makan , mengeluh mual , muntah terus – menerus umumnya pada pagi hari , tapi dapat berlangsung pada malam hari atau setiap saat , mengeluh nafsu makan tidak ada , mengeluh badan lemas , cepat merasa lelah , pusing dan nyeri epigastrium , ibu merasa cemas dengan kondisi kehamilannya .


b. Data obyektif :
Berat badan menurun , muntah berlebihan dan terus – menerus , turgor kulit menurun , tampak pucat , nadi meningkat / takikardia , tekanan darah menurun , mukosa bibir kering , lidah kotor , oliguria , konstipasi , hipersalivasi , malaise , kulit dingin dan basah , mata cekung , ibu tampak cemas , sedih , bingung , pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan penurunan kadar Hb dan hemokonsentrasi .


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada pengkajian ibu hamil dengan Hiperemisis gravidarum antara lain :
a. Mual berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan : pasien mengeluh mual , nafsu makan tidak ada , nyeri / perasaan nek pada epigastrium , hipersalivasi , tampak pucat , takikardia , kulit dingin dan basah .
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah ditandai dengan muntah terus – menerus , berat badan menurun , membran mukosa dan lidah kering , mata cekung , turgor kulit menurun , mual , anorexia , oliguria , hemokonsentrasi .
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan keinginan untuk makan sekunder akibat mual , muntah , anorexia ditandai dengan : pasien mengatakan makan sedikit – sedikit atau tidak bisa makan , berat badan menurun , nyeri tekan pada epigastrium , konstipasi , tampak pucat , penurunan kadar hb .
d. intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan transport oksigen sekunder akibat hipopolemia ditandai dengan : pasien mengeluh badan lemas , cepat lelah , pusing , takikardia , malaise .
e. Ancietas berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang efek kehamilan pada sisitem tubuh ( gastrointestinal ) ditandai dengan ibu mengeluh cemas dengan kondisi kehamilannya , tampak cemas , sedih , bingung , takikardia .

3. PERENCANAAN
Perencanaan merupakan langkah ketiga dari proses keperawatan setelah perumusan diagnosa keperawatan . Adapun perencanaan untuk diagnosa keperawatan diatas antara lain :
DX I : MUAL
Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan ibu hamil melaporkan keluhan mual mereda / berkurang .
Intervensi :
a. Jelaskan penyebab mual dan durasinya bila diketahui
Rasional : Pasien mengerti penyebab mual pada kehamilan
b. Anjurkan pasien makan sedikit – sedikit tapi sering , makan dengan perlahan , menu disesuaikan dengan kebutuhan pasien .
Rasional : mengurangi perasaan mual , meningkatkan selera makan , dan memenuhi kebutuhan nutrisi klien .
c. Jauhkan pemandangan dan bau yang tidak sedap dari area makan
Rasional : pemandangan dan bau yang tidak sedap menurunkan selera makan , dan merangsang terjadinya mual dan muntah .
d. Anjurkan klien untuk istirahat pada posisi semifowler setelah makan dan mengganti posisi secara perlahan
Rasional : mengurangi ketegangan pada lambung , menurunkan produksi hcl lambung , sehingga mengurangi perasaan mual .

e. Berikan HE tentang tehnik mengurangi mual
- Hindari bau makanan , dan stimuli yang tidak mengenakkan
- Kendurkan pakaian sebelum makan
- Duduk ditempat yang udaranya segar
- Hindari berbaring sedikitnya 2 jam setelah makan
Rasional ; meningkatkan pengetahuan pasien tentang tehnik – tehnik mengurangi mual
f. Delegatif pemberian therapi B6 dan anti emesis
Rasional : mengurangi parasaan mual dengan bakerja langsung pada susunan saraf pusat khususnya pada pusat pengatur muntah .

DX II : KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan ibu hamil tidak mengalami tanda – tanda kekurangan cairan
INTERVENSI :
a. Berikan cairan yang disukai pasien dalam batasan diet
Rasional : meningkatkan masukan cairan sehingga tidak terjadi dehidrasi .
b. Pantau masukan cairan sedikitnya 2000 ml / hari
Rasional : menjamin pemenuhan kebutuhan cairan perhari
c. Pantau haluaran urine sedikitnya 1000 – 1500 ml / hari , lakukan balance cairan
Rasional : menyesuaikan antara masukan dan pengeluran cairan
d. Pantau tanda – tanda vital , turgor kulit , membran mukosa
Rasional : merupakan indikator adekuatnya volume sirkulasi dan perfusi jaringan
e. Delegatif pemberian therapy cairan parentral
Rasional : untuk rehidrasi dan mengurangi risiko kekurangan volume cairan

DX III : PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan kebutuhan nutrisi ibu hamil dapat terpenuhi
INTERVENSI :
a. Puasakan pasien selama 1 x 24 jam / sampai muntah berhenti
Rasional : Mengistirahatkan dan mengurangi ketegangan pada lambung
b. Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Porsi kecil dapat meningkatkan masukan dan mengimbangi pemenuhan kebutuhan kalori harian pasien
c. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Berat badan merupakan indikator status nutrisi baik / buruk
d. Berikan HE tentang :
- Saat bangun pagi pasien jangan langsung turun dari tempat tidur , tetapi sebaiknya makan roti kering / biskuit dengan teh hangat
- Hindari makan makanan yang berminyak dan mengandung lemak tinggi
- Makanan / minuman hendaknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
Rasional : Usaha – usaha tersebut untuk mengurangi ketegangan lambung , perasaan mual dan mengurangi frekuensi muntah .
e. Tempatkan pasien pada ruangan tersendiri , kamar yang tenang , dengan peredaran udara yang baik .
Rasional : Memberi ketenangan pada pasien , menghindari stimulus / rangsangan yang menimbulkan mual dan muntah
f. Delegatif pemberian therapi B1 dan B6
Rasional : Untuk mengurangi mual dan muntah

DX IV: INTOLERAN AKTIFITAS
Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan ibu hamil mengalami penurunan gejala – gejala intoleran aktifitas

INTERVENSI
a. Kaji kemampuan pasien dalam berpartisipasi dalam aktifitas sehari – sehari
Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan pasien dalam beraktifitas
b. Rencanakan periode istirahat yang adekuat
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan dan menyimpan energi untuk penyembuhan
c. Berikan bantuan dalam ADL klien
Rasional : Memberi rasa aman pada pasien , memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang dibutuhkan .
d. Berikan HE tentang :
- Menghindari aktifitas fisik yang berlebihan
- Pentingnya istirahat untuk memulihkan tenaga / energi
Rasional : Menghemat penggunaan energi dan menurunkan kebutuhan metabolik
e. Tingkatkan partisipasi sesuai dengan toleransi pasien
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri pasien dan membatasi rasa frustasi

DX V : ANCIETAS
Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan ibu hamil dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ancietas

INTERVENSI :
a. Jelaskan prosedur tindakan sebelum memulai tindakan , beri penjelasan sesuai kebutuhan pasien
Rasional : Ancietas dan ketidaktahuan dapat diperkecil dengan pemberian informasi / pengetahuan
b. Berikan HE tentang mual dan muntah pada kehamilan muda adalah hal yang fisiologis dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien dan memberi rasa aman .
c. Dorong dan beri kesempatan pada pasien untuk bertanya dan menyatakan masalah
Rasional : Memberi perasaan terbuka dan memberikan informasi yang membantu mengatasi masalah .
d. Dorong keluarga / orang terdekat ( suami ) untuk berpartisispasi dalam pemberian asuhan
Rasional : Keterlibatan keluarga meningkatkan perasaan berbagi , dan menguatkan perasaan berguna dan meningkatkan rasa aman pasien .

4. PELAKSANAAN
Pelaksanaan / implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi .

5. EVALUASI
DX I ( MUAL )
Hasil yang diharapkan :
a. Ibu hamil melaporkan mual mereda / berkurang
b. Ibu hamil mampu mengidentifikasi faktor – faktor penyebab mual
c. Ibu hamil mampu mengidentifikasi tehnik – tehnik untuk mengurangi mual

DX II ( KEKURANGAN VOLUME CAIRAN )
Hasil yang diharapkan :
a. Kebutuhan cairan ibu hamil terpenuhi
b. Tidak terjadi tanda – tanda dehidrasi
c. Muntah berkurang , turgor kulit membaik , membran mukosa lembab , nafsu makan membaik , produksi urine cukup ( 1000 – 1500 cc / hari )

DX III ( PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN )
Hasil yang diharapkan :
a. Ibu hamil melaporkan dapat meningkatkan porsi makan
b. Ibu hamil melaporkan nyeri epigastrium mereda / hilang
c. Tidak terjadi penurunan berat badan
d. Tidak terjadi konstipasi

DX IV ( INTOLERAN AKTIFITAS )
Hasil yang diharapkan :
a. Ibu hamil melaporkan dapat meningkatkan toleransi terhadap aktifitas
b. Ibu hamil tidak mengeluh pusing dan cepat lelah

DX V ( ANCIETAS )
Hasil yang diharapkan :
a. Ibu hamil dapat mengidentifikasi faktor – faktor penyebab ancietas
b. Ibu hamil mampu menggunakan mekanisme koping yang efektif menangani ancietas
c. Ibu hamil tampak lebih tenang


Daftar Pustaka

Cunningham , Mac Donald , gant, ( 1995 ) Obstetri williams Edisi 18 , Jakarta : EGC
Carpenito Lynda Juall,( 2000 ), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8 , Jakarta : EGC
Doengoes E. Marilynn,( 1999 ), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 , Jakarta : EGC
Nanda, (2005-2006), Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Prima Medika
Prawirohardjo Sarwono , Prof. DR . dr,( 2006 ) Ilmu Kebidanan , Jakarta :Yayasan Bina Pustaka



















ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL ” NY Nt”
DENGAN GIII P2002 UK 10 MGG + HIPEREMISIS GRAVIDARUM
DIRUANG PENDET LT III RSU SURYA HUSADHA DENPASAR
DARI TANGGAL 13 – 15 JUNI 2008

I. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 juni 2008 Pkl. 10.00 Wita di ruang Pendet Lt. III RSU Surya Husadha Denpasar . Data diperoleh melalui teknik wawancara , observasi , pemeriksaan fisik dan catatan medis.

A. Identitas
Klien Penanggung
Nama Ny NT Tn. KG.S.
Umur 30 tahun 35 th
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Pekerjaan Karyawan swasta Karyawan Swasta
Alamat Jl. Imam Bonjol No. 198 Dps Jl. Imam Bonjol No. 198 Dps
Pendidikan D3 SI
Agama Hindu Hindu
Status Perkawinan Sudah Menikah Sudah Menikah
Suku Bangsa Bali/ Indonesia Bali/ Indonesia
Hubungan dengan klien - Suami

B. Riwayat Keperawatan
1. Alasan Dirawat
Ibu mengeluh mual dan muntah terus – menerus , pusing
2. Keluhan utama
Ibu mengeluh mual dan muntah



3. Riwayat penyakit
Ibu mengeluh mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu (tgl 30 Mei 2008). Ibu mengatakan sudah telat menstruasi sejak 10 minggu .Ibu sudah pernah kontrol ke dokter spesialis kebidanan , dan mendapatkan therapi Mediamer 3 x 1 tab , Folafit 2 x1 tab . Keluhan mual dan muntah tersebut dirasakan semakin keras dan tidak mengenal waktu sejak 1 minggu yang lalu sampai ibu tidak dapat melakukan aktifitas sehari – hari dan bekerja . Tanggal 12 Juni 2008 , Pkl.16.00 wita, ibu diajak suaminya kontrol kembali ke dokter spesialis kebidanan , dan dari dokter ibu disarankan untuk MRS . Pada tanggal 12 Juni 2008 pk. 18.00 wita ibu datang ke UGD RSU Surya Husadha dengan membawa surat pengantar dari dokter spesialis kebidanan . Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter jaga UGD ibu kemudian MRS dan dipindahkan ke ruangan Pendet Lt. III pada Pkl. 19.00 Wita.
Dx. Medis : GI P0000 UK 10 mgg + Hiperemisis Gravidarum
Therapy saat MRS:
- IVFD RL 40 tts / mnt , selanjutnya Dextrose 10 % 20 tts/mnt
- K/P Narfoz 4 mg ( IV )
- Acitral syr 3 x CI
- Narfoz tab 2 x 4 mg
- Mefinal 2 x 1 tab
- Folafit 2 x 1 tab

4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan mengalami menarche pada umur 13 tahun , dengan siklus 28 hari teratur , jumlah darah yang keluar 3 -4 x ganti pembalut setiap hari . keluhan saat haid seperti nyeri haid jarang terjadi . Hari pertama haid terakhir : tgl 4 April 2008 , tapsiran partus : 11 Januari 2009
b. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini merupakan perkawinan pertama , ibu menikah pada usia 24 tahun .lama perkawinan 6 tahun .


c. Riwayat kehamilan ini
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang ketiga dengan umur kahamilan 10 minggu . ibu mulai memeriksakan kehamilannya pada umur kehamilan 2 bulan ( 8 mgg ) .

d. Riwayat nifas dan keadaan anak sekarang
Ibu mengatakan anak pertama umur 5 tahun perempuan , lahir dengan spontan biasa di RSU Surya husadha , anak lahir sehat dan normal . anak kedua umur 2 tahun perempuan , lahir dengan operasi caesar di RSU Surya husadha , anak lahir sehat dan normal . Indikasi dilahirkan secara operasi oleh karena letak sungsang

e. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
Sebelum kehamilan ketiga ini ibu sebelumnya menggunakan alat kontrasepsi berupa IUD ( Cooper – T ) . Selama menggunakan alat kontrasepsi tersebut ibu tidak mengalami keluhan apapun .

f. Riwayat penyakit yang pernah diderita klien
Ibu mengatakan pernah dirawat di RSU Surya Husadha karena mengalami gastritis kronis . riwayat penyakit serius lainnya seperti penyakit kandungan Hipertensi , DM , Jantung , asma dan lain – lain tidak ada .

g. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya dan dalam keluarga suami tidak ada yang menderita penyakit kronis seperti : hipertensi , DM , Jantung , stroke dan lain – lain .

h. Riwayat penyakit hubungan seksual yang pernah diderita klien maupun suami
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keluhan – keluhan yang mengarah pada penyakit hubungan seksual seperti : keputihan gatal dan berbau , rasa gatal pada alat kelamin . demikian pula halnya dengan suaminya .


C. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Ibu mengatakan tidak ada kesulitan saat bernafas baik saat menarik maupun mengeluarkan nafas .

b. Makan/ Minum
Ibu mengatakan mengeluh mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu sampai saat ini . Ibu mengeluh tidak ada nafsu makan , hanya bisa makan sehari 3 x ( 2 – 3 ) sendok makan , dengan menu nasi hangat , lauk dan sayur . Ibu lebih suka makan buah – buahan segar seperti : jeruk , mangga dan apel .Ibu mengalami muntah terutama pagi hari , tapi akhir – akhir ini ibu mengeluh muntah terus – menerus tidak mengenal waktu . saat pengkajian ibu sudah muntah sebanyak 5 x keluar air dan sisa – sisa makanan . Ibu biasa minum air putih 5 gelas / hari (1000 cc). Ibu mengatakan takut untuk minum terlalu banyak karena akan merangsang muntah .

c. Eleminasi
- Bab
Ibu biasa Bab 1x/hari dengan konsistensi lembek, warna: kuning, saat pengkajian ibu mengatakan sudah Bab 1x pada pagi harinya. Warna : kuning, konsistensi : lembek, gangguan Bab: tidak ada.

- Bak
Ibu mengatakan di rumah Bak 6-8x/hari, warna urine jernih, jumlah ± 100-200 cc tiap kali Bak. Saat pengkajian Ibu mengatakan sudah Bak 6x/hari. Jumlah: 200 cc tiap kali Bak. Warna urine : kuning jernih, bau khas pesing, kesulitan saat bak: tidak ada.

d. Gerak Aktivitas
1. Kemampuan untuk ADL
Sebelum hamil Ibu mengatakan mampu untuk makan, minum, mandi, berpakaian dan menggunakan telepon sendiri. Saat ini kebutuhan ADL Ibu masih dapat dilakukan sendiri . namun Ibu mengatakan cepat merasa lelah disertai dengan pusing bila beraktifitas seperti : memasak , mencuci maupun pekerjaan rumah tangga lainnya , walaupun hanya sebentar.

2. Kemampuan untuk Mobilisasi
Di rumah Ibu dapat melakukan mobilisasi jalan, duduk. Berdiri sendiri. Saat ini mobilisasi ibu dibantu petugas dan keluarga. Ibu tampak cepat lelah bila melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan, dan disertai keluar keringat dingin, pernafasan cepat, nadi cepat serta tekanan darah naik.

e. Istirahat / Tidur
Ibu mengatakan di rumah tidur selama 8 jam (pk.22.00-05.00 wita) pada malam hari dan tidur 1 jam pada siang hari. Saat pengkajian ibu mengatakan malam harinya ibu dapat tidur ± 7jam ( pk.22.00-05.00 wita ), dan jarang terbangun . tidur cukup nyenyak . Pada siang hari klien tidur ± 1-2 jam.

f. Pengaturan Suhu Tubuh
Ibu mengatakan tubuhnya tidak merasa panas ataupun dingin. Ibu mengatakan cukup nyaman dengan suhu ruangan.

g. Kebersihan Diri
Ibu mengatakan di rumah biasa mandi 2x/ hari. (pagi dan sore) dengan menggunakan sabun mandi. Ibu menggosok gigi 2-3 x/hr hari saat mandi dan sebelum tidur pada malam hari. Ibu biasa keramas 2-3 kali seminggu dengan menggunakan shampo. Saat ini ibu mandi 2x/ hari (pagi & sore) dibantu oleh petugas. Ibu menggosok gigi 2x/hari saat mandi. Saat pengkajian ibu belum keramas oleh karena kondisi yang belum memungkinkan. Ibu mengganti pakaian 1-2x/ hari dibantu oleh keluarga dan petugas. Pakaian yang digunakan cukup bersih dan rapi, kuku ibu pendek dan cukup bersih.

h. Rasa Nyaman
Ibu mengatakan tidak nyaman karena rasa mual dan muntah yang terus – menerus . ibu juga mengeluh nyeri pada epigastrium .ibu sangat takut untuk makan , karena makan sedikit saja sudah ingin muntah. Ibu juga mengeluh pusing dan merasa lebih baik bila tiduran , ibu tampak pucat , kulit dingin dan basah.

i. Rasa Aman
1. Aman Psikis
Ibu mengatakan agak cemas dengan penyakitnya,ibu merasa takut dengan kondisi kehamilannya , karena nutrisi tidak bisa masuk akibat muntah terus – menerus . namun ibu merasa aman karena suami selalu menunggui dan memberikan dukungan terhadap ibu . Selama pemberian tindakan keperawatan ibu tampak kooperatif dan memberikan respon yang positif. Ekspresi ibu tampak sedih dan cemas .

2. Rasa Aman Fisik
Ibu mengatakan secara fisik ibu merasa aman karena tempat tidur dilengkapi sampiran / penghalang , sehingga ibu tidak takut terjatuh . ibu juga merasa aman karena suami selalu menunggui ibu . ibu merasa cukup nyaman dengan penataan ruangan yang ditempati .

j. Sosial
Komunikasi ibu dengan anggota keluarga maupun petugas berjalan lancar. Ibu dapat memberikan respon verbal yang positif terhadap pertanyaan yang diajukan petugas. Orientasi ibu terhadap tempat, waktu dan orang baik. Ibu mengatakan hubungan sosial dengan keluarga maupun lingkungan sekitarnya berjalan baik.

k. Pengetahuan/ Belajar
Ibu mengatakan cukup mengerti bahwa mual muntah pada kehamilan adalah hal yang wajar . namun ibu tidak mengerti mengapa mual dan muntah yang dialami saat ini sangat berlebihan , berbeda dengan kahamilan pertama dan kedua .ibu juga menanyakan bagaiman usaha yang dapat dilakukan dirumah untuk mengurangi keluhan mual dan muntah .

l. Rekreasi
Hobby ibu adalah membaca buku dan menonton TV, selama dirawat ibu mengisi waktu luangnya dengan tidur dan berinteraksi dengan anggota keluarga yang menungguinya. Ibu mengatakan hobbinya tersebut tidak dapat dilakukan saat ini , karena kondisinya yang lemah .

m. Prestasi
Ibu mengatakan sehari – harinya ia bekerja di bank . namun semenjak hamil ketiga ini , ibu mengalami mual dan muntah terus – menerus sampai tidak bisa bekerja . sementara ibu istirahat dan berhenti bekerja.

n. Spiritual
Ibu mengatakan keluhan yang ia alami saat ini adalah dampak dari kehamilannya , bukan karena hal – hal lain khususnya non medis . namun sebagai umat beragama Hindu, ibu tetap berdoa walaupun hanya di tempat tidur, memohon kesembuhan dan keselamatan.









D. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1. KU : Lemah
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Bentuk tubuh : Sedang
4. Berat badan : 52 Kg sekarang , sebelumnya 54 Kg
5. Postur tubuh : Tegak
6. Warna kulit : Putih, Cyanosis ( - ), Turgor kulit agak menurun

b. Gejala Kardial
Suhu 36,5°C Nadi : 90x/mnt
Tekanan Darah : 100/60 mmHg Resp : 24x/mnt

c. Keadaan Fisik ( pemeriksaan khusus obstetri )
1. Kepala : Normochepali , kebersihan : baik , ketombe : tidak ada, nyeri tekan : tidak ada
2. Mata
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, gerakan bola mata normal, konjungtiva :pucat , kornea: normal, sklera: putih, pupil: isokor 2/2, otot-otot mata: tidak ada kelainan, fungsi penglihatan: kabur, klien : memakai kacamata.

3. Mulut dan gigi
Kebersihan mulut dan gigi: baik, caries gigi: tidak ada, jumlah gigi : lengkap (32 ), mukosa bibir: kering . sariawan : tidak ada, lidah : kering dan agak kotor , hipersalipasi
( + ) .


4. Leher
Bentuk : simetris, pembesaran kelenjar thyroid: tidak ada, nyeri tekan: tidak ada, bendungan vena jugularis: tidak ada.


5. Thorax
Bentuk dada:simetris , gerakan dada: teratur, irama nafas : teratur,suara nafas :vesikuler ,suara nafas tambahan: wheezing-/-, ronchi -/-, suara jantung I & II : tunggal , SIII & S IV : tidak terdengar .
6. Abdomen
Tinggi fundus uteri 2 jari atas simpisis linea nigra ( + ) , jaringan parut ( + ) , hernia : tidak ada peristaltik usus: normal ( 15 x/mnt ) , Bentuk: simetris, benjolan/ massa: tidak ada, nyeri tekan pada epigastrium : ada ,turgor kulit menurun.
7. Payudara
Bentuk payudara simetris , areola mammae lebih luas dan gelap , puting susu normal , benjolan atau penebalan : tidak ada
8. Panggul ( vagina )
pada vulva : inflamasi : tidak ada , tanda chadwick ( + ) , tanda – tanda kelahiran sebelumnya ( + ) , pada perineum terdapat tanda jahitan sebelumnya , mulut rahim lebih lunak , tanda Hegar ( + ) .
9. Extremitas
- Atas, keadaan: normal, oedem: tidak ada, cyanosis: (-), pergerakan kedua tangan : normal, parese: tidak ada, kelainan : tidak ada.
- Bawah, keadaan: normal, oedem: tidak ada, pergerakan kedua kaki: normal, parese: tidak ada , turgor kulit menurun.
Kekuatan otot extremitas :

10. Kelamin-Anus
Kebersihan: baik , pelebaran vena di anus (-),
haemoroid (-).


E. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab: DL
Lab DL Normal
1. WBC : 11,93 gr/dl
2. RBC : 3,47 gr/dl
3. HGB : 10,7 gr%
4. HCT : 33,1 gr/dl
5. PLT : 273 gr/dl (4,5-11,0 gr/dl)
(4,60-6,20 gr/dl)
(13,5-18,0 gr/dl)
(40,0-54,0 gr/dl)
(150-440 gr/dl)


II. DX. Keperawatan
No Data Standar Masalah Analisa masalah DX Keperawatan
1 Data subyektif
- Ibu mengeluh mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu
Data Obyektif
- Muntah 5 x keluar air dan sisa maka -nan.
- Minum 5 gls/ 1000cc
- Produksi urine 1200 cc/hr

- Mukosa bibir kering .
- Turgor kulit menurun
-Ibu tidak mengeluh mual / muntah




- Muntah tidak ada


- Minum 2000-2500cc/hr
- Produksi urine 1200-1500 cc/hr

- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit elastis Kekurangan volume cairan
Syok Hipovolemik


Dehidrasi









Mual / muntah

Hiperemisis Gravidarum Kekurangan volume cairan b/d mual dan muntah sekunder akibat Heperemisis Gravidarum ditandai dengan :
- Ibu mengeluh mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu .
- Muntah 5 x keluar air dan sisa makanan .
- Minum 5 gelas/1000 cc/hr
- Produksi urine 1200 cc/hr
- Mulosa bibir kering
- Turgor kulit menurun
2 Data Subyektif :
- Ibu mengeluh mual
- Ibu mengatakan takut u/ minum karena merangsang muntah
Data Obyektif :
- Tampak pucat

- Kulit dingin dan basah
- Hipersalivasi




- Mual tidak ada

- Ibu tidak takut untuk minum





- -Tidak tampak pucat
-
- Kulit kering dan hangat
- Tidak mengalami hipersalivasi Mual Muntah









Peningkatan produksi hormon Estrogen



Kehamilan Mual b/d kehamilan ditandai dengan
- Ibu mengeluh mual
- Ibu menga takan takut untuk minum karena merangsang muntah
- Tampak pucat
- Kulit dingin dan basah
- Hipersalivasi
3 Data subyektif
- Ibu mengatakan tidak ada nafsu makan
Data obyektif
- Makan 3 x sehari 2 – 3 sendok makan

- Berat badan turun , sebelum hamil 54 kg , sekarang : 52 kg

- Nyeri tekan pada epigastrium

- Konjungtiva pucat

- Nafsu makan membaik



- Makan 3 x sehari habis sesuai porsi yang disediakan
- Berat badan meningkat sesuai umur kehamilan

- Tidak ada nyeri tekan pada epigastrium
- Konjungti-va merah muda

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Malnutrisi










Penurunan keinginan
untuk makan



Mual , muntah , anorexia Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat mual , muntah , anorexia ditandai dengan
- Ibu mengatakan tidak ada nafsu makan
- Makan 3 x sehari 2 – 3 sendok makan
- Berat badan turun , sebelum hamil : 54 kg , sekarang : 52 kg
- Nyeri tekan pada epigastrium
- Konjungtiva pucat

4 Data subyektif
- Ibu mengatakan cepat merasa lelah dan pusing saat beraktifitas
Data obyektif
-Ibu tampak pucat

- Kondisi umum lemah

- - Keluar keringat dingin

- Ibu tidak cepat lelah dan pusing saat beraktivitas


-Tidak tampak pucat

- Kondisi umum baik

- Tidak keluar keringat dingin

Intoleran aktifitas Sindrom defisit perawatan diri






Penurunan transport oksigen

Hipopolemia Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan transprot oksigen sekunder akibat hipopolemia ditandai dengan
- Ibu mengatakan cepat merasa lelah dan pusing saat beraktifitas
- Ibu tampak pucat
- Kondisi umum lemah
- Keluar keringat dingin


5 Data subyektif
- Ibu menanyakan mengapa mual dan muntah yang dialami sangat berlebihan
-
- - Ibu menanyakan usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi mual dan muntah
-
- - Ibu merasa takut dengan kondisi kehamilan
nya akibat muntah terus – menerus

Data obyektif
- Ibu tampak cemas

- Ekspresi wajah sedih
- Ibu mengerti mengapa mengalami mual dan muntah



- Ibu tahu usaha – usaha untuk mengurangi mual dan muntah




- Ibu tidak merasa takut dengan kondisi kehamilan
nya




- Ibu tidak cemas

- - Ekspresi wajah rileks
Kurang pengetahu-an Ancietas








Kurangnya informasi tentang efek kehamilan pada sistem pencernaan



Defisit pengetahuan kognitif dan pengalaman Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang efek kehamilan pada sistem `pencernaan ditandai dengan
-Ibu menanyakan mengapa mual dan muntah yang dialami sangat berlebihan
- Ibu menanyakan usaha – usaha untuk mengurangi mual dan muntah
- Ibu merasa takut dengan kondisi kehamilannya akibat mual dan muntah yang terus – menerus
- Ibu tampak cemas
- ekspresi wajah sedih




III. Intervensi/ Perencanaan

1. Prioritas diagnosa keperawatan
Berdasarkan diagnose keperawatan di atas dapat disusun prioritas diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Kekurangan volume cairan b/d mual dan muntah sekunder akibat Hiperemisis Gravidarum ditandai dengan :Ibu mengeluh mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu , Muntah 5 x keluar air dan sisa makanan , Minum 5 gelas/1000 cc/hr , Produksi urine 1200 cc/hr , Mukosa bibir kering , Turgor kulit menurun .
b. Mual b/d kehamilan ditandai dengan : Ibu mengeluh mual , Ibu menga takan takut untuk minum karena merangsang muntah , Tampak pucat , Kulit dingin dan basah , Hipersalivasi .
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat mual , muntah , anorexia ditandai dengan , Ibu mengatakan tidak ada nafsu makan , Makan 3 x sehari 2 – 3 sendok makan , Berat badan turun , sebelum hamil : 54 kg , sekarang : 52 kg , Nyeri tekan pada epigastrium , Konjungtiva pucat .
d. Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan transprot oksigen sekunder akibat hipopolemia ditandai dengan : Ibu mengatakan cepat merasa lelah dan pusing saat beraktifitas , Ibu tampak pucat , Kondisi umum lemah , Keluar keringat dingin .
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang efek kehamilan pada sistem pencernaan ditandai dengan : Ibu menanyakan mengapa mual dan muntah yang dialami sangat berlebihan , Ibu menanyakan usaha – usaha untuk mengurangi mual dan muntah , Ibu merasa takut dengan kondisi kehamilannya akibat mual dan muntah yang terus – menerus , Ibu tampak cemas , ekspresi wajah sedih .

2 Rencana keperawatan



Rencana Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil ” NY Nt ”
Dengan GIII P2002 UK 10 MGG + Hiperemisis Gravidarum
Di Ruang Pendet Lt. III RSU Surya Husadha

NO Hari / tgl / jam Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervesi Rasional
1 Jumat , 13 Juni 2008
Pk. 10.00 wita Kekurangan volume cairan b/d mual dan muntah sekunder akibat Hiperemisis Gravidarum ditandai dengan :




- Ibu mengeluh mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu

- Muntah 5 x keluar air dan sisa makanan
- Minum 5 gelas/1000 cc/hr

- Produksi urine 1200 cc/hr

- Mukosa bibir kering

- Turgor kulit menurun Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan ibu tidak mengalami tanda – tanda kekurangan volume cairan , dengan kriteria :
- Ibu mengatakan mual / muntah berkurang




- Muntah tidak ada


- Cairan 2000-2500cc/hr

- Produksi urine 1200 -1500cc/hr

- Mukosa bibir lembab

- Turgor kulit elastis a. Mengukur tanda – tanda vital , observasi turgor kulit , membran mukosa

b.Berikan cairan yang disukai pasien dalam batasan diet

c. Pantau masukan cairan sedikitnya 2000 ml / hari

d. Pantau haluaran urine sedikitnya 1000 – 1500 ml / hari , lakukan balance cairan

e. Delegatif pemberian therapy cairan parentral
- IVFD RL : 40 tts / mnt , selanjutnya Dex 10% : 20 tts/mnt

a.Merupakan indikator adekuatnya volume sirkulasi dan perfusi jaringan

b.Meningkatkan masukan cairan sehingga tidak terjadi dehidrasi .
c. Menjamin pemenuhan kebutuhan cairan perhari

d.Menyesuaikan antara masukan dan pengeluran cairan



e. untuk rehidrasi dan mengurangi risiko kekurangan volume cairan


Jumat , 13 Juni 2008 pk. 10.00 wita















































Jumat , 13 Juni 2008 pk. 10.00 wita Mual b/d kehamilan ditandai dengan :







- Ibu mengeluh mual

- Ibu menga takan takut untuk minum karena merangsang muntah

- Tampak pucat


- Kulit dingin dan basah

- Hipersalivasi

























Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat mual , muntah , anorexia ditandai dengan
- Ibu mengatakan tidak ada nafsu , Nyeri tekan pada epigastrium

- Makan 3 x sehari 2 – 3 sendok makan

- Berat badan turun , sebelum hamil : 54 kg , sekarang : 52 kg
- Nyeri tekan pada epigastrium



- Konjungtiva pucat Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan keluhan mual berkurang / mereda , dengan kriteria :
- Mual tidak ada


- Ibu tidak takut untuk minum





- Tidak tampak pucat

- Kulit kering dan hangat

- Tidak mengalami
Hipersalivasi























Setelah diberikan askep selama 2 x 24 jam diharapkan Kebutuhan nutrisi ibu dapat terpenuhi dengan kriteria :




- Ibu melaporkan nafsu makan membaik



- Makan 3 x sehari habis ½ - 1 porsi yang disediakan
- Tidak terjadi penurunan berat – badan


- Nyeri tekan pada epigastrium berkurang / hilang

- Konjungtiva pucat a. a a. Jelaskan penyebab mual dan durasinya


b.Anjurkan
pasien makan sedikit - sedikit tapi sering , makan dengan perlahan , menu disesuaikan dengan kebutuhan pasien

c.Jauhkan pemandangan dan bau yang tidak sedap dari area makan




d.Berikan klien posisi semifowler untuk istirahat setelah makan dan mengganti posisi secara perlahan

e. Berikan HE tentang tehnik mengurangi mual :
- Hindari bau dan stimuli yang tidak mengenakkan
- Kendurkan pakaian sebelum makan
- Duduk ditempat yang udaranya segar
- Hindari berbaring sedikitnya 2 jam setelah makan


a. Puasakan pasien selama 1 x 24 jam sampai muntah berkurang / berhenti
b. Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering






c. Timbang berat badan setiap hari

d. Tempatkan ibu hamil pada ruangan tersendiri , kamar yang tenang , dengan peredaran udara yang baik

e. Memberikan KIE tentang :
-saat bangun pagi jangan langsung bangun dari tempat tidur , sebaiknya ibu makn roti kering / biskuit
- Makanan / minuman hendaknya
Disajikan dalam keadaan panas / dingin

f. Delegatif pemberian
therapy Narfoz 2 x 4 mg ( IV )























a.Pasien mengerti penyebab mual pada kehamilan

b. mengurangi perasaan mual , meningkatkan selera makan , dan memenuhi kebutuhan nutrisi klien .




c.Pemandangan dan bau yang tidak sedap menurunkan selera makan , merangsang terjadinya mual dan muntah .

d. Mengurangi ketegangan pada lambung , sehingga mengurangi perasaan mual .



e.meningkatkan pengetahuan pasien tentang tehnik – tehnik mengurangi mual















a. Mengurangi keteganggan lambung , dan produksi HCL lambung .

b. Porsi kecil dapat meningkatkan masukan dan mengimbangi pemenuhan kebutuhan nutrisi / hari

c. Berat badan merupakan indikator status nutrisi
d. Memberi ketenangan , menghindari stimulus / rangsangan yang menimbulkan mual dan muntah
e.Usaha – usaha tersebut untuk mengurangi perasaan mual dan frekuensi
muntah










f. Mengurangi perasaan mual dan muntah yang bekerja langsung pada susunan saraf pusat ( SSP )

4 Jumat , 13 Juni 2008 pk. 10.00 wita Intoleran aktifitas berhubungan dengan
penurunan transport oksigen sekunder akibat hipopolemia ditandai dengan





- Ibu mengatakan cepat merasa lelah dan pusing saat beraktifitas

- Ibu tampak pucat

-Kondisi umum lemah

- Keluar keringat dingin .
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan terjadi penurunan gejala – gejala intoleran aktifitas , dengan kriteria :

- Ibu tidak cepat merasa lelah dan pusing saat beraktifitas


- Ibu tidak tampak pucat

- Kondisi umum baik

- Tidak keluar keringat dingin a. Kaji kemampuan ibu dalam berpartisipasi dalam aktifitas sehari – hari
b. Rencanakan periode istirahat yang adekuat



c. Berikan bantuan dalam ADL




d. Berikan HE tentang :
- Menghindari aktifitas fisik yang berlebihan

e. Tingkatkan partisipasi sesuai toleransi ibu a. Mengetahui tingkat kemampuan ibu dalam beraktifitas

b. Mencegah kelelahan yang berlebihan dan menyimpan energi untuk penyembuhan
c. Memberikan rasa aman pada ibu , memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang dibutuhkan
d. Menghemat penggunaan energi dan menurunkan kebutuhan metabolik
e.Meningkatkan kepercayaan diri ibu
5
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang efek kehamilan pada sistem pencernaan ditandai dengan


-Ibu menanyakan mengapa mual dan muntah yang dialami sangat berlebihan




- Ibu menanyakan usaha – usaha untuk mengurangi mual dan muntah .

- Ibu merasa takut dengan kondisi kehamilannya akibat mual dan muntah yang terus – menerus

- Ibu tampak cemas

- Ekspresi wajah sedih .

Setelah diberikan tindakan keperawatan berupa HE selama 1jam diharapkan Pengetahuan ibu bertambah tentang gejala –gejala terjadi pada kehamilan muda , dengan kriteria :
- Ibu mengerti masing – masing ibu hamil mengalami mual dan muntah yang berbeda pada kehamilannya

- Ibu mengerti upaya untuk mengurangi mual dan muntah



- Ibu tidak takut dengan kondisi kehamilannya





- Ibu tidak cemas

- Ekspresi wajah rileks a. Jelaskan prosedur tindakan sebelum memulai , berikan penjelasan sesuai kebutuhan
b. Berikan HE :
Mual dan muntah pad kehamilan muda adalah hal yang fisiologis dan akan hilang pada umur kehamilan 4 bulan

c. Dorong dan beri kesempatan ibu untuk bertanya dan menyatakan masalah



d. Dorong keluarga / orang terdekat ( suami ) untuk berpartisipasi dalam pemberian asuhan a.Ketidaktahuan dapat diperkecil dengan pemberian informasi / pengetahuan



b.Meningkatkan pengetahuan ibu dan memberi rasa aman pada psikis ibu .





c. Memberikan perasaan terbuka dan memberikan informasi yang membantu mengatasi masalah ibu

d. Keterlibatan keluarga meningkatkan perasaan berbagi dan menguatkan perasaan berguna ibu .








IV . Pelaksanaan
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Ibu Hamil ” NY Nt ”
Dengan GIII P2002 UK 10 MGG + Hiperemisis Gravidarum
Di Ruang Pendet Lt. III RSU Surya Husadha
Tanggal 13 – 15 Juni 2008
Hari / tgl / jam No DX Implementasi Evaluasi
Respon Paraf / Nama
Jumat , 13 Juni 2008 pk. 10.00 wita

Pk. 11.00 wita



Pk. 12.00 wita

Pk. 12.00 wita


Pk. 18.00 wita


Pk.12.30 wita









Pk. 13..00 wita



Pk.14.00


Pk. 19.00









Sabtu , 14 Juni 2008
Pk. 06.00 wita





Pk. 07.00 wita

Pk. 10.00 wita
















Pk. 10.30 wita


Pk. 12.00
wita



Pk. 16.00 wita




Pk. 18.00 wita




Pk. 19.00 wita


Pk. 21.00 wita

Minggu , 15 Juni 2008 pk.06.00 wita





Pk. 06.00 wita




Pk.10.00 wita I




I



I

III



IV


III / II








II


III


IV








III

I




III


II / V















V



I



IV




II / III




III


I


III


I



I




III Mengukur tanda – tanda vital



Mengoservasi penurunan turgor kulit , membran mukosa

Memberikan minum teh manis

Memberikan injeksi Narfoz 4 mg ( IV )


Membantu ADL ibu ( memberi makan )

Memberikan HE :
-Makan dalam porsi kecil tapi sering
- Makanan / minuman disajikan dalam keadaan panas / dingin sekali untuk mengurangi mual

-Memberikan posisi semifowler , setelah makan

Memuasakan ibu selama 1 x 24 jam

- Memberikan KIE
- Pentingnya istirahat untuk memulihkan kondisi ibu
- Menghindari aktifitas fisik yang berlebihan

- Menimbang berat badan

- Mengukur vital sign




- Memberikan injeksi Narfoz 4 mg ( IV )

Memberikan HE mual dan muntah pada kehamilan muda adalah hal yang fisiologis dan upaya untuk mengurangi mual dan muntah :
- Saat pagi bangun tidur , ibu jangan langsung bangun dari tempat tidur , sebaiknya makan roti kering / biskuit

Memberikan kesempatan ibu untuk bertanya

-Melakukan balance cairan



- Mengkaji kemampuan ibu dalam melakukan ADL

- Memberikan diet sesuai permintaan ibu



-Memberikan obat oral :
Folavit 1 tab

-Mengoservasi tetesan infus

-Menimbang berat badan

-Mengukur tanda – tanda vital



Melakukan balance cairan




Memberi diet porsi kecil dan hangat


TD : 100 / 60 mmhg
Nadi : 88 x / mnt
Suhu : 36 ,5 Âșc
Resp : 22 x / mnt

Turgor kulit agak menurun , membran mukosa kering


Minum : 200 cc , muntah ( + ) : 100 cc

Obat sudah diberikan , muntah berkurang , mual masih

Makan : 3 sdk makan
Mual ( + )


Ibu tampak kooperatif dan akan mencoba untuk melaksanakannya.





- Ibu merasa lebih nyaman


Muntah berkurang , mual masih

Ibu kooperatif dan mau melaksanakan









Berat badan : 52 kg


TD : 110 / 70 mmhg
Nadi : 80 x / mnt
Suhu : 36 Âșc
Resp : 24 x / mnt


Muntah ( - ) , mual masih


- Ibu mengerti penjelasan petugas dan akan mencobanya













- ibu tampak antusias untuk bertanya

- Cairan masuk : 1500 cc / 24 jam
- Cairan keluar : 1300 cc / 24 jam
- Balance : + 200
- Ibu mampu melakukan ADL , keluhan pusing : sedikit


- Ibu makan habis ½ porsi
Minum : 200 cc
Muntah ( - )
Mual : sedikit

Obat sudah diminum


Infus Dex 10 % 20 tts / mnt netes lancar

BB : 52 kg


TD : 110 / 70 mmhg
Nadi : 80 x / mnt
Suhu : 36,2 Âșc
Resp : 20 x / mnt

CM : 2000 CC
CK : 1800 CC
Balance : ( + ) 200
Turgor kulit membaik

Makan : ½ porsi , minum : 100 cc , muntah ( - ) , mual : kadang – kadang , membran mukosa : lembab Leni




Suardani




Sri adnyanie

Leni



Dwi rustika



Tisnu








Suardani



Sri . A


Leni












Tisnu


Dwi rustika





Sudianingsih



Sri . A





















Suardani




Leni





Sudianingsih





Tisnu



Dwi rustika


Sri . A



Suardani




Leni




Sudianingsih









V . EVALUASI
Hari / tgl / jam NO DX EVALUASI SUMATIF PARAF
Minggu , 15 Juni 2008 pk. 10.00 wita I S : Ibu mengatakan sudah tidak muntah , mual kadang – kadang
O : Muntah : tidak ada , cairan masuk : 2000 cc / 24 jam , cairan keluar : 1800 cc / 24 jam , mukosa bibir lembab , turgor kulit membaik
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi ibu
Minggu , 15 Juni 2008 pk. 10.00 wita II S : Ibu mengatakan mual hanya kadang – kadang
O : ibu tidak pucat lagi , keringat dingin : tidak ada , Hipersalivasi : berkurang
A: Tujuan tercapai
P: pertahankan kondisi ibu
Minggu , 15 Juni 2008 pk. 10.00 wita III





S : Ibu mengatakan sudah bisa makan sedikit – sedikit , nyeri epigastrium sudah hilang
O : Makan habis ½ porsi yang disediakan , Berat badan tetap : 52 kg , konjungtiva : merah muda
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi ibu
Minggu , 15 Juni 2008 pk. 10.00 wita IV S : Ibu mengatakan sudah tidak pusing lagi
O: Ibu tidak cepat lelah , kondisi ibu : membaik , tidak pucat , tidak keluar keringat dingin
A: Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi ibu
Jumat, 15 Juni 2008 pk. 11.00 wita V S : Ibu mengatakan mengerti penyebab mual dan muntah pada kehamilan
O : Ibu tidak cemas lagi , ekspresi wajah tampak lebih tenang
A: Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi ibu

LAPORAN PENDAHULUAN PTERIGIUM

A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Pteregium merupakan pertumbuhan jaringan ikat pada fibrovaskuler konjungtiva bulbar intrapalpebra dengan ektensi ke kornea yang bersifat degeneratif. Pteregium berbentuk segi tiga dengan puncaknya di bagian sentral kornea dan dasarnya di bagian perifer kornea, biasanya terletak di celah kelopak mata bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea.
2. Etiologi
- Tidak jelas diduga merupakan sutu neoplasma radang dan degenerasi.
- Iritasi korronis oleh suatu debu,sinar ultra violet( cahaya matahari ) dan angin
(udara panas ) yang mengenai kongtungtiva bulbi.
3. Patogenesis
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadang-kadang berubah menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea menarik dan pada daerah ini membran bauman menghilang. Terdapat degenerasi stauma yang berfoliferasi sebagai jaringan granulasi yang penuh pembulih darah. Degenerasi ini menekan kedalam kornea serta merusak membran bauman dan stoma kornea bagian atas.
4. Tanda dan gejala
- Mata irritatatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmatisme
- Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea (Zona Optic)
- Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan garis besi yang terletak di ujung pteregium.
5. Terapi dan Perawatan
-Tidak ada pengobatan yang spesifik
-Pembedahan :
Pengangkatan secara bedah transplantasi kornea,ketebalan parsial diperlukan bila pteregium menarik sumbu pandangan dan mengganggu kenyamanan. 30 – 50 % pasien pteregium kambuh lagi setelah pembedahan
-Bersifat rekuren
- Operasi dilakukan bila terjadi kemunduran tajam penglihatan atau gangguan kosmetik (Estetika)
- Bila meradang dapat diberikan steroid atau obat tetes mata dekongestan
- Pada keadaan residif (kemungkinan tumbuh kembali) dapat dilakukan (Beta) (stronsium - 90), atau eksterpasi danpenyinaran sinar transplantasi mukosa mulut. Radiasi Beta pasca operasi menurunkan angka kekambuhan namun bukannya tanpa komplikasi
- Tetes mata Mitomycin (Bahan anti metabolik) efektif mencegah kekambuhan. Mitomycin C adalah bahan anti myoplastik yang mempunyai efek samping seperti infalamasi, photo phobia, pengeluaran air mata dan nyeri.
- Perawatan yang penting lindungi mata dari sinar matahari langsung, debu atau udara panas. Gunakan juga kaca mata pelidung untuk menghindari pajanan sinar matahari debu dan udara.

B. ASUHAN KEPERAWATAN.
1. Data Demografi
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dst.
2. PolaFungsional
a.Persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan
•Keluhan Utama : Penglihatan kabur
•Riwayat penyakit :
-Sejak kapan dirasakan, sudah berapa lama
- Gambaran gejala apa yang dialami, apa yang memperburuk atau memperbaiki?
-apa yang dilakukan untuk menyembuhkan gejala.
•Penggunaan obat sekarang :
• Riwayat penyakit dahulu : Riwayat trauma pada mata
• Riwayat penyakit keluarga : Keluarga yang pernah menderita
b.Pola aktivitas: Aktivitas sedikit terganggu
c.Pola kognitif – Konseptual
-Terjadi kemunduran tajam penglihatan, pandangan kabur
-Pemeriksaan Fisik mata :
•Konjungtiva
• Visus
3. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul
Preoperasi
1. Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori akibat pterigium.
Intervensi:
- Tentukan ketajaman mata klien, catat apakah satu / dua mata yang gejala terlibat.
-Orientasikan klien pada lingkungan sekitar
-Letakkan barang yang dibutuhkan klien di dekatnya
- Libatkan klien dan orang lain dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur invasive (bedah) yang akan dilaksanakan.
Intervensi:
-Kaji tingkat ansietas
-Beri penjelasan tentang prosedur operasi yang akan dilaksanakan
- Beri dukungan moril berupa doa dan motivasi untuk klien
Post operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap operasi transplantasi kornea
-Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien
-Ajarkan kepada klien metode distraksi / relaksasi
-Ciptakan tempat tidur yang nyaman
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik
2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur (invasif) bedah.
Intervensi:
-Pantau balutan setiap 2 - 4 jam
- Diskusikan dengan klien tentang pentingnya mencuci tangan sebelum mengobati
-Gunakan tehnik aseptik dalam perawatan post operatif
- Beri obat-obatan sesuai indikasi seperti obat tetes mata.
3. Resiko terhadap injury (cidera) yang berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan.
Intervensi:
-Kaji ketajaman penglihatan
- Rencanakan semua perawatan denagn klien, jelaskan rutinitas setiap hari
-Pertahankan barang-barang klien ditempat yang sama
-Bantu dalam beraktivitas sesuai dengan kebutuhan
-Anjurkan untuk menggunakan alat bantu misal tongkat
- Pertahankan penutup mata untuk meningkatkan perlindungan
4. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post operasi.
Intervensi:
-Tentukan ketajaman penglihatan
-Orientasikan klien pada lingkungan, staf, orang lain di sekitar
- Letakkan barang yang sering diperlukan dalam jangkauan sisi yang tidak dioperasi
- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi nutrisi yang bergizi, misalnya buah-buahan yang berwarna kuning, seperti pepaya, wortel dan lain-lain
- Berikan obat-obatan sesuai terapi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
Intervensi:
- Berikan penguatan kewaspadaan secara berhati-hati berhubungan dengan penempatan perabot rumah tangga dan lain-lain
- Berikan penjelasan mengenai kondisi penyakit, proses sebelumnya dan sesudah dilakukan pembedahan
- Jelaskan dan ajarkan perawatan secara teratur di pelayanan kesehatan terdekat
- Libatkan orang terdekat klien dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari.











DAFTAR PUSTAKA
Bahan kuliah Medikal Bedah I, Banjarbaru
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta
Reeves, Charlene J —- (ET…al). 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit: Salemba Medika, Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT ADDISON

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN PENYAKIT ADDISON

A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi/Pengertian
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat rusaknya korteks adrenal.
2. Epidemiologi
- Insiden penyakit Addison adalah 4 per 100.000 penduduk
- 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya merupakan manifestasi dari proses atoimun.
3. Penyebab
- Kerusakan pada korteks adrenal.
4. Patofisiologi
Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan MSH  sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga timbul hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal kekurangan garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume. Penurunan volume plasma yang bersirkulasi akan dikaitkan dengan kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi.
5. Gejala klinis
- Hipotensi
- Pusing
- Hiperpigmentasi
- Hipoglikemia
- Keringat dingin
- Gemeter
- Penurunan kesadaran
- Mual muntah
- Kelelahan
- Dehidrasi
- Cemas
6. Pemeriksaan penunjang
Inspeksi :
- Terdapat hiperpigmentasi pada permukaan esktremitas, mukosa pipi, lidah, lipatan telapak tangan dan sendi-sendi jari, puting susu, tampak gemetar, keluar keringat dingin.
7. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Dari tes laboratorium, penderita mengalami penurunan eksresi dari hasil pemecahan atau metabolit dari kortisol yaitu 17 hidrosikartikoid kadar-kadar kortisol plasma merah, sedangkan kadar ACTH plasma meningkat.
8. Therapy
- Pengobatan penyakit Addison didasarkan pada tindakan penggantian kortisol.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data subyektif :
- Mengeluh pusing
- Cepat lelah
Data obyektif :
- Hipotensi
- Hiponatrimia
- Keringat dingin
- Gemeter
- Mual-mual
- Hiperpigmentasi
- Kecemasan
- Nampak lemah
- Kadang-kadang terjadi penurunan kesadaran
2. WOC















3. Diagnosa keperawatan Addison
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit melalui ginjal.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan hyperpigmentasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perubahan fungsi fisiologi
d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolisme (kadar glucosa darah)
e. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung.
4. Intervensi - Rasionalisasi – Kriteria evaluasi
a. Kekurangan volume cairan dari elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan natrium melalui ginjal.
Intervensi Rasionalisasi
1) Dapatkan riwayat dari pasien atau orang terdekat yang berhubungan dengan lama dan intensitas dari gejala yang muncul. 1) Membantu memperkirakan volume total cairan
2) Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer 2) Hipotensi postural merupakan bagian hipovolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin melemah yang mudah dapat hilang.

3) Ukur dan timbang berat badan setiap hari 3) Memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan. Peningkatan berat badan yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan pengobatan steroid.

4) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang turgor kulit jelek, membran mukosa kering. Catat warna kulit dan temperaturnya. 4) Untuk mengindikasikan berlanjutnya hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti.
5) Periksa adanya perubahan dalam status mental dan sensori 5) Dehidrasi berat menunjukkan curah jantung dan perfusi jaringan terutama jaringan otak.

6) Auskultasi bising usus/peristaltik usus. Catat dan laporkan adanya mual, muntah dan diare
6) Kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi.



7) Kolaboratif dalam pemberian cairan, larutan gula dan obat-obatan 7) Cairan dan obat-obatan akan membantu pemenuhan kekurangan cairan dan elektrolit tubuh

Kriteria Evaluasi Yang Diharapkan:
Pasien menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria : pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi parifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab/basah.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan hipopigmentasi
Intervensi Rasionalisasi
1) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannya, tunjukkan perhatian, bersikap tidak menghakimi. 1) Membina hubungan dan peningkatan keterbukaan dengan pasien, membentuk dalam mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien.
2) Sarankan pasien untuk menggunakan ketrampilan management stres, misal: teknik relaksasi, visualisasi dan bimbingan imajinasi. 2) Meminimalkan perasaan stres, frustasi, meningkatkan kemampuan koping dan kemampuan untuk mengendalikan diri.
3) Dorong pasien untuk membuat daftar bantuan orang terdekat. 3) Pasien tidak merasa sendirian dan merasa berguna dalam berhubungan dengan orang lain.
4) Dorong pasien untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam perawatan diri 4) Data membantu meningkatakn tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri.
5) Sarankan untuk mengunjungi seseorang yang penyakitkan telah terkontrol. 5) Dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan.
6) Tindakan kolaborasi dengan: rujuk ke pelayanan sosial, konseling dan kelompok pendukung sesuai kebutuhan
6) Pendekatan komprehensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku.

Kriteria evaluasi :
- Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri diungkapkan secara verbal.
- Pasien menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang ditandai pasien berpartisipasi aktif dalam bekerja/bermain/berhubungan dengan orang lain.
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perubahan fungsi fisiologis
Intervensi Rasionalisasi
1) Observasi tingkat laku yang menunjukkan tingkat ansietas
1) Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang ke dalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, teror, ketidak mampuan untuk bicara dan bergerak. Berteriak-teriak/bersumpah-sumpah.
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia 2) Peningkatan pengeluaran penyekat beta-adrenergik pada daerah reseptor, bersamaan dengan efek-efek kelebihan hormon tiroid, menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan ketekolamin ketika kadar epinefrin/norepinefrin dalam keadaan normal.

3) Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien. 3) Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi/kesalahan interpretasi yang dapat berperanan pada reaksi ansietas atau ketakutan.

4) Bicara singkat dengan kata yang sederhana 4) Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi.

5) Kurangi stimulasi dari luar: tempatkan pada ruangan yang tenang, berikan kelembutan, musik yang nyaman, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi jumlah orang yang berhubungan dengan pasien. 5) Menciptakan lingkungan yang terapeutik; menunjukkan penerimaan bahwa aktivitas unit/personal dapat meningkatkan ansietas pasien.
6) Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan perkembangan terapi obat. 6) Memberikan informasi dan meyakinkan pasien bahwa keadaan itu adalah sementara dan akan membaik dengan pengobatan.

Kriteria evaluasi :
• Pasien tampak rileks
• Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
• Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya.
d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolisme (gula darah)
Intervensi Rasionalisasi
1) Kaji/diskusikan tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan klien.
1) Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga, kelelahan otot menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium dan kalium.
2) Pantau tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas observasi adanya takikardia hipotensi dan perifer yang dingin. 2) Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stres aktifitas jika curah jantung berkurang
3) Sarankan pasien untuk menentukan masa/periode antara istirahat dan melakukan aktifitas 3) Mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pada jantung.


4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga (misal: duduk lebih baik daripada berdiri selama melakukan aktifitas/latihan), jika perlu biarkan pasien melakukannya sendiri. 4) Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukannya.
Kriteria evaluasi :
• Pasien menyatakan mampu untuk beristirahat, peningkatan tenaga dan penurunan rasa
• Mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
• Pasien mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktifitas.
e. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Intervensi Rasional
1) Pantau tanda vital: tensi, irama jantung
1) Krisis addison mungkin menyebabkan tekanan darah menurun. Frekwensi jantung yang tidak teratur akan menimbulkan penurunan curah jantung.
2) Kaji pengisian kapiler dan nasi perifer 2) Pengisian kapiler yang memanjang, nadi yang lambat & lemah merupakan indikasi terjadi syok.
3) Ukur jumlah haluaran urine 3) Walaupun biasanya ada poliuria penurunan haluaran urine menggambarkan penurunan perfusi ginjal oleh penurunan curah jantung.
4) Kolaborasi pemberi O2 4) Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung.


Kriteria evaluasi :
- Menunjukkan curah jantung yang adekuat yang ditandai dengan tanda vital dalam batas normal, nadi perfer teraba dengan baik, pengisian kapiler

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ACUT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROMA ( A R D S )

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian
ARDS merupakan suatu bentuk gagal nafas akut yang berkembang progresif pada penderita kritis dan cedera tanpa penyakit paru sebelumnya, ditandai dengan adanya inflamasi parenkim paru dan peningkatan permeabilitas unit alveoli kapiler yang mengakibatkan hiperventilasi, hipoksemia berat dan infiltrate luas.

2. Insiden Kasus
Diperkirakan ada 150.000 orang yang menderita ARDS tiap tahunnya dan tingkat mortilitasnya 50 %.Sepsis sistemik merupakan penyebab ARDS terbesar sekitar 50%, trauma 15 %, cardiopulmonary baypass 15 %, viral pneumoni 10 % dan injeksi obat 5 %

3. Etiologi
 Syok karena berbagai sebab ( terutama hemorragik,pancreatitis acut hemorragik, sepsis gram negative )
 Sepsis tanpa syok, dengan atau tanpa koagulasi intravascular diseminata (DIC )
 Pneumonia virus yang berat
 Trauma yang berat ( cedera kepala, cedera dada langsung, trauma pada berbagai organ dengan syok hemorragik, fraktur majemuk dimana emboli lemak terjadi berkaitan dengan fraktur femur )
 Cedera aspirasi / inhalasi ( aspirasi isi lambung, hampir tenggelam, inhalasi asap, inhalasi gas iritan )
 Toksik O2 overdosis narkotika
 Post perfusi pada pembedahan pintas kardiopulmonar


4. Patofisiologi
Mula – mula terjadi kerusakan pada membrane kapiler alveoli menyebabkan terjadi peningkatan permeabilitas endotel kapiler paru dan epitel alveoli mengakibatkan terjadi edema alveoli dan interstitial. Cairan yang berkumpul di interstitium sehingga alveoli mulai terisi cairan menyebabkan atelektasis kongesti yang luas. Terjadi pengurangan volume paru, paru-paru menjadi kaku dan keluwesan paru (compliance ) menurun, fungsional residual capacity juga menurun. Hipoksemia yang berat merupakan gejala penting ARDS, penyebabnya adalah ketidakseimbangan ventilasi – perfusi, hubungan arterio – venous ( aliran darah mengalir kealveoli yang kolaps ) dan kelainan difusi alveoli – kapiler sebab penebalan dinding alveoli – kapiler.

5. Gejala Klinis
Bervariasi tergantung penyebab. Gejala yang paling menonjol adalah sesak nafas. Dari pemeriksaan AGD didapat hipoksemia kemudian hiperkapnia dengan asidosis respiratorik yang diawali dengan alkalosis respiratorik, sianosis, gelisah dan mudah tersinggung, ronkhi terdengar hampir diseluruh paru.

6. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan AGD didapat adanya hipoksemia kemudian hiperkapni dengan asidosis respiratorik
 Pemeriksaan radiologis, mula-mula tidak ada kelainan jelas pada foto dada, setelah 12-24 jam akan tampak infiltrate alveolar tanpa batas yang tegas diseluruh paru
 Biopsi paru , terdapat adanya pengumpulan granulosit secara abnormal dalam parenkim paru







7. Penatalaksanaan
Penanganan ARDS ditujukan untuk memperbaiki syok, asidosis dan hipoksemia yang menyertainya. Hampir semua pasien perlu ventilasi mekanis dan oksigen kosentrasi tinggi untuk menghindari hipoksia jaringan yang berat. Karena penimbunan cairan pada paru-paru merupakan masalah , maka pembatasan cairan dan terapi diuretic sangat diperlukan. Antibiotika yang tepat diberikan untuk mengatasi infeksi. PEEP (tekanan akhir ekspirasi positif) untuk menurunkan obstruksi saluran nafas kecuali bila obstruksi nafas oleh karena paru-paru sudah dalam keadaan hiperinflasi.

























8. Woc ARDS…..!!!

Aspirasi, syok, infeksi, toksik trauma berat

Destruksi kapiler Destruksi alveoli cedera paru

Pergerakan plasma dan luas permukaan paru cedera membran
Sel darah merah untuk pertukaran kapiler alveolar
Keinterstitium gas berkurang



Kecepatan pertukaran gas kebocoran kapiler
menurun


cairan menumpuk cairan masuk
diinterstitium


mencairkan sistem cairan masuk peningkatan tegangan
surfaktan alveolus permukaan



infiltrat alveolar ronchi paru-paru atelektasis
tersebar kaku


ketidakefektifan bersihan oedem paru fungsional compliance broncho
jalan nafas residual paru ber < spasme
capacity ↓



ketidakseimbangan ventilasi perfusi

aliran darah alveoli colaps

hipoksemia

suplai O2 ke otak me↓

Kerusakan Pertukaran pe ↓ fungsi SSP Gas
gelisah, mudah tersinggung


Resiko cedera
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ARDS ( ACUT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROMA )
1. Pengkajian

No
Data subyetif Data obyektif Masalah
1 Sesak nafas (takipnea) Cyanosis, nafas cepat, tampak pucat, hasil pemeriksaan AGD isi O2 menurun, PCO2 meningkat,PH menurun, PO2 menurun. Kerusakan pertukaran gas
2 Dyspnea Ada perubahan frekwensi nafas, terdengar ronchi hampir seluruh paru, tampak infiltrat alveolar Bersihan jalan nafas tidak efektif
3 Gelisah, mudah tersinggung Resiko terhadap cedera


2. Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan prioritas
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan dalam interstisial / area alveolar ditandai dengan sesak nafas (takipnea), cyanosis, nafas cepat, tampak pucat, hasil AGD isi O2 menurun, PCO2 meningkat,PH menurun, PO2 menurun.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan meningkatnya tahanan jalan nafas (edema interstisial) ditandai dengan dyspnea, ada perubahan frekwensi nafas,terdengar ronchi hampir seluruh paru, tampak infiltrat alveolar.
c. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kurang kesadaran akan bahaya lingkungan








3. Rencana tindakan

No Hari/tgl/ jam Diagnosa Rencana tujuan Rencana tindakan Rasionalisasi
1 2 3 4 5 6
1 DX : 1 Setelah diberikan askep selama 3X24 jam diharapkan masalah pertukaran gas tertangani dengan kriteria sesak nafas (-), ada perbaikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekwensi/upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.

Catat ada/tidaknya bunyi nafas tambahan seperti mengi, krekels.










Kaji adanya cyanosis








Observasi kecendrungan tidur, apatis, tidak perhatian,gelisah, bingung, somnolen.


Auskultasi frekwensi jantung dan irama.




Berikan oksigen lembab dengan masker CPAP sesuai indikasi



Bantu dengan/ berikan tindakan IPPB










Awasi/ gambarkan seri AGD/ oksimetri nadi





Berikan obat sesuai indikasi spt antibiotika, steroid, diuretik. Takipnea adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan upaya pernafasan dapat menunjukkan derajat hipoksemia.

Bunyi nafas dapat menurun, krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatanpermeabilitas membran alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti konstriksi bronkus dan/ penyempitan jalan nafas s/d mukus/edema.

Sianosis sentral dari (organ) hangat spt lidah, bibir, dan daun telinga adalah paling indikatif dari hipoksemia sistemik. Sianosis perifer kuku/ ekstremitas s/d vasokonstriksi.

Dapat menunjukkan berlanjutnya hipoksemia dan/ asidosis




Hipoksemia dapat menyebabkan mudah terangsang pada miokardium, menghasilkan berbagai disritmia.

Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran dengan tekanan jalan napas positif kontinu.

Meningkatkan ekspansi penuh paru untuk memperbaiki oksigenasi. Intubasi dan dukungan ventilasi diberikan bila PaO2 kurang dari 60 mm Hg dan tidak berespon terhadap peningkatan oksigen murni (FIP2).

Menunjukkan ventilasi/oksigenasi dan status asam/basa Digunakan sebagai dasar evaluasi keefektifan terapi/ indikator kebutuhan perubahan terapi.

Untuk memperbaiki penyebab ARDS dan mencegah berlanjutnya/ potensial komplikasi fatal hipoksemia. Steroid untuk menurunkan inflamasi dan meningkatkan produksi surfaktan. Antibiotika untuk meengobati patogen penyebab adanya infeksi. Diuretik untuk mendorong pengeluaran cairan yang berlebih akibat edema.
.
2 DX : 2 Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3X24 jam diharapkan bersihan jalan napas efektif dengan kriteria dispnea(-), jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/ tidak ada ronchi. Catat perubahan upaya dan pola bernapas.





Observasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya/ peningkatan fremitus.




Catat karakteristik bunyi napas














Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan napas sesuai kebutuhan.



Kolaborasi : berikan oksigen lembab, cairan IV, berikan kelembaban ruangan yang tepat.

Berikan Bronkodilator/ ekspektoran sesuai indikasi
Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan upaya peningkatan bernapas

Ekspansi dada terbatas/ tak sama s/d akumalasi cairan, edema dan sekret dalam seksi lobus. Konsolidasi paru dan pengisian cairan dapat meningkatkan fremitus.

Dapat menunjukkan aliran udara melalui trakeobronkial dan dipengaruhi oleh adanya cairan mukus / obstuksi aliran udara lain. Mengi merupakan bukti konstriksi bronkus/ penyempitan jalan napas s/d edema. Ronchi dapat jelas tanpa batuk dan menunjukkan pengumpulan mukus pada jalan napas.

Memudahkan memelihara jalan napas atas paten bila jalan napas pasien dipengaruhi.




Kelembaban menghilangkan dan memobilisasi sekret serta meningkatkan transport oksigen.



Untuk miningkatkan bersihan jalan napas.
3 DX : 3 Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3X24 jam diharapkan tidak terjadi cedera Identifikasi situasi yang mendukung kecelakaan.



Kurangi/ hilangkan situasi yand berbahaya.
Pasang pembatas pada tempat tidur Agar segala sesuatu yang dapat menimbulkan masalah/ berbahaya bagi klien dapat dihindari.

Untuk menjaga/ menyangga klien agar tidak terjatuh.




4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1. Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan AGD dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.
2. Klien menunjukkan/ menyatakan hilangnya dispnea, mampu mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/ tidak ada ronchi.
3. Klien terhindar dari bahaya lingkungan/ cedera.

peran orang tua dan guru dalam mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan narkoba

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Narkoba) dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecendrungan peningkatan yang sangat pesat, baik kualitas maupun kuantitas. Menurut laporan data terakhir tahun 2004 United Nations Drugs Control Programme (UNDPC), saat ini kurang lebih 200 juta orang diseluruh dunia telah menggunakan jenis barang berbahaya ini, dari jumlah tersebut 1% (+ 2 juta orang berada di Indonesia (BNN, 2004).
Penyalahgunaan narkoba biasanya diawali dengan pemakaian pertama pada usia SD atau SMP, karena tawaran, bujukan, dan tekanan seseorang atau kawan sebaya. Didorong rasa ingin tahu atau ingin mencoba, mereka mau menerimanya, selanjutnya tidak sulit untuk menerima tawaran berikutnya. Dari pemakaian sekali, kemudian beberapa kali, akhirnya menjadi ketergantungan terhadap zat yang digunakan. Narkoba yang sering disalahgunakan dan menyebabkan ketergantungan antara lain heroin (putauw), sabu (metamfetamine), ekstasi, obat penenang dan obat tidur, ganja dan kokaian. Tembakau dan alkohol (minuman keras) yang sering disalahgunakan, juga menimbulkan ketergantungan.
Penyalahgunaan narkoba telah menimbulkan banyak korban, terutama kalangan muda yang termasuk klasifikasi usia produktif. Masalah ini bukan hanya berdampak negatif terhadap diri korban/pengguna, tetapi lebih luas lagi berdampak negatif terhadap kehidupan keluarga dan masyarakat, perekonomian, kesehatan nasional (HIV dan Hepatitis), mengancam dan membahayakan keamanan, ketertiban, bahkan lebih jauh lagi mengakibatkan terjadinya biaya sosial yang tinggi (Social High Cost) dan generasi yang hilang (Lost Generation). (Depsos RI, 2004).
Upaya pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, yaitu pada masa anak usia SD, SMP, dan SMA, sebagai upaya yang berkesinambungan. Pencegahan yang dimaksud bukan semata-mata memberikan informasi mengenai bahaya narkoba, tetapi lebih menekankan pemberian ketrampilan psikososial kepada anak untuk bersikap dan berprilaku positif mengenai situasi penawaran/ajakan dan ketrampilan menolak tawaran/ajakan tersebut. Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah perilaku manusia, bukan semata-mata masalah zat atau narkoba itu sendiri. Sebagai masalah perilaku, banyak variabel yang mempengaruhi, oleh karena itu informasi mengenai bahaya narkoba kepada anak dan remaja, tanpa usaha mengubah perilakunya dengan memberikan ketrampilan yang diperlukan akan kurang bermanfaat, bahkan dikhawatirkan terjadi efek paradoksal (sebaliknya), yaitu meningkatnya keingintahuan atau keinginan mencoba pada anak dan remaja. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba perlu dilakukan pencegahan secara komprehensif di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat agar para remaja yang merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan bangsa, tidak terjerumus dalam penggunaan narkoba.

SAP OMA

I. Latar Belakang
Penyakit pada telinga tengah dan mastoid lazim ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Sebagai contohnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa otitis media merupakan masalah terbanyak kedua pada praktik pediatrik, terutama setelah pilek. Radang celah telinga tengah (tuba eustakius, telinga tengah dan mastoid). Otitis media akut merupakan peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah. Pada otitis media akut, jika pertahanan tubuh terganggu akan mudah terkena penyakit ini. Di Indonesia berdasarkan berdasarkan beberapa penelitian angka kesakitan otitis media akut terbanyak adalah anak-anak
Ditemukan banyak sekali masyarakat yang datang ke poli THT RSUP Sanglah terutama anak-anak dengan keluhan telinga nyeri, pendengaran menurun, keluar cairan dari telinga disertai suhu tubuh meningkat. Oleh karena itu diharapkan masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik tentang otitis media akut
II. Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai penyakit otitis media akut.
2. Sasaran mampu melaksanakan tindakan penanggulangan pada pasien dengan otitis media akut.
III. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang otitis media akut, diharapkan sasaran mampu memahami dan melaksanakan penanganan dari otitis media akut.
IV. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit sasaran diharapkan mampu :
1. Sasaran mengetahui pengertian otitis media akut.
2. Sasaran mengetahui penyebab otitis media akut.
3. Sasaran mengetahui tanda dan gejala otitis media akut
4. Sasaran mengetahui penatalaksanaan otitis media akut.
V. Kegiatan belajar Mengajar

No Tahap Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta
1 Pembukaan 5 menit a. Salam
b. Perkenalan
c. Menjelaskan tujuan dari pertemuan
d. Kontrak waktu
e. Apersepsi Menjawab salam
Mendengarkan


Menjawab
2 Isi materi 15 menit a. Menjelaskan pengertian otitis media akut

b. Menyebutkan penyebab otitis media akut
c. Menjelaskan patofisiologi otitis media akut
d. Menyebutkan tanda/gejala otitis media akut
e. Menjelaskan penatalaksanaan otitis media akut
f. Memberi kesempatan kepada pasaien dan keluarga untuk menanyakan hal hal yang belum dimengerti
g. Menjelaskan kembali tentang hal yang ditanyakan pasien dan keluarga Memperhatikan
penjelasan perawat
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan

Bertanya


Memperhatikan

3 penutup 10 menit a. Memberikan pernyataan lisan kepada pasien dan keluarga
b. Menyimpulkan kegiatan yang telah disampaikan.
c. Memberikan salam penutup Menjawab pertanyaan
Memperhatikan

Menjawab salam

VI. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VII. Media
Leaflet
VIII. Evaluasi
1. Jenis evaluasi : pernyataan lisan
2. Waktu : akhir kegiatan
Soal Evaluasi
1. Jelaskan apa pengertian otitis media akut?
2. Sebutkan apa penyebab otitis media akut?
3. Apakah tanda/gejala otitis media akut?
4. Bagaimana cara penatalaksanaan otitis media akut?


IX. Daftar Pustaka
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta , Media Aesculapius.

Noer, S.H.M. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid I, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakrta : FKUI.


























Lampiran materi



1. Pengertian
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah
2. Penyebab
Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.
3. Patofisiologi.
OMA terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah, faktor penyebab utamanya adalah sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan infeksi kuman terganggu. Pencetusnya ialah saluran nafas atas. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.
4. Gejala dan gejala
Gejala OMA tergantung dari stadiumnya dan umur pasien. Stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah yaitu:
a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Terdapat gambaran retraksi membran tympaniakibat tekanan negatif dari telinga tengah bagian dalam. Kadang berwarna normal atau eruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi dan sukar dibedakan dengan Otitis Media Supurasi akibat virus atau alergi
b. Stadium Hiperemis
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran tympani atau seluruh membran tympani tampak hyperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga masih belum terlihat.
c. Stadium Supurasi.
Membran tympani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat purulen di kavum tympani. Pasien tampak kesakitan, nadi dan suhu meninkat, serta nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan berkurng, akan terjadi iskemia, trombophlebitis, dan nekrosis mukosa dan sub mukosa.
d. Stadium Perforasi.
Karena pemberian antibiotik yang terlambat, atau virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi ruptir membran tympani. Dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke talinga luar. Pasien yang semula gelisah mnjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
e. Stadium Resolusi.
Bila membran tympani masih utuh, maka akan normal kembali perlahan-lahan, tetapi apabila terjadi perforasi maka sekrt akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik maka akan terjadi resolusi tanpa pengobatan.
Pada anak, keluhan utamanya rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada orang dewasa didapatkan gangguan pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar.
Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah: suhu tubuh tinggi (>38ÂșC), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang- kadang memegang telinganya yang sakit.
5. Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan tergantung dari stadium penyakitnya:
a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius.
Terapi pada stadium ini ditujukan untuk membuka kembali tuba eusthacius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Terapinya:
1) Obat tetews hidung HCl efedrin 0,5% untuk anak-anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1% untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa.
2) Sumber infeksi lokal harus diobati
3) Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.
b. Stadium Presupurasi.
1) Diberikan antibiotik obat tetes hidung dan analgesik.
2) jika terdapat resistensi, diberikan kombinasi dengan sefalosporin
3) Untuk terapi awal diberikan penisilin secara IM.
4) Antibiotik diberikan minimal untuk 7 hari.
5) Pada anak diberikan ampicilin 4×50-100 mg/kg BB, amoksisilin 4×40 mg/kgBB/hari atu eritomisin 4×40 mg/kgBB/hari.
c. Stadiium Supurasi.
Selain antibiotik pasien dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran tympani masih utuh, sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
d. Stadium Perforasi.
Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat selama 3 mggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
e. Stadium Resolusi.
Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada, perforasi menutup. Bila tidak, antibiotikn dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap mungkin terjadi mastoiditis.

22 Oktober 2010

Gambaran Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Sehat

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pembangunan di Indonesia didasari oleh upaya pembangunan manusia sebagai pondasi awal penyediaan sumber daya manusia yang bermutu dan bermoral. Salah satu upaya membangun manusia seutuhnya adalah upaya pembangunan kesehatan yang di selenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang di lakukan sejak dini utamanya sejak masih dalam kandungan ibu. Upaya kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil hingga melahirkan ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal (Depkes RI,2005).
Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini.Anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara induvidual. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri (Supartini,2004).
Untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang berkualitas faktor perkembangan anak juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Tumbuh kembang anak harus berjalan sejajar agar dapat menghasilkan manusia yang mandiri dan bertanggung jawab. Jika anak dirawat dengan baik, maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula sesuai dengan keinginan dan harapan. Akan tetapi bila tidak dirawat dengan baik maka anak tidak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya (Suherman, 2000).
Di Indonesia jumlah anak balita pada tahun 1991 mencapai 23,5 juta. Jumlah ini sangat besar dan butuh perhatian secara khusus, pada masa balita ini merupakan masa yang sangat menentukan dalam proses tumbuh kembang dan menjadi dasar terbentuknya manusia seutuhnya (Soetjiningsih, 1998).
Periode umur anak 0 sampai 1 tahun adalah masa rawan terhadap masalah gizi dan kekurangan vitamin. Pada umur ini anak sering terkena infeksi karena praktik pemberian makanan dan kontak yang lebih luas dengan dunia luar serta stress emosional dihubungkan dengan proses penyapihan (Supariasa, 2001).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses kehidupan yang berjalan secara simultan. Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran dan juga jumlah sel serta jaringan inter seluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi, dan sosialisasi. Seluruh fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Untuk mendeteksi semua kelainan maupun keterlambatan anak maka diperlukan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara berkala sesuai dengan tahapan perkembangan anak (Sofiany, 2007).
Pemeriksaan tumbuh kembang merupakan bagian yang tidak dapat dilalaikan dari keberlangsungan proses tumbuh kembang anak karena dari pemeriksaan baik secara pengukuran pertumbuhan maupun penilaian perkembangan dapat diketahui penyimpangan yang terjadi pada anak. Pemeriksaan ini dilakukan tidak hanya pada saat anak sakit tetapi saat anak sehat pun sebenarnya wajib dilakukan sehingga secara berkala dapat diketahui kemajuan tumbuh kembang anak maupun penyimpangan – penyimpangan yang terjadi.
Proses tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak. Dimana terjadi proses interaksi terus menerus serta rumit antara faktor genetika dan faktor lingkungan, baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah dilahirkan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar dalam mempengaruhi tumbuh kembang (Soetjiningsih, 1998).
Faktor dominan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah status gizi bayi yang dilahirkan. Apabila setelah dilahirkan bayi mengalami kekurangan gizi dapat dipastikan pertumbuhan anak akan terlambat (Supariasa, 2001).
Di Negara yang sedang berkembang angka kesakitan dan angka kematian pada anak umur 0 sampai 1 tahun dipengaruhi oleh keadaan gizi. Pengaruh keadaan gizi pada umur ini lebih besar dari pada umur lebih dari 1 tahun. Dengan demikian angka kesakitan dan kematian pada periode ini dapat dijadikan informasi yang berguna mengenai keadaan kurang gizi di masyarakat (Supariasa, 2001).
Menurut Soetjiningsih, pada perkembangan anak usia 0 sampai 1 tahun adalah kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistim lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, pisikologi emosi dan lingkungan disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya mereka harus mendengar pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari. Mereka harus belajar mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan orang lain dan mengemukakan keinginannya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Humas RSUD Kabupaten Karangasem bahwa kunjungan total bayi tahun terakhir yaitu tahun 2009 pada umur 0 – 12 bulan ke Poliklinik Anak RSUD Kabupaten Karangasem adalah sebanyak 440 orang. Untuk kunjungan bayi sehat sebanyak 210 orang. Sedangkan kunjungan bayi sakit sebanyak 230 orang. Rata – rata kunjungan bayi sehat perbulannya sebanyak 18 orang (8,6 %). Kunjungan untuk usia bayi 0 – 3 bulan tahun terakhir sebanyak 49 orang (23,3 %), usia bayi 4 – 6 bulan sebanyak 59 orang (28,1 %), untuk usia bayi 7 – 9 bulan sebanyak 82 orang (39 %) dan untuk usia 10 – 12 bulan sebanyak 20 orang (9,5 %).
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti bermaksud meneliti tentang “Gambaran Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Sehat yang Berkunjung ke Poliklinik Anak RSUD Kabupaten Karangasem ”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Sehat yang Berkunjung ke Poliklinik Anak RSUD Kabupaten Karangasem?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran tingkat pertumbuhan dan perkembangan bayi sehat yang berkunjung di Poliklinik Anak RSUD Kabupaten Karangasem.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik bayi yang berkunjung ke Poliklinik Anak RSUD Kabupaten Karangasem.
b. Mengidentifikasi gambaran tingkat pertumbuhan bayi sehat yang berkunjung ke Poliklinik Anak RSUD Kabupaten Karangasem.
c. Mengidentifikasi gambaran tingkat perkembangan bayi sehat yang berkunjung ke Poliklinik anak RSUD Kabupaten Karangasem.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
a. Mengembangkan dan menambahkan wawasan dibidang ilmu pengetahuan pada
bidang keperawatan bayi khususnya tentang gambaran tingkat pertumbuhan dan perkembangan bayi sehat yang berkunjung ke poliklinik anak RSUD kabupaten Karangasem
b.Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data selanjutnya, dalam hal meneliti gambaran tingkat pertumbuhan dan perkembangan bayi sehat secara lebih mendalam.

2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman penelitian mengenai pentingnya pemeriksaan tumbuh kembang bayi guna meningkatkan kualitas tumbuh kembang bayi.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi profesi kesehatan lainnya dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada bayi agar sesuai dengan tumbuh kembang yang normal.