30 Oktober 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT ADDISON

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN PENYAKIT ADDISON

A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi/Pengertian
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat rusaknya korteks adrenal.
2. Epidemiologi
- Insiden penyakit Addison adalah 4 per 100.000 penduduk
- 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya merupakan manifestasi dari proses atoimun.
3. Penyebab
- Kerusakan pada korteks adrenal.
4. Patofisiologi
Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan MSH  sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga timbul hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal kekurangan garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume. Penurunan volume plasma yang bersirkulasi akan dikaitkan dengan kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi.
5. Gejala klinis
- Hipotensi
- Pusing
- Hiperpigmentasi
- Hipoglikemia
- Keringat dingin
- Gemeter
- Penurunan kesadaran
- Mual muntah
- Kelelahan
- Dehidrasi
- Cemas
6. Pemeriksaan penunjang
Inspeksi :
- Terdapat hiperpigmentasi pada permukaan esktremitas, mukosa pipi, lidah, lipatan telapak tangan dan sendi-sendi jari, puting susu, tampak gemetar, keluar keringat dingin.
7. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Dari tes laboratorium, penderita mengalami penurunan eksresi dari hasil pemecahan atau metabolit dari kortisol yaitu 17 hidrosikartikoid kadar-kadar kortisol plasma merah, sedangkan kadar ACTH plasma meningkat.
8. Therapy
- Pengobatan penyakit Addison didasarkan pada tindakan penggantian kortisol.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data subyektif :
- Mengeluh pusing
- Cepat lelah
Data obyektif :
- Hipotensi
- Hiponatrimia
- Keringat dingin
- Gemeter
- Mual-mual
- Hiperpigmentasi
- Kecemasan
- Nampak lemah
- Kadang-kadang terjadi penurunan kesadaran
2. WOC















3. Diagnosa keperawatan Addison
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit melalui ginjal.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan hyperpigmentasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perubahan fungsi fisiologi
d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolisme (kadar glucosa darah)
e. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung.
4. Intervensi - Rasionalisasi – Kriteria evaluasi
a. Kekurangan volume cairan dari elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan natrium melalui ginjal.
Intervensi Rasionalisasi
1) Dapatkan riwayat dari pasien atau orang terdekat yang berhubungan dengan lama dan intensitas dari gejala yang muncul. 1) Membantu memperkirakan volume total cairan
2) Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer 2) Hipotensi postural merupakan bagian hipovolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin melemah yang mudah dapat hilang.

3) Ukur dan timbang berat badan setiap hari 3) Memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan. Peningkatan berat badan yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan pengobatan steroid.

4) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang turgor kulit jelek, membran mukosa kering. Catat warna kulit dan temperaturnya. 4) Untuk mengindikasikan berlanjutnya hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti.
5) Periksa adanya perubahan dalam status mental dan sensori 5) Dehidrasi berat menunjukkan curah jantung dan perfusi jaringan terutama jaringan otak.

6) Auskultasi bising usus/peristaltik usus. Catat dan laporkan adanya mual, muntah dan diare
6) Kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi.



7) Kolaboratif dalam pemberian cairan, larutan gula dan obat-obatan 7) Cairan dan obat-obatan akan membantu pemenuhan kekurangan cairan dan elektrolit tubuh

Kriteria Evaluasi Yang Diharapkan:
Pasien menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria : pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi parifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab/basah.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan hipopigmentasi
Intervensi Rasionalisasi
1) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannya, tunjukkan perhatian, bersikap tidak menghakimi. 1) Membina hubungan dan peningkatan keterbukaan dengan pasien, membentuk dalam mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien.
2) Sarankan pasien untuk menggunakan ketrampilan management stres, misal: teknik relaksasi, visualisasi dan bimbingan imajinasi. 2) Meminimalkan perasaan stres, frustasi, meningkatkan kemampuan koping dan kemampuan untuk mengendalikan diri.
3) Dorong pasien untuk membuat daftar bantuan orang terdekat. 3) Pasien tidak merasa sendirian dan merasa berguna dalam berhubungan dengan orang lain.
4) Dorong pasien untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam perawatan diri 4) Data membantu meningkatakn tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri.
5) Sarankan untuk mengunjungi seseorang yang penyakitkan telah terkontrol. 5) Dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan.
6) Tindakan kolaborasi dengan: rujuk ke pelayanan sosial, konseling dan kelompok pendukung sesuai kebutuhan
6) Pendekatan komprehensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku.

Kriteria evaluasi :
- Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri diungkapkan secara verbal.
- Pasien menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang ditandai pasien berpartisipasi aktif dalam bekerja/bermain/berhubungan dengan orang lain.
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perubahan fungsi fisiologis
Intervensi Rasionalisasi
1) Observasi tingkat laku yang menunjukkan tingkat ansietas
1) Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang ke dalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, teror, ketidak mampuan untuk bicara dan bergerak. Berteriak-teriak/bersumpah-sumpah.
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia 2) Peningkatan pengeluaran penyekat beta-adrenergik pada daerah reseptor, bersamaan dengan efek-efek kelebihan hormon tiroid, menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan ketekolamin ketika kadar epinefrin/norepinefrin dalam keadaan normal.

3) Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien. 3) Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi/kesalahan interpretasi yang dapat berperanan pada reaksi ansietas atau ketakutan.

4) Bicara singkat dengan kata yang sederhana 4) Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi.

5) Kurangi stimulasi dari luar: tempatkan pada ruangan yang tenang, berikan kelembutan, musik yang nyaman, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi jumlah orang yang berhubungan dengan pasien. 5) Menciptakan lingkungan yang terapeutik; menunjukkan penerimaan bahwa aktivitas unit/personal dapat meningkatkan ansietas pasien.
6) Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan perkembangan terapi obat. 6) Memberikan informasi dan meyakinkan pasien bahwa keadaan itu adalah sementara dan akan membaik dengan pengobatan.

Kriteria evaluasi :
• Pasien tampak rileks
• Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
• Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya.
d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolisme (gula darah)
Intervensi Rasionalisasi
1) Kaji/diskusikan tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan klien.
1) Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga, kelelahan otot menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium dan kalium.
2) Pantau tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas observasi adanya takikardia hipotensi dan perifer yang dingin. 2) Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stres aktifitas jika curah jantung berkurang
3) Sarankan pasien untuk menentukan masa/periode antara istirahat dan melakukan aktifitas 3) Mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pada jantung.


4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga (misal: duduk lebih baik daripada berdiri selama melakukan aktifitas/latihan), jika perlu biarkan pasien melakukannya sendiri. 4) Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukannya.
Kriteria evaluasi :
• Pasien menyatakan mampu untuk beristirahat, peningkatan tenaga dan penurunan rasa
• Mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.
• Pasien mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktifitas.
e. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Intervensi Rasional
1) Pantau tanda vital: tensi, irama jantung
1) Krisis addison mungkin menyebabkan tekanan darah menurun. Frekwensi jantung yang tidak teratur akan menimbulkan penurunan curah jantung.
2) Kaji pengisian kapiler dan nasi perifer 2) Pengisian kapiler yang memanjang, nadi yang lambat & lemah merupakan indikasi terjadi syok.
3) Ukur jumlah haluaran urine 3) Walaupun biasanya ada poliuria penurunan haluaran urine menggambarkan penurunan perfusi ginjal oleh penurunan curah jantung.
4) Kolaborasi pemberi O2 4) Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung.


Kriteria evaluasi :
- Menunjukkan curah jantung yang adekuat yang ditandai dengan tanda vital dalam batas normal, nadi perfer teraba dengan baik, pengisian kapiler

Tidak ada komentar: