22 Maret 2009

EFEKTIVITAS PERAWATAN PERIANAL DENGAN BABY OIL TERHADAP PENCEGAHAN DIAPER DERMATITIS PADA NEONATUS

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan: Neonatus, Kulit Neonatus, Diaper Dermatitis, Metode Perawatan Perianal, Diaper/popok, dan Baby oil.
2.1 Neonatus
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berusia empat minggu. Kehidupan pada masa neonatus sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intra uterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik seperti berikut : (1) peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida.), (2) saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan, (3) ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak dipakai lagi oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah, (4) hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekskresi bahan racun yang tidak diperlukan badan, (5) sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi , dan (6) sistem kardiovaskuler serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan perubahan fungsi organ tersebut diatas. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan fungsi biokimia dan faali yang disebabkan oleh primaturitas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.(Markum,2002;214).
2.2 Kulit Neonatus
Ada perbedaan yang sangat besar dari permukaan dan volume tubuh bayi dan anak remaja. Kulit bayi lebih tipis dari pada anak remaja. Lapisan di bagian dalam mempunyai kelembaban yang lebih tinggi. Lapisan asid ada dalam beberapa minggu pertama dan pada bayi lebih mudah terkena gangguan dari pada anak remaja.
2.2.1 Karakteristik Kulit Neonatus
Berkaitan dengan anatomi dan fisiologi dari kulit, kulit pada bayi relatif tipis, dan mempunyai suatu kandungan air yang tinggi pada lapisan dalam dan fungsi perlindungan yang belum berkembang dengan penuh. Perlindungan melalui sebum seperti pada kulit remaja masih belum bisa. Kondisi kulit bayi baru lahir mengalami peralihan dari lingkungan dalam kandungan terhadap perubahan suhu dengan kelembaban udara yang berubah-ubah dan juga kontak dengan kuman, patogen, substansi yang berbahaya dapat mengganggu kulit bayi setelah kelahiran.(Sujayanto,G 2001).
2.2.2 Fungsi kulit pada Neonatus :
• Proteksi secara fisis dan imunologis.
• Mengatur suhu tubuh.
• Mengatur keseimbangan elektrolit.
• Persepsi ( panas, dingin, tekanan, nyeri dan perabaan).
• Ekskresi.
(Hasan at all,2002;167)


2.2.3 Perubahan kulit yang terjadi pada neonatus
Permukaan kulit normal pada neonatus akan bereaksi asam (variasi antara pH 4,5 – 6,5). Keasaman ini ditimbulkan oleh bahan kimia tertentu dalam sebum dan keringat. Oleh sebab itu dikatakan bahwa kulit mempunyai acid mantle. Keasaman inilah yang menyebabkan permukaan kulit mempunyai sifat aseptik seperti halnya keasaman lambung dan vagina. Daerah keasaman yang berkurang pada daerah intertriginosa (lipatan kulit) menyebabkan daerah tersebut lebih mudah dan lebih sering diserang oleh kuman dan jamur. Sebum terdiri dari asam lemak, kolesterol, alkohol, gliserida, dan fosfatida. Sebum yang teremulsikan oleh keringat berfungsi sebagai pelumas kulit yang mempunyai daya fungistatik.Anak dan bayi menghasilkan sebum agak kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa ( puncak produksi terjadi pada masa pubertas dan adolesen), sehingga pada kulit bayi lebih kering dibandingkan orang dewasa.
(Hasan at all,2002;168).
2.2.4 Perbedaan kulit neonatus, bayi dan dewasa
Secara histopatologis terdapat perbedaan struktur kulit pada neonatus prematur neonatus cukup bulan, dan dewasa disajikan pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Perbedaan struktur kulit neonatus prematur, neonatus cukup bulan, dan
orang dewasa
Bagian kulit Neonatus prematur Neonatus cukup bulan Dewasa
1. Tebal kulit
2. Permukaan epidermis
3. Tebal epidermis
4. Tebal str. korneum
5. Isi sel spinosum
6. Melanosit



7. Taut dermopidermal


8. Pars papilare
-serat retikulin
-serat kolagen
-kepadatan sel

9. Pars retikulare
-batas batas subkutan
-ukuran serat kolagen
-kepadatan sel
10.Serabut elastin


11.Subkutis -0.9 mm
-verniks (gelatinosa)
-20-25 mm
-4-5mm, 5-6 lapis sel
-glikogen
- melanosom yang matur sedikit



- hemidesmosom lebih kecil, strutur antigen sudah terbentuk

- ada, belum jelas
- kecil-kecil banyak
- kurang


- jelas
- kecil
- banyak
- kecil,imatur, hampir tak ada

- lapisan lemak sempurna -1.2 mm
-verniks, skuamasi
-40-50 mm
-9-10mm, 15 lapis sel
-sedikit/tanpa glikogen
- jumlah = dewasa, jumlah sel sama dengan dewasa, produksi melanin sedikit

- struktur dan antigen + sama dengan orang dewasa.


- ada, belum jelas
- kecil-kecil banyak
- kurang


- jelas
- sedang
- lebih banyak
- kecil, imatur, distribusi sama dgn orang dewasa.

- lapisan lemak sempurna -2.1 mm
-kering
-50 mm
-9-15mm, 15 lapis sel
-tanpa glikogen
- jumlah berkurang, sesuai umur, lokasi, lingkungan


- perlekatan sempurna, struktur sama dg antigen dewasa

- jelas
- kecil-kecil banyak
- padat


- jelas
- besar
- hampir tak ada
- di pars retikulare besar

- di lapisan papilare dan tengah dermis: kecil imatur
- lapisan lemak sempurna





Jadi, komponen kulit beserta lapisannya telah ada sejak lahir, kemudian mengalami modifikasi, degradasi, dan resintesis melalui proses maturasi dan penuaan (aging). Secara umum dapat dikatakan kelengkapan komponen kulit bayi baru lahir (neonatus) dan anak sama dengan kulit orang dewasa. Berbagai perbedaan penting antara kulit bayi dengan kulit dewasa, antara lain:
1. Kulit relatif lebih tipis dan perlekatan antar sel masih longgar.
2. Produksi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea lebih sedikit.
3. Terdapat peningkatan potensi mengalami iritasi.
4. Terdapat peningkatan kerentanan terhadap infeksi, terutama bakteri
5. Sedikit kemungkinan mengalami alergi kontak.
6. Permeabilitas perkutan meningkat, terutama pada bayi prematur atau bila terjadi kerusakan kulit.
7. Perbandingan luas permukaan kulit terhadap volume cairan tubuh relatif lebih besar, sehingga risiko peningkatan bahan toksik di dalam darah lebih tinggi.
Kondisi kulit tersebut memungkinkan spektrum kelainan pada bayi baru lahir bersifat fisiologik dan sementara serta relatif tidak memerlukan terapi atau perawatan khusus. Kelainan kulit cenderung lebih banyak diakibatkan oleh infeksi dan iritasi.




2.3 Diaper Dermatitis
2.3.1 Definisi Diaper Dermatitis
Diaper dermatitis merupakan kelainan peradangan kulit di daerah yang tertutup popok yang paling sering diderita oleh bayi atau anak-anak.
(Maya Devita,Dr;2004)
2.3.2 Tanda dan Gejala
Gejala dari diaper dermatitis ini sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan yang parah. Tanda dan gejala awal kelainan ini berupa kemerahan ringan di kulit daerah sekitar popok yang bersifat terbatas, disertai dengan lecet-lecet ringan atau luka pada kulit. Pada derajat sedang, dapat berupa kemerahandengan atau tanpa bintil-bintil yang tersusun seperti satelit, disertai dengan lecet-lecet yang meliputi permukaan yang luas. Pada tingkatan ini bayi akan merasa nyeri dan tidak nyaman. Pada diaper dermatitis yang parah, ditemukan kemerahan yang hebat disertai dengan bintil-bintil, pernanahan dan meliputi daerah kulit yang luas. Bila sudah dalam keadaan demikian bayi harus mendapat perawatan intensif. (Maya Devita,Dr;2004).
2.3.3. Penyebab
Berbagai faktor yang berperan pada timbulnya diaper dermatitis antara lain:
2.3.3.1 Kontak yang lama dengan popok yang basah
Popok yang basah bila tidak segera diganti akan membuat kulit bayi lembab. Di dalam urine terdapat berbagai organisme diantaranya bakterium amoniagenes yang dapat mengubah urea menjadi amonia. Amonia ini dapat meningkatkan PH pada permukaan kulit bayi sehingga kulit akan lebih mudah dan lebih sering diserang oleh kuman dan jamur. Keadaan feses yang banyak mengandung air dapat menambah kelembapan kulit sehingga mempermudah terjadinya dermatitis/eksim akibat gesekan.
2.3.3.2 Gesekan dan iritasi
Gesekan dan iritasi merupakan dua faktor penting, sebagai penyebab primer maupun sebagai faktor pencetus. Daerah popok adalah daerah yang sering basah. Ditambah dengan gesekan berulang pada pergerakan badan bayi akan menambah pula frekuensi kontak antar kulit. Dermatitis oleh karena iritasi biasanya disebabkan oleh iritasi bahan kimia khususnya oleh kotoran diare.
2.3.3.3 Enzime-enzim fekal juga meningkatkan permeabilitas dari kulit terhadap garam empedu yang merupakan bahan iritan yang potensial dalam feces.
Penurunan angka kejadian diaper dermatitis pada bayi yang masih masa menyusui dirasakan berhubungan dengan interaksi antara pH dan enzyme-enzyme fecal. Karena kotoran dari bayi yang masih diberikan ASI pada masa menyusui memiliki aktivitas enzime fecal dan pH yang rendah juga.
Munculnya diaper dermatitis dapat dimanifestasikan terutama pada permukaan yang cembung dalam lipatan kulit dan lesi dapat timbul dalam bermacam-macam tipe dan bentuk. Erupsi pada kulit ini dapat timbul pada kontak secara langsung di kulit misal pada permukaan yang cembung, pada bokong, paha bagian dalam, mons pubis,dan scrotum. Sedangkan pada lipatan kulit yang dalam dapat ditembus oleh iritasi bahan kimia khususnya urine dan feses. Penyebab lain adalah sabun dari pembilasan yang tidak adekuat atau parfum yang ditambahkan pada popok dan bisa juga disebabkan oleh diaper yang disposibel.
(Whaley and Wong, 2000;599)

2.3.3.3 Infeksi
1) Infeksi jamur
Candida albican adalah peyebab umum dari ruam popok yang tidak sembuh-sembuh dan memerlukan obat khusus untuk perawatannya. Jika bayi mendapat antibiotik, resiko terinfeksi jamur akan meningkat.
2) Infeksi bakteri
Disamping candida albican terdapat pula staphylococcus aureus yang dapat memperburuk keadaan infeksi di daerah popok.
(Paula Kelly,M.D,2002;171)
2.3.3.4 Penyakit lain
Penyakit kulit lain misalnya psoriasis dermatitis seboroik akan berpengaruh pada perjalan panyakit diaper dermatitis. Pada umumnya diaper dermatitis dengan dasar salah satu penyakit kulit tersebut akan mempunyai perjalanan penyakit yang sesuai dengan penyakit dasarnya.
(Dailli,1989;71). Beberapa faktor turut berperan antara lain penggunaan PASI sebagai pengganti ASI, jenis popok yang dipakai, cara pemakaian popok, kondisi kulit bayi, perawatan daerah yang tertutup popok, dan frekwensi penggantian popok.(Whaley and Wong,1995;598)
2.3.4 Insiden Diaper Dermatitis
Diaper dermatitis sering ditemukan pada bayi-bayi yang berusia 1 minggu dengan lecet-lecet disekitar pantatnya. Karena itu harus hati-hati sekali merawat bayi yang peka ini.(Suryabudhi,2000;233).


2.3.5 Upaya yang dapat dilakukan jika bayi menderita diaper dermatitis
1) Bersihkan segera daerah yang tertutup popok dengan lembut setiap kali bayi kencing/mengeluarkan kotoran menggunakan air / minyak mineral. Bilas dan keringkan dengan sebaik-baiknya. Pada tindakan pembersihan penting diusahakan menghindari penggosokan/penggesekan.
2) Oleskan krem pelindung. Jangan memakai bedak selama gatal belum sembuh.
3) Buka popok bayi sesering mungkin sampai kulit sembuh sekitar satu minggu (paparan udara langsung akan membantu mengeringkan dan menyembuhkan kulit yang gatal).
4) Periksa ke dokter bila gatal menetap sampai 10 hari atau lebih, tambah berat atau timbul lecet-lecet.
(Infokes.com,Oktober 2000)
2.4 Metode Perawatan Perianal
Keberadaan dan kesehatan bayi yang baik adalah tujuan yang paling penting dari orang tua. Metode perawatan perianal pada bayi adalah sebagai berikut:
2.4.1 Perawatan perianal dengan baby oil :
Persiapan alat antara lain:
 Sarung tangan
 Air hangat-hangat kuku didalam baskom
 Bola kapas dan handuk bersih
 Baby oil
 Popok yang bersih
Pelaksanaan
 Dilakukan setiap kali bayi selesai BAB / BAK
 Kenakan sarung tangan.
 Bersihkan daerah perianal, bokong,dan paha lalu keringkan setiap lipatan kulit dengan handuk.
 Oleskan secara tipis dan merata baby oil pada perianal, bokong dan paha
 Kenakan popok yang bersih dan kering .
Penyelesaian
 Buang air yang telah digunakan untuk menyeka perianal.
 Bereskan alat-alat.
(Pillitteri,2002;137-138)
2.4.2 Perawatan perianal tanpa baby oil
Persiapan alat antara lain:
 Sarung tangan
 Air hangat-hangat kuku didalam baskom
 Bola kapas dan handuk bersih
 Popok yang bersih
Pelaksanaan
 Kenakan sarung tangan
 Membersihkan daerah perianal, bokong dan pada lalu keringkan setiap lipatan kulit dengan handuk.
 Kemudian kenakan popok yang bersih dan kering.
Penyelesaian
 Buang air yang telah digunakan untuk menyeka perianal.
 Bereskan alat-alat.
2.5 Diaper/ Popok
2.5.1 Beberapa Jenis Popok
1) Popok Sekali Pakai
Popok sekali pakai mempunyai lapisan luar dari plastik untuk menahan agar cairan tidak bocor keluar, lapisan dalam dari kertas penyerap dan kadang-kadang lapisan dalam dari plastik atau gel agar cairan tidak berkontak dengan kulit bayi anda. Popok ini juga dilengkapi perekat atau pengikat, dan beberapa merek menggunakan benang elastik di sekeliling bagian tungkai kaki untuk lebih mencegah kebocoran. Sebaiknya siapkan cadangan popok yang banyak, karena mungkin anda akan membutuhkan tujuh puluh sampai sembilan puluh popok dalam seminggu bagi bayi baru lahir.
2) Popok Kain
Popok kain biasanya dibuat dari kain kasa atau flanel katun. Zaman dulu popok kain menggunakan peniti sebagai pengikatnya, tetapi sekarang, banyak yang telah dilengkapi “Velcro” dan pelapis luar yang kedap air. Popok kain biasanya cepat kering dan sangat menyerap, serta dijual dalam keadaan terlipat. Anda mungkin butuh tiga sampai empat lusin sebagai persiapan awal. Popok yang tidak dapat dilipat menjadi bentuk atau ukuran apapun Sehingga popok ini memungkinkan untuk terus digunakan ketika bayi sudah tumbuh lebih besar.
Popok yang sudah terlipat oleh pabriknya, mempunyai ketebalan tambahan untuk menambah penyerapan di bagian tengahnya, sehingga tidak perlu lagi dilipat. Ini menghemat waktu tetapi menjadi kurang luwes dalam hal ukuran.
3) Celana tahan air
Celana ini mempunyai benang elastik disekeliling pinggang dan kaki untuk mencegah kebocoran. Celana ini tidak memungkinkan peredaran udara maupun pengeringan; karenanya kadang –kadang menimbulkan ruam popok atau alergi kulit. Namun sekarang ini mulai tersedia pilihan celana yang lebih dapat bernafas dibanding celana plastik tradisional dan banyak popok yang mempunyai lapisan luar tahan air. Jika anda berencana menggunakan celana tahan air ini, sediakan tiga atau empat celana bagi bayi anda.
2.5.2 Memilih jenis popok
Keputusan anda untuk membeli popok sekali pakai, mencuci sendiri popok kain, atau menggunakan layanan penyedia popok akan tergantung dari beberapa faktor, termasuk jadwal anda, anggaran dan reaksi bayi terhadap jenis popok. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa keuntungan dan kerugian dari beberapa metode penggunaan popok.
Tabel 2.2 Keuntungan dan kerugian dari beberapa metode penggunaan popok.

Metode Keuntungan Kerugian
Mencuci sendiri popok kain  Merupakan cara penyediaan popok yang termurah.
 Menawarkan keluwesan kain katun persegi dapat dapat dilipat berulang kali untuk disesuaikan dengan besar tubuh bayi sementara ia tumbuh.(Tetapi popok rancangan baru dengan pengikat “Velcro” kurang luwes dalam hal ukuran)  Memerlukan waktu dan merepotkan. Anda harus meredam,mencuci,membilas, dan mengeringkan popok sebelum siap digunakan kembali.
 Dapat menyulitkan terutama ketika anda bepergian.


Popok sekali pakai  Menawarkan kemudahan, terutama saat bepergian dan bertamu.
 Dianjurkan penggunaannya di tempat penitipan bayi.  Biayanya kira-kira dua kali lebih besar dari pada popok kain (selama anak masih menggunakan popok)
 Harus sering pergi ke toko untuk membeli cadangan popok).
 Biayanya membengkak karena bayi anda akan selalu membutuhkan ukuran yang lebih besar.
 Dapat menyebabkan ruam popok karena lapisan luar yang terbuat dari plastik menghambat peredaran udara.
Di beberapa tempat anda dilarang membuang popok kotor di sampah sehingga anda harus membilasnya seperti anda membilas popok kain.Menambah jumlah sampah popok 6.000 sampai 8.000 per bayi sebelum bayi mendapat berkemih dan buang air yang teratur.
Menggunakan jasa layanan penyedia popok (belum ada di sini)  Menghemat waktu, tidak perlu membilas.
 Tidak terlalu mahal seperti popok sekali pakai.
 Menggunakan sabun anti bakteri khusus dan penggunaan air per popok lebih sedikit dari pada mencucinya sendiri di rumah.
 Biaya tidak membengkak ketika bayi anda bertambah besar.  Lebih mahal dari mencuci popok sendiri.
 Agak sulit ketika anda bepergian.
 Mungkin sulit menemukan layanan seperti ini.
(Kelly P,2002;23-25)


2.6 Baby oil
2.4.2 Definisi baby oil
Baby oil adalah produk minyak untuk bayi yang dibuat dengan tingkat minyak mineral paling tinggi untuk membentuk suatu rintangan sutra untuk mencegah kelembaban yang berlebihan.
(Cumberlandswan,2003)


2.4.3 Komposisi baby oil
Produk perawatan kulit mengambil suatu peran kunci untuk meningkatkan kesehatan selain makanan, pakaian dan alat, sehingga perlu dipilih yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi kulit bayi. Baby oil yang dianggap memiliki efek perawatan yang baik adalah minyak dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi yang didalamnya mengandung gliserin, tocopherylacetate, vitamin E, chamomile extract dan zink oxid.
(Corell-Michaela Arens,2003)
Glyserol/Glyserin, merupakan agen osmotik dengan pengeluaran minyak dan pelembab serta mempunyai rentang yang luas dalam penggunaan kefarmasian. Ini sering dimasukkan dalam persiapan pengobatan setempat dalam bentuk cream, lotion sebagai penghasil minyak dan untuk pelembab yang diabsorbsi. Reaksi hygroscopic menambah atau mempertinggi kelembapan.
Chamomile extract digunakan pada pemakaian luar pada inflamasi tahap awal dan salep/oil yang berisi chamomile digunakan untuk pencegahan dan pengobatan diaper dermatitis. Berisi tidak kurang dari 0,7 % minyak essensial.
Tocopherilacetat adalah zat yang menyusun vitamin E, dapat melindungi lemak jenuh terhadap pengoksidan vitamin E. Didistribusikan ke seluruh jaringan dan diserap di jaringan adiposa. Vitamin E vitamin yang larut dalam lemak diindikasikan mencegah asam lemak tak jenuh yang bereaksi terhadap radikal bebas yang menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel membran tanpa pembentukan radikal bebas lain, sehingga mencegah terbentuknya lipoperoxidase yang dapat merusak kulit. Tocopherylacetat dan vitamin E dapat langsung diserap oleh kulit
Zink Oxide bentuk putih/kekuningan, lembut, berbentuk powder, tidak larut dalam air dan alkohol, larut dalam asam mineral. Merupakan astringen yang ringan digunakan untuk pengobatan setempat sebagai proteksi terhadap exim dan eksoriasi ringan pada luka. Bisa juga digunakan untuk perlindungan terhadap sinar matahari.
(Kathleen P,2002;1128-1616)





















EFEKTIVITAS PERAWATAN PERIANAL DENGAN BABY OIL TERHADAP PENCEGAHAN DIAPER DERMATITIS PADA NEONATUS

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan: Neonatus, Kulit Neonatus, Diaper Dermatitis, Metode Perawatan Perianal, Diaper/popok, dan Baby oil.
2.1 Neonatus
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berusia empat minggu. Kehidupan pada masa neonatus sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intra uterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik seperti berikut : (1) peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida.), (2) saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan, (3) ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak dipakai lagi oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah, (4) hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekskresi bahan racun yang tidak diperlukan badan, (5) sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi , dan (6) sistem kardiovaskuler serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan perubahan fungsi organ tersebut diatas. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan fungsi biokimia dan faali yang disebabkan oleh primaturitas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.(Markum,2002;214).
2.2 Kulit Neonatus
Ada perbedaan yang sangat besar dari permukaan dan volume tubuh bayi dan anak remaja. Kulit bayi lebih tipis dari pada anak remaja. Lapisan di bagian dalam mempunyai kelembaban yang lebih tinggi. Lapisan asid ada dalam beberapa minggu pertama dan pada bayi lebih mudah terkena gangguan dari pada anak remaja.
2.2.1 Karakteristik Kulit Neonatus
Berkaitan dengan anatomi dan fisiologi dari kulit, kulit pada bayi relatif tipis, dan mempunyai suatu kandungan air yang tinggi pada lapisan dalam dan fungsi perlindungan yang belum berkembang dengan penuh. Perlindungan melalui sebum seperti pada kulit remaja masih belum bisa. Kondisi kulit bayi baru lahir mengalami peralihan dari lingkungan dalam kandungan terhadap perubahan suhu dengan kelembaban udara yang berubah-ubah dan juga kontak dengan kuman, patogen, substansi yang berbahaya dapat mengganggu kulit bayi setelah kelahiran.(Sujayanto,G 2001).
2.2.2 Fungsi kulit pada Neonatus :
• Proteksi secara fisis dan imunologis.
• Mengatur suhu tubuh.
• Mengatur keseimbangan elektrolit.
• Persepsi ( panas, dingin, tekanan, nyeri dan perabaan).
• Ekskresi.
(Hasan at all,2002;167)


2.2.3 Perubahan kulit yang terjadi pada neonatus
Permukaan kulit normal pada neonatus akan bereaksi asam (variasi antara pH 4,5 – 6,5). Keasaman ini ditimbulkan oleh bahan kimia tertentu dalam sebum dan keringat. Oleh sebab itu dikatakan bahwa kulit mempunyai acid mantle. Keasaman inilah yang menyebabkan permukaan kulit mempunyai sifat aseptik seperti halnya keasaman lambung dan vagina. Daerah keasaman yang berkurang pada daerah intertriginosa (lipatan kulit) menyebabkan daerah tersebut lebih mudah dan lebih sering diserang oleh kuman dan jamur. Sebum terdiri dari asam lemak, kolesterol, alkohol, gliserida, dan fosfatida. Sebum yang teremulsikan oleh keringat berfungsi sebagai pelumas kulit yang mempunyai daya fungistatik.Anak dan bayi menghasilkan sebum agak kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa ( puncak produksi terjadi pada masa pubertas dan adolesen), sehingga pada kulit bayi lebih kering dibandingkan orang dewasa.
(Hasan at all,2002;168).
2.2.4 Perbedaan kulit neonatus, bayi dan dewasa
Secara histopatologis terdapat perbedaan struktur kulit pada neonatus prematur neonatus cukup bulan, dan dewasa disajikan pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Perbedaan struktur kulit neonatus prematur, neonatus cukup bulan, dan
orang dewasa
Bagian kulit Neonatus prematur Neonatus cukup bulan Dewasa
1. Tebal kulit
2. Permukaan epidermis
3. Tebal epidermis
4. Tebal str. korneum
5. Isi sel spinosum
6. Melanosit



7. Taut dermopidermal


8. Pars papilare
-serat retikulin
-serat kolagen
-kepadatan sel

9. Pars retikulare
-batas batas subkutan
-ukuran serat kolagen
-kepadatan sel
10.Serabut elastin


11.Subkutis -0.9 mm
-verniks (gelatinosa)
-20-25 mm
-4-5mm, 5-6 lapis sel
-glikogen
- melanosom yang matur sedikit



- hemidesmosom lebih kecil, strutur antigen sudah terbentuk

- ada, belum jelas
- kecil-kecil banyak
- kurang


- jelas
- kecil
- banyak
- kecil,imatur, hampir tak ada

- lapisan lemak sempurna -1.2 mm
-verniks, skuamasi
-40-50 mm
-9-10mm, 15 lapis sel
-sedikit/tanpa glikogen
- jumlah = dewasa, jumlah sel sama dengan dewasa, produksi melanin sedikit

- struktur dan antigen + sama dengan orang dewasa.


- ada, belum jelas
- kecil-kecil banyak
- kurang


- jelas
- sedang
- lebih banyak
- kecil, imatur, distribusi sama dgn orang dewasa.

- lapisan lemak sempurna -2.1 mm
-kering
-50 mm
-9-15mm, 15 lapis sel
-tanpa glikogen
- jumlah berkurang, sesuai umur, lokasi, lingkungan


- perlekatan sempurna, struktur sama dg antigen dewasa

- jelas
- kecil-kecil banyak
- padat


- jelas
- besar
- hampir tak ada
- di pars retikulare besar

- di lapisan papilare dan tengah dermis: kecil imatur
- lapisan lemak sempurna





Jadi, komponen kulit beserta lapisannya telah ada sejak lahir, kemudian mengalami modifikasi, degradasi, dan resintesis melalui proses maturasi dan penuaan (aging). Secara umum dapat dikatakan kelengkapan komponen kulit bayi baru lahir (neonatus) dan anak sama dengan kulit orang dewasa. Berbagai perbedaan penting antara kulit bayi dengan kulit dewasa, antara lain:
1. Kulit relatif lebih tipis dan perlekatan antar sel masih longgar.
2. Produksi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea lebih sedikit.
3. Terdapat peningkatan potensi mengalami iritasi.
4. Terdapat peningkatan kerentanan terhadap infeksi, terutama bakteri
5. Sedikit kemungkinan mengalami alergi kontak.
6. Permeabilitas perkutan meningkat, terutama pada bayi prematur atau bila terjadi kerusakan kulit.
7. Perbandingan luas permukaan kulit terhadap volume cairan tubuh relatif lebih besar, sehingga risiko peningkatan bahan toksik di dalam darah lebih tinggi.
Kondisi kulit tersebut memungkinkan spektrum kelainan pada bayi baru lahir bersifat fisiologik dan sementara serta relatif tidak memerlukan terapi atau perawatan khusus. Kelainan kulit cenderung lebih banyak diakibatkan oleh infeksi dan iritasi.




2.3 Diaper Dermatitis
2.3.1 Definisi Diaper Dermatitis
Diaper dermatitis merupakan kelainan peradangan kulit di daerah yang tertutup popok yang paling sering diderita oleh bayi atau anak-anak.
(Maya Devita,Dr;2004)
2.3.2 Tanda dan Gejala
Gejala dari diaper dermatitis ini sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan yang parah. Tanda dan gejala awal kelainan ini berupa kemerahan ringan di kulit daerah sekitar popok yang bersifat terbatas, disertai dengan lecet-lecet ringan atau luka pada kulit. Pada derajat sedang, dapat berupa kemerahandengan atau tanpa bintil-bintil yang tersusun seperti satelit, disertai dengan lecet-lecet yang meliputi permukaan yang luas. Pada tingkatan ini bayi akan merasa nyeri dan tidak nyaman. Pada diaper dermatitis yang parah, ditemukan kemerahan yang hebat disertai dengan bintil-bintil, pernanahan dan meliputi daerah kulit yang luas. Bila sudah dalam keadaan demikian bayi harus mendapat perawatan intensif. (Maya Devita,Dr;2004).
2.3.3. Penyebab
Berbagai faktor yang berperan pada timbulnya diaper dermatitis antara lain:
2.3.3.1 Kontak yang lama dengan popok yang basah
Popok yang basah bila tidak segera diganti akan membuat kulit bayi lembab. Di dalam urine terdapat berbagai organisme diantaranya bakterium amoniagenes yang dapat mengubah urea menjadi amonia. Amonia ini dapat meningkatkan PH pada permukaan kulit bayi sehingga kulit akan lebih mudah dan lebih sering diserang oleh kuman dan jamur. Keadaan feses yang banyak mengandung air dapat menambah kelembapan kulit sehingga mempermudah terjadinya dermatitis/eksim akibat gesekan.
2.3.3.2 Gesekan dan iritasi
Gesekan dan iritasi merupakan dua faktor penting, sebagai penyebab primer maupun sebagai faktor pencetus. Daerah popok adalah daerah yang sering basah. Ditambah dengan gesekan berulang pada pergerakan badan bayi akan menambah pula frekuensi kontak antar kulit. Dermatitis oleh karena iritasi biasanya disebabkan oleh iritasi bahan kimia khususnya oleh kotoran diare.
2.3.3.3 Enzime-enzim fekal juga meningkatkan permeabilitas dari kulit terhadap garam empedu yang merupakan bahan iritan yang potensial dalam feces.
Penurunan angka kejadian diaper dermatitis pada bayi yang masih masa menyusui dirasakan berhubungan dengan interaksi antara pH dan enzyme-enzyme fecal. Karena kotoran dari bayi yang masih diberikan ASI pada masa menyusui memiliki aktivitas enzime fecal dan pH yang rendah juga.
Munculnya diaper dermatitis dapat dimanifestasikan terutama pada permukaan yang cembung dalam lipatan kulit dan lesi dapat timbul dalam bermacam-macam tipe dan bentuk. Erupsi pada kulit ini dapat timbul pada kontak secara langsung di kulit misal pada permukaan yang cembung, pada bokong, paha bagian dalam, mons pubis,dan scrotum. Sedangkan pada lipatan kulit yang dalam dapat ditembus oleh iritasi bahan kimia khususnya urine dan feses. Penyebab lain adalah sabun dari pembilasan yang tidak adekuat atau parfum yang ditambahkan pada popok dan bisa juga disebabkan oleh diaper yang disposibel.
(Whaley and Wong, 2000;599)

2.3.3.3 Infeksi
1) Infeksi jamur
Candida albican adalah peyebab umum dari ruam popok yang tidak sembuh-sembuh dan memerlukan obat khusus untuk perawatannya. Jika bayi mendapat antibiotik, resiko terinfeksi jamur akan meningkat.
2) Infeksi bakteri
Disamping candida albican terdapat pula staphylococcus aureus yang dapat memperburuk keadaan infeksi di daerah popok.
(Paula Kelly,M.D,2002;171)
2.3.3.4 Penyakit lain
Penyakit kulit lain misalnya psoriasis dermatitis seboroik akan berpengaruh pada perjalan panyakit diaper dermatitis. Pada umumnya diaper dermatitis dengan dasar salah satu penyakit kulit tersebut akan mempunyai perjalanan penyakit yang sesuai dengan penyakit dasarnya.
(Dailli,1989;71). Beberapa faktor turut berperan antara lain penggunaan PASI sebagai pengganti ASI, jenis popok yang dipakai, cara pemakaian popok, kondisi kulit bayi, perawatan daerah yang tertutup popok, dan frekwensi penggantian popok.(Whaley and Wong,1995;598)
2.3.4 Insiden Diaper Dermatitis
Diaper dermatitis sering ditemukan pada bayi-bayi yang berusia 1 minggu dengan lecet-lecet disekitar pantatnya. Karena itu harus hati-hati sekali merawat bayi yang peka ini.(Suryabudhi,2000;233).


2.3.5 Upaya yang dapat dilakukan jika bayi menderita diaper dermatitis
1) Bersihkan segera daerah yang tertutup popok dengan lembut setiap kali bayi kencing/mengeluarkan kotoran menggunakan air / minyak mineral. Bilas dan keringkan dengan sebaik-baiknya. Pada tindakan pembersihan penting diusahakan menghindari penggosokan/penggesekan.
2) Oleskan krem pelindung. Jangan memakai bedak selama gatal belum sembuh.
3) Buka popok bayi sesering mungkin sampai kulit sembuh sekitar satu minggu (paparan udara langsung akan membantu mengeringkan dan menyembuhkan kulit yang gatal).
4) Periksa ke dokter bila gatal menetap sampai 10 hari atau lebih, tambah berat atau timbul lecet-lecet.
(Infokes.com,Oktober 2000)
2.4 Metode Perawatan Perianal
Keberadaan dan kesehatan bayi yang baik adalah tujuan yang paling penting dari orang tua. Metode perawatan perianal pada bayi adalah sebagai berikut:
2.4.1 Perawatan perianal dengan baby oil :
Persiapan alat antara lain:
 Sarung tangan
 Air hangat-hangat kuku didalam baskom
 Bola kapas dan handuk bersih
 Baby oil
 Popok yang bersih
Pelaksanaan
 Dilakukan setiap kali bayi selesai BAB / BAK
 Kenakan sarung tangan.
 Bersihkan daerah perianal, bokong,dan paha lalu keringkan setiap lipatan kulit dengan handuk.
 Oleskan secara tipis dan merata baby oil pada perianal, bokong dan paha
 Kenakan popok yang bersih dan kering .
Penyelesaian
 Buang air yang telah digunakan untuk menyeka perianal.
 Bereskan alat-alat.
(Pillitteri,2002;137-138)
2.4.2 Perawatan perianal tanpa baby oil
Persiapan alat antara lain:
 Sarung tangan
 Air hangat-hangat kuku didalam baskom
 Bola kapas dan handuk bersih
 Popok yang bersih
Pelaksanaan
 Kenakan sarung tangan
 Membersihkan daerah perianal, bokong dan pada lalu keringkan setiap lipatan kulit dengan handuk.
 Kemudian kenakan popok yang bersih dan kering.
Penyelesaian
 Buang air yang telah digunakan untuk menyeka perianal.
 Bereskan alat-alat.
2.5 Diaper/ Popok
2.5.1 Beberapa Jenis Popok
1) Popok Sekali Pakai
Popok sekali pakai mempunyai lapisan luar dari plastik untuk menahan agar cairan tidak bocor keluar, lapisan dalam dari kertas penyerap dan kadang-kadang lapisan dalam dari plastik atau gel agar cairan tidak berkontak dengan kulit bayi anda. Popok ini juga dilengkapi perekat atau pengikat, dan beberapa merek menggunakan benang elastik di sekeliling bagian tungkai kaki untuk lebih mencegah kebocoran. Sebaiknya siapkan cadangan popok yang banyak, karena mungkin anda akan membutuhkan tujuh puluh sampai sembilan puluh popok dalam seminggu bagi bayi baru lahir.
2) Popok Kain
Popok kain biasanya dibuat dari kain kasa atau flanel katun. Zaman dulu popok kain menggunakan peniti sebagai pengikatnya, tetapi sekarang, banyak yang telah dilengkapi “Velcro” dan pelapis luar yang kedap air. Popok kain biasanya cepat kering dan sangat menyerap, serta dijual dalam keadaan terlipat. Anda mungkin butuh tiga sampai empat lusin sebagai persiapan awal. Popok yang tidak dapat dilipat menjadi bentuk atau ukuran apapun Sehingga popok ini memungkinkan untuk terus digunakan ketika bayi sudah tumbuh lebih besar.
Popok yang sudah terlipat oleh pabriknya, mempunyai ketebalan tambahan untuk menambah penyerapan di bagian tengahnya, sehingga tidak perlu lagi dilipat. Ini menghemat waktu tetapi menjadi kurang luwes dalam hal ukuran.
3) Celana tahan air
Celana ini mempunyai benang elastik disekeliling pinggang dan kaki untuk mencegah kebocoran. Celana ini tidak memungkinkan peredaran udara maupun pengeringan; karenanya kadang –kadang menimbulkan ruam popok atau alergi kulit. Namun sekarang ini mulai tersedia pilihan celana yang lebih dapat bernafas dibanding celana plastik tradisional dan banyak popok yang mempunyai lapisan luar tahan air. Jika anda berencana menggunakan celana tahan air ini, sediakan tiga atau empat celana bagi bayi anda.
2.5.2 Memilih jenis popok
Keputusan anda untuk membeli popok sekali pakai, mencuci sendiri popok kain, atau menggunakan layanan penyedia popok akan tergantung dari beberapa faktor, termasuk jadwal anda, anggaran dan reaksi bayi terhadap jenis popok. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa keuntungan dan kerugian dari beberapa metode penggunaan popok.
Tabel 2.2 Keuntungan dan kerugian dari beberapa metode penggunaan popok.

Metode Keuntungan Kerugian
Mencuci sendiri popok kain  Merupakan cara penyediaan popok yang termurah.
 Menawarkan keluwesan kain katun persegi dapat dapat dilipat berulang kali untuk disesuaikan dengan besar tubuh bayi sementara ia tumbuh.(Tetapi popok rancangan baru dengan pengikat “Velcro” kurang luwes dalam hal ukuran)  Memerlukan waktu dan merepotkan. Anda harus meredam,mencuci,membilas, dan mengeringkan popok sebelum siap digunakan kembali.
 Dapat menyulitkan terutama ketika anda bepergian.


Popok sekali pakai  Menawarkan kemudahan, terutama saat bepergian dan bertamu.
 Dianjurkan penggunaannya di tempat penitipan bayi.  Biayanya kira-kira dua kali lebih besar dari pada popok kain (selama anak masih menggunakan popok)
 Harus sering pergi ke toko untuk membeli cadangan popok).
 Biayanya membengkak karena bayi anda akan selalu membutuhkan ukuran yang lebih besar.
 Dapat menyebabkan ruam popok karena lapisan luar yang terbuat dari plastik menghambat peredaran udara.
Di beberapa tempat anda dilarang membuang popok kotor di sampah sehingga anda harus membilasnya seperti anda membilas popok kain.Menambah jumlah sampah popok 6.000 sampai 8.000 per bayi sebelum bayi mendapat berkemih dan buang air yang teratur.
Menggunakan jasa layanan penyedia popok (belum ada di sini)  Menghemat waktu, tidak perlu membilas.
 Tidak terlalu mahal seperti popok sekali pakai.
 Menggunakan sabun anti bakteri khusus dan penggunaan air per popok lebih sedikit dari pada mencucinya sendiri di rumah.
 Biaya tidak membengkak ketika bayi anda bertambah besar.  Lebih mahal dari mencuci popok sendiri.
 Agak sulit ketika anda bepergian.
 Mungkin sulit menemukan layanan seperti ini.
(Kelly P,2002;23-25)


2.6 Baby oil
2.4.2 Definisi baby oil
Baby oil adalah produk minyak untuk bayi yang dibuat dengan tingkat minyak mineral paling tinggi untuk membentuk suatu rintangan sutra untuk mencegah kelembaban yang berlebihan.
(Cumberlandswan,2003)


2.4.3 Komposisi baby oil
Produk perawatan kulit mengambil suatu peran kunci untuk meningkatkan kesehatan selain makanan, pakaian dan alat, sehingga perlu dipilih yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi kulit bayi. Baby oil yang dianggap memiliki efek perawatan yang baik adalah minyak dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi yang didalamnya mengandung gliserin, tocopherylacetate, vitamin E, chamomile extract dan zink oxid.
(Corell-Michaela Arens,2003)
Glyserol/Glyserin, merupakan agen osmotik dengan pengeluaran minyak dan pelembab serta mempunyai rentang yang luas dalam penggunaan kefarmasian. Ini sering dimasukkan dalam persiapan pengobatan setempat dalam bentuk cream, lotion sebagai penghasil minyak dan untuk pelembab yang diabsorbsi. Reaksi hygroscopic menambah atau mempertinggi kelembapan.
Chamomile extract digunakan pada pemakaian luar pada inflamasi tahap awal dan salep/oil yang berisi chamomile digunakan untuk pencegahan dan pengobatan diaper dermatitis. Berisi tidak kurang dari 0,7 % minyak essensial.
Tocopherilacetat adalah zat yang menyusun vitamin E, dapat melindungi lemak jenuh terhadap pengoksidan vitamin E. Didistribusikan ke seluruh jaringan dan diserap di jaringan adiposa. Vitamin E vitamin yang larut dalam lemak diindikasikan mencegah asam lemak tak jenuh yang bereaksi terhadap radikal bebas yang menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel membran tanpa pembentukan radikal bebas lain, sehingga mencegah terbentuknya lipoperoxidase yang dapat merusak kulit. Tocopherylacetat dan vitamin E dapat langsung diserap oleh kulit
Zink Oxide bentuk putih/kekuningan, lembut, berbentuk powder, tidak larut dalam air dan alkohol, larut dalam asam mineral. Merupakan astringen yang ringan digunakan untuk pengobatan setempat sebagai proteksi terhadap exim dan eksoriasi ringan pada luka. Bisa juga digunakan untuk perlindungan terhadap sinar matahari.
(Kathleen P,2002;1128-1616)

EFEKTIVITAS PERAWATAN PERIANAL DENGAN BABY OIL TERHADAP PENCEGAHAN DIAPER DERMATITIS PADA NEONATUS

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Kehidupan pada masa neonatus merupakan masa yang sangat rawan dimana pada masa ini bayi harus menyesuaikan diri secara fisiologi agar dia dapat hidup sebaik-baiknya saat sudah berada di luar kandungan. Menurut Suryabudhi (2000) pada neonatus memiliki permasalahan yang luas dan kompleks, terutama masalah kulit. Semua bayi memiliki kulit yang sangat peka dalam bulan-bulan pertama. Kondisi kulit pada bayi yang relatif lebih tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi dan alergi. Secara struktural dapat pula di lihat bahwa kulit pada bayi belum berkembang dan berfungsi optimal. Salah satu masalah kulit yang masih sering terjadi pada bayi dan anak adalah diaper dermatitis. Diaper dermatitis adalah kelainan peradangan kulit di daerah yang tertutup popok yang paling sering diderita oleh bayi atau anak-anak. (Maya Devita,Dr;2004). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah diaper dermatitis adalah metode perawatan perianal dengan baby oil. Sampai saat belum ada penelitian tentang efektivitas metode perawatan perianal dengan baby oil terhadap pecegahan terjadinya diaper dermatitis pada neonatus
Kurang lebih 50% bayi dan anak yang memakai popok pernah mengalaminya. Penyakit ini juga mengenai 7–35 % dari populasi bayi. (Lestari,T; 2003). Pasien-pasien yang dirawat di Ruang Neonatus ……………… dalam satu bulan terakhir (……… sampai ………) dari 153 pasien yang dirawat 55 orang ( sekitar 36 % ) pasien yang dirawat menderita diaper dermatitis.
Menurut Maya Devinta banyak faktor yang menyebabkan terjadinya diaper dermatitis. Diantaranya factor fisik (pakaian, popok), factor kimiawi (bahan kimia dalam urine dan faeces), factor enzimatik (bahan kimia yang bereaksi secara enzima) dan adanya mikroba (jamur dan bakteri pada urine dan faeces yang terdapat dalam popok. Enzim-enzim fecal yang terdapat dalam faeces bayi merupakan bahan iritan yang dapat meningkatkan permeabilitas kulit bayi.(G.Sujayanto,2001). Didalam urine juga terdapat berbagai organisme diantaranya bacterium amoniagenes yang dapat mengubah urea menjadi ammonia.Amonia dapat meningkatkan pH pada permukaan kulit bayi sehingga kulit lebih mudah terjadi iritasi. (Whaley and Wong,2000).
Daerah yang langsung berhubungan dengan popok terutama adalah lipat paha, pantat dan paha bagian dalam, dimana kulit mudah sekali menderita kelainan-kelainan. Adapun gejala dari diaper dermatitis ini sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan yang parah. Tanda-tanda awal kelainan ini berupa kemerahan ringan di kulit daerah sekitar popok yang bersifat terbatas, disertai dengan lecet-lecet ringan atau luka pada kulit. Pada derajat sedang, dapat berupa kemerahan dengan atau tanpa bintil-bintil yang tersusun seperti satelit, disertai dengan lecet-lecet yang meliputi permukaan yang luas. Pada tingkatan ini bayi akan merasa nyeri dan tidak nyaman. Pada diaper dermatitis yang parah, ditemukan kemerahan yang hebat disertai dengan bintil-bintil, pernanahan dan meliputi daerah kulit yang luas. Bila sudah dalam keadaan demikian bayi harus mendapat perawatan intensif. (Maya Devita,Dr;2004). Bila bintil-bintil kemerahan ini dibiarkan maka dapat terinfeksi sehingga akan timbul gelembung-gelembung kecil berisi nanah yang meliputi daerah yang luas. Jika gelembung-gelembung ini pecah akan timbul kerak di sekitar daerah tersebut. (Suryabudhi , 2000;233)
Sehingga aspek yang penting dalam perawatan bayi baru lahir adalah perawatan area popok. Hal ini essensial bagi keamanan bayi baru lahir. (Pilliteri,2002;137).
Diaper dermatitis ini dapat dicegah dengan cara membersihkan sebaik mungkin daerah yang tertutup popok setelah bayi kencing atau buang air besar dengan air bersih, kemudian dikeringkan bahkan sampai ke setiap lipatan kulit juga. Sebelum memakaikan popoknya lagi oleskan baby oil ke bokong. (Neilson ,1992;51). Pemberian baby oil ke bokong dimaksudkan untuk mencegah amonia menempel di kulit dan untuk mempermudah mengangkat mekonium (Pilliteri,2002;137).
Walaupun dermatitis ini bukan merupakan kelainan yang mematikan, namun bila dibiarkan akan semakin meluas sehingga bisa mengganggu pertumbuhan si kecil. Ketika dia sudah dewasa kelak, bukan tidak mungkin dia akan merasa malu karena bercak yang muncul sewaktu kecil itu akan membekas hingga dewasa. Karena itu sebagai upaya pencegahan agar diaper dermatitis ini tidak terjadi maka perawatan perianal/perawatan pada daerah yang tertutup popok penting dilakukan. Jika diaper dermatitis ini tidak terjadi maka bayi akan merasa nyaman, tidak gelisah, tidak rewel dan para ibu akan merasa tenang.Untuk menilai keefektifan perawatan perianal dengan baby oil dalam mencegah terjadinya diaper dermatitis maka perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah efektivitas penggunaan baby oil terhadap pencegahan diaper dermatitis pada neonatus ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menjelaskan efektivitas perawatan perianal dengan menggunakan baby oil terhadap pencegahan diaper dermatitis pada neonatus di RSU dr Soetomo Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tanda-tanda dermatitis pada bayi yang dilakukan perawatan perianal dengan baby oil.
2. Mengidentifikasi tanda-tanda dermatitis pada bayi yang dilakukan perawatan perianal tanpa baby oil.
3. Menjelaskan perbedaan terjadinya diaper dermatitis pada kelompok yang dilakukan perawatan perianal dengan baby oil dan tanpa baby oil
4. Menjelaskan pengaruh perawatan perianal dengan baby oil yang dilakukan setiap kali bayi selesai BAB/BAK.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis:
1) Mengembangkan ilmu keperawatan khususnya keperawatan anak (metode perawatan perianal dengan baby oil) sehingga dapat lebih meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada neonatus.
2) Dapat dipakai sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
1.4.2 Manfaat Praktis:
1) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk megidentifikasi terjadinya dermatitis sehingga dapat dicegah semaksimal mungkin.
2) Dapat memberikan informasi tentang pengaruh perawatan perianal dengan menggunakan baby oil terhadap pencegahan diaper dermatitis pada neonatus dan pentingnya mengganti popok setelah bayi selesai BAB/BAK.
3) Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki pelaksanaan perawatan perianal sehingga dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
4) Diaper Dermatitis dapat dicegah sehingga bayi akan merasa nyaman, tidak rewel, tidak gelisah dan ibu merasa tenang.

PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP INTENSITAS NYERI PASIEN INPARTU KALA I FASE AKTIF

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persalinan adalah proses fisiologis yang harus dialami oleh setiap wanita yang hamil dan, ini adalah saat yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat marasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Tetapi persalinan juga disertai rasa nyeri yang membuat kebahagiaan yang didambakan diliputi oleh rasa takut dan cemas. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Rasa nyeri pada persalinan menimbulkan gejala yang dapat kenali. Ekspresi afektif tertentu akibat suatu penderitaan juga sering terlihat. Perubahan afektif meliputi peningkatan cemas disertai lapang perseptual yang menyempit, mengerang, menangis, gerakan tangan (yang menandakan rasa nyeri) dan ketegangan otot yang sangat diseluruh tubuh. Oleh karena itu pemakaian hipnosis pada persalinan dapat menghambat sinyal nyeri mencapai otak (Bobak, 2005).
Nyeri sendiri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan dengan lainnya. Untuk itu, diperlukan kemampuan perawat dalam mengidentifikasi dan mengatasi rasa nyeri tersebut. Rasa nyeri akibat perubahan serviks dan iskemia rahim merupakan nyeri viseral. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini pada interval antar kontraksi (Asmadi, 2008).
Fenomena yang selama ini ada di lapangan, biasanya ditemukan pada ibu intranatal kala1 fase aktif beberapa mengeluhkan rasa nyeri dan kontraksi ynag kuat pada uterus serta rasa seperti ingin BAB. Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Secara fisiologi nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif, pada fase laten terjadi pembukaan sampai 3 cm, bisa berlangsung selama 8 jam. Nyeri berasal dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan makin bertambahnya baik volume maupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri terjadi di mana pembukaan lengkap sampai 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Nyeri yang terjadi dapat mempengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa takut, khawatir dan menimbulkan stress. Stress dapat menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat pada persalinan yang lama (Suririnah, 2009).
Rasa nyeri yang dikeluhkan ibu intranatal kala1 ini harus diantisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau menggunakan metode tambahan penghilang nyeri salah satunya dengan metode hipnosis. Apabila hal ini tidak cepat teratasi maka dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi. Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I fase aktif sangat penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu tindakan dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan nyeri yang sangat hebat. (Bobak, 2005).
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat telah dikembangkan metode non-farmakologis untuk menghadapi persalinan yaitu metode hypnobirthing. Hypnobirthing atau disebut juga Hypnotherapy, hypnobabies, atau hypbirth. Menurut Suririnah (2009) merupakan teknik relaksasi otot, pernapasan dan pikiran yang membantu ibu hamil akan mencapai keadaan diri yang tenang, rileks, dan memberi perasaan positif dan terkontrol terhadap tubuh hingga proses persalinannya. Hipnosis yang digunakan adalah metode penanaman sugesti dengan kata-kata atau visualisasi (membayangkan) yang indah dan menyenangkan saat otak telah berada dalam kondisi rileks sehingga dapat mengatasi dan melupakan rasa sakit.
Metode ini merupakan metode alamiah yang digunakan untuk menghilangkan rasa takut, panik, tegang dan tekanan-tekanan lain yang menghantui ibu selama persalinan. Hypnobirthing banyak memberikan manfaat karena melatih ibu hamil untuk selalu rileks, bersikap tenang dan menstabilkan emosi. Hypnobirthing bertujuan agar ibu dapat melahirkan dengan nyaman dan menghilangkan rasa sakit melahirkan tanpa bantuan obat bius apapun. Metode ini juga lebih menekankan melahirkan dengan cara positif, lembut, aman dan bagaimana mencapainya dengan mudah (Andriana, 2007).
Menurut Myers S, (2005) dalam Journal of Counselling and Clinical Psychology, sebuah penelitian di Inggris mengenai hypnobirthing dilakukan pada dua kelompok ibu hamil. Kelompok pertama diberi latihan pernafasan dan relaksasi, kelompok kedua diberi metode hypnobirthing dan hasilnya kelompok kedua lebih bisa mengatasi nyeri, dan terlihat tenang ketika persalinan dan bayi yang dilahirkan memilik Apgar score tinggi dan juga mengurangi terjadinya depresi pada masa postpartum.
Penelitian mengenai Hypnotherapy juga dilakukan oleh Luknis S (2008). Terapi hipnosis terhadap penurunan sensasi nyeri pasca bedah ortopedi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan signifikan rerata selisih tingkat sensari nyeri sebelum dan setelah terapi baik pada kelompok kontrol dan intervensi (p = 0,020). Kelompok intervensi memiliki rerata nyeri selisih lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Menurut Andriana (2007), pada metode hypnobirthing wanita akan dilatih untuk menanamkan pikiran positif dan melakukan hipnosis diri. Para ahli kejiwaan berpendapat bahwa relaksasi yang mendalam, pemusatan perhatian (fokus), dan hipnosis berguna untuk lebih banyak mengistirahatkan alam sadar dan memasukkan pemahaman kepada alam bawah sadar sehingga tindakan akan lebih banyak dipengaruhi oleh alam bawah sadar dibandingkan dengan alam sadar.
Metode hypnobirthing sebenarnya sudah dikenal dalam salah satu management nyeri nonfarmakologi yang dikenal perawat sebagai imajinasi terbimbing yang dikembangkan dengan berbagai teknik salah satunya adalah hypnobirthing. Pada prinsipnya hypnobirthing merupakan salah satu bagian dari Human mind control system yaitu kemampuan didalam mengontrol alam pikir manusia untuk mengendalikan alam pikir bawah sadar sehingga mampu mengendalikan alur gelombang otak, yaitu dengan membuka gelombang alpha otak manusia baik sebagai self hypnosis ataupun diaplikasikan terhadap klien baik pasien bagi praktisi medis maupun non medis (Jaspi, 2009).
Metode hypnobirthing merupakan salah satu cara yang dapat di aplikasikan oleh ibu hamil untuk memperoleh ketenangan saat menghadapi kehamilan dan persalinan. Metode ini dapat diajarkan pada ibu hamil sebagaimana intervensi keperawatan dengan metode manajemen nyeri yang lain. Hal ini sangat sesuai dengan peran perawat sebagai health education dimana perawat dapat mengajarkan ketrampilan tertentu kepada pasien (Andriana, 2007).