22 Maret 2009

EFEKTIVITAS PERAWATAN PERIANAL DENGAN BABY OIL TERHADAP PENCEGAHAN DIAPER DERMATITIS PADA NEONATUS

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan: Neonatus, Kulit Neonatus, Diaper Dermatitis, Metode Perawatan Perianal, Diaper/popok, dan Baby oil.
2.1 Neonatus
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berusia empat minggu. Kehidupan pada masa neonatus sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intra uterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik seperti berikut : (1) peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida.), (2) saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan, (3) ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak dipakai lagi oleh tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah, (4) hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekskresi bahan racun yang tidak diperlukan badan, (5) sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi , dan (6) sistem kardiovaskuler serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan perubahan fungsi organ tersebut diatas. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan fungsi biokimia dan faali yang disebabkan oleh primaturitas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.(Markum,2002;214).
2.2 Kulit Neonatus
Ada perbedaan yang sangat besar dari permukaan dan volume tubuh bayi dan anak remaja. Kulit bayi lebih tipis dari pada anak remaja. Lapisan di bagian dalam mempunyai kelembaban yang lebih tinggi. Lapisan asid ada dalam beberapa minggu pertama dan pada bayi lebih mudah terkena gangguan dari pada anak remaja.
2.2.1 Karakteristik Kulit Neonatus
Berkaitan dengan anatomi dan fisiologi dari kulit, kulit pada bayi relatif tipis, dan mempunyai suatu kandungan air yang tinggi pada lapisan dalam dan fungsi perlindungan yang belum berkembang dengan penuh. Perlindungan melalui sebum seperti pada kulit remaja masih belum bisa. Kondisi kulit bayi baru lahir mengalami peralihan dari lingkungan dalam kandungan terhadap perubahan suhu dengan kelembaban udara yang berubah-ubah dan juga kontak dengan kuman, patogen, substansi yang berbahaya dapat mengganggu kulit bayi setelah kelahiran.(Sujayanto,G 2001).
2.2.2 Fungsi kulit pada Neonatus :
• Proteksi secara fisis dan imunologis.
• Mengatur suhu tubuh.
• Mengatur keseimbangan elektrolit.
• Persepsi ( panas, dingin, tekanan, nyeri dan perabaan).
• Ekskresi.
(Hasan at all,2002;167)


2.2.3 Perubahan kulit yang terjadi pada neonatus
Permukaan kulit normal pada neonatus akan bereaksi asam (variasi antara pH 4,5 – 6,5). Keasaman ini ditimbulkan oleh bahan kimia tertentu dalam sebum dan keringat. Oleh sebab itu dikatakan bahwa kulit mempunyai acid mantle. Keasaman inilah yang menyebabkan permukaan kulit mempunyai sifat aseptik seperti halnya keasaman lambung dan vagina. Daerah keasaman yang berkurang pada daerah intertriginosa (lipatan kulit) menyebabkan daerah tersebut lebih mudah dan lebih sering diserang oleh kuman dan jamur. Sebum terdiri dari asam lemak, kolesterol, alkohol, gliserida, dan fosfatida. Sebum yang teremulsikan oleh keringat berfungsi sebagai pelumas kulit yang mempunyai daya fungistatik.Anak dan bayi menghasilkan sebum agak kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa ( puncak produksi terjadi pada masa pubertas dan adolesen), sehingga pada kulit bayi lebih kering dibandingkan orang dewasa.
(Hasan at all,2002;168).
2.2.4 Perbedaan kulit neonatus, bayi dan dewasa
Secara histopatologis terdapat perbedaan struktur kulit pada neonatus prematur neonatus cukup bulan, dan dewasa disajikan pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Perbedaan struktur kulit neonatus prematur, neonatus cukup bulan, dan
orang dewasa
Bagian kulit Neonatus prematur Neonatus cukup bulan Dewasa
1. Tebal kulit
2. Permukaan epidermis
3. Tebal epidermis
4. Tebal str. korneum
5. Isi sel spinosum
6. Melanosit



7. Taut dermopidermal


8. Pars papilare
-serat retikulin
-serat kolagen
-kepadatan sel

9. Pars retikulare
-batas batas subkutan
-ukuran serat kolagen
-kepadatan sel
10.Serabut elastin


11.Subkutis -0.9 mm
-verniks (gelatinosa)
-20-25 mm
-4-5mm, 5-6 lapis sel
-glikogen
- melanosom yang matur sedikit



- hemidesmosom lebih kecil, strutur antigen sudah terbentuk

- ada, belum jelas
- kecil-kecil banyak
- kurang


- jelas
- kecil
- banyak
- kecil,imatur, hampir tak ada

- lapisan lemak sempurna -1.2 mm
-verniks, skuamasi
-40-50 mm
-9-10mm, 15 lapis sel
-sedikit/tanpa glikogen
- jumlah = dewasa, jumlah sel sama dengan dewasa, produksi melanin sedikit

- struktur dan antigen + sama dengan orang dewasa.


- ada, belum jelas
- kecil-kecil banyak
- kurang


- jelas
- sedang
- lebih banyak
- kecil, imatur, distribusi sama dgn orang dewasa.

- lapisan lemak sempurna -2.1 mm
-kering
-50 mm
-9-15mm, 15 lapis sel
-tanpa glikogen
- jumlah berkurang, sesuai umur, lokasi, lingkungan


- perlekatan sempurna, struktur sama dg antigen dewasa

- jelas
- kecil-kecil banyak
- padat


- jelas
- besar
- hampir tak ada
- di pars retikulare besar

- di lapisan papilare dan tengah dermis: kecil imatur
- lapisan lemak sempurna





Jadi, komponen kulit beserta lapisannya telah ada sejak lahir, kemudian mengalami modifikasi, degradasi, dan resintesis melalui proses maturasi dan penuaan (aging). Secara umum dapat dikatakan kelengkapan komponen kulit bayi baru lahir (neonatus) dan anak sama dengan kulit orang dewasa. Berbagai perbedaan penting antara kulit bayi dengan kulit dewasa, antara lain:
1. Kulit relatif lebih tipis dan perlekatan antar sel masih longgar.
2. Produksi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea lebih sedikit.
3. Terdapat peningkatan potensi mengalami iritasi.
4. Terdapat peningkatan kerentanan terhadap infeksi, terutama bakteri
5. Sedikit kemungkinan mengalami alergi kontak.
6. Permeabilitas perkutan meningkat, terutama pada bayi prematur atau bila terjadi kerusakan kulit.
7. Perbandingan luas permukaan kulit terhadap volume cairan tubuh relatif lebih besar, sehingga risiko peningkatan bahan toksik di dalam darah lebih tinggi.
Kondisi kulit tersebut memungkinkan spektrum kelainan pada bayi baru lahir bersifat fisiologik dan sementara serta relatif tidak memerlukan terapi atau perawatan khusus. Kelainan kulit cenderung lebih banyak diakibatkan oleh infeksi dan iritasi.




2.3 Diaper Dermatitis
2.3.1 Definisi Diaper Dermatitis
Diaper dermatitis merupakan kelainan peradangan kulit di daerah yang tertutup popok yang paling sering diderita oleh bayi atau anak-anak.
(Maya Devita,Dr;2004)
2.3.2 Tanda dan Gejala
Gejala dari diaper dermatitis ini sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan yang parah. Tanda dan gejala awal kelainan ini berupa kemerahan ringan di kulit daerah sekitar popok yang bersifat terbatas, disertai dengan lecet-lecet ringan atau luka pada kulit. Pada derajat sedang, dapat berupa kemerahandengan atau tanpa bintil-bintil yang tersusun seperti satelit, disertai dengan lecet-lecet yang meliputi permukaan yang luas. Pada tingkatan ini bayi akan merasa nyeri dan tidak nyaman. Pada diaper dermatitis yang parah, ditemukan kemerahan yang hebat disertai dengan bintil-bintil, pernanahan dan meliputi daerah kulit yang luas. Bila sudah dalam keadaan demikian bayi harus mendapat perawatan intensif. (Maya Devita,Dr;2004).
2.3.3. Penyebab
Berbagai faktor yang berperan pada timbulnya diaper dermatitis antara lain:
2.3.3.1 Kontak yang lama dengan popok yang basah
Popok yang basah bila tidak segera diganti akan membuat kulit bayi lembab. Di dalam urine terdapat berbagai organisme diantaranya bakterium amoniagenes yang dapat mengubah urea menjadi amonia. Amonia ini dapat meningkatkan PH pada permukaan kulit bayi sehingga kulit akan lebih mudah dan lebih sering diserang oleh kuman dan jamur. Keadaan feses yang banyak mengandung air dapat menambah kelembapan kulit sehingga mempermudah terjadinya dermatitis/eksim akibat gesekan.
2.3.3.2 Gesekan dan iritasi
Gesekan dan iritasi merupakan dua faktor penting, sebagai penyebab primer maupun sebagai faktor pencetus. Daerah popok adalah daerah yang sering basah. Ditambah dengan gesekan berulang pada pergerakan badan bayi akan menambah pula frekuensi kontak antar kulit. Dermatitis oleh karena iritasi biasanya disebabkan oleh iritasi bahan kimia khususnya oleh kotoran diare.
2.3.3.3 Enzime-enzim fekal juga meningkatkan permeabilitas dari kulit terhadap garam empedu yang merupakan bahan iritan yang potensial dalam feces.
Penurunan angka kejadian diaper dermatitis pada bayi yang masih masa menyusui dirasakan berhubungan dengan interaksi antara pH dan enzyme-enzyme fecal. Karena kotoran dari bayi yang masih diberikan ASI pada masa menyusui memiliki aktivitas enzime fecal dan pH yang rendah juga.
Munculnya diaper dermatitis dapat dimanifestasikan terutama pada permukaan yang cembung dalam lipatan kulit dan lesi dapat timbul dalam bermacam-macam tipe dan bentuk. Erupsi pada kulit ini dapat timbul pada kontak secara langsung di kulit misal pada permukaan yang cembung, pada bokong, paha bagian dalam, mons pubis,dan scrotum. Sedangkan pada lipatan kulit yang dalam dapat ditembus oleh iritasi bahan kimia khususnya urine dan feses. Penyebab lain adalah sabun dari pembilasan yang tidak adekuat atau parfum yang ditambahkan pada popok dan bisa juga disebabkan oleh diaper yang disposibel.
(Whaley and Wong, 2000;599)

2.3.3.3 Infeksi
1) Infeksi jamur
Candida albican adalah peyebab umum dari ruam popok yang tidak sembuh-sembuh dan memerlukan obat khusus untuk perawatannya. Jika bayi mendapat antibiotik, resiko terinfeksi jamur akan meningkat.
2) Infeksi bakteri
Disamping candida albican terdapat pula staphylococcus aureus yang dapat memperburuk keadaan infeksi di daerah popok.
(Paula Kelly,M.D,2002;171)
2.3.3.4 Penyakit lain
Penyakit kulit lain misalnya psoriasis dermatitis seboroik akan berpengaruh pada perjalan panyakit diaper dermatitis. Pada umumnya diaper dermatitis dengan dasar salah satu penyakit kulit tersebut akan mempunyai perjalanan penyakit yang sesuai dengan penyakit dasarnya.
(Dailli,1989;71). Beberapa faktor turut berperan antara lain penggunaan PASI sebagai pengganti ASI, jenis popok yang dipakai, cara pemakaian popok, kondisi kulit bayi, perawatan daerah yang tertutup popok, dan frekwensi penggantian popok.(Whaley and Wong,1995;598)
2.3.4 Insiden Diaper Dermatitis
Diaper dermatitis sering ditemukan pada bayi-bayi yang berusia 1 minggu dengan lecet-lecet disekitar pantatnya. Karena itu harus hati-hati sekali merawat bayi yang peka ini.(Suryabudhi,2000;233).


2.3.5 Upaya yang dapat dilakukan jika bayi menderita diaper dermatitis
1) Bersihkan segera daerah yang tertutup popok dengan lembut setiap kali bayi kencing/mengeluarkan kotoran menggunakan air / minyak mineral. Bilas dan keringkan dengan sebaik-baiknya. Pada tindakan pembersihan penting diusahakan menghindari penggosokan/penggesekan.
2) Oleskan krem pelindung. Jangan memakai bedak selama gatal belum sembuh.
3) Buka popok bayi sesering mungkin sampai kulit sembuh sekitar satu minggu (paparan udara langsung akan membantu mengeringkan dan menyembuhkan kulit yang gatal).
4) Periksa ke dokter bila gatal menetap sampai 10 hari atau lebih, tambah berat atau timbul lecet-lecet.
(Infokes.com,Oktober 2000)
2.4 Metode Perawatan Perianal
Keberadaan dan kesehatan bayi yang baik adalah tujuan yang paling penting dari orang tua. Metode perawatan perianal pada bayi adalah sebagai berikut:
2.4.1 Perawatan perianal dengan baby oil :
Persiapan alat antara lain:
 Sarung tangan
 Air hangat-hangat kuku didalam baskom
 Bola kapas dan handuk bersih
 Baby oil
 Popok yang bersih
Pelaksanaan
 Dilakukan setiap kali bayi selesai BAB / BAK
 Kenakan sarung tangan.
 Bersihkan daerah perianal, bokong,dan paha lalu keringkan setiap lipatan kulit dengan handuk.
 Oleskan secara tipis dan merata baby oil pada perianal, bokong dan paha
 Kenakan popok yang bersih dan kering .
Penyelesaian
 Buang air yang telah digunakan untuk menyeka perianal.
 Bereskan alat-alat.
(Pillitteri,2002;137-138)
2.4.2 Perawatan perianal tanpa baby oil
Persiapan alat antara lain:
 Sarung tangan
 Air hangat-hangat kuku didalam baskom
 Bola kapas dan handuk bersih
 Popok yang bersih
Pelaksanaan
 Kenakan sarung tangan
 Membersihkan daerah perianal, bokong dan pada lalu keringkan setiap lipatan kulit dengan handuk.
 Kemudian kenakan popok yang bersih dan kering.
Penyelesaian
 Buang air yang telah digunakan untuk menyeka perianal.
 Bereskan alat-alat.
2.5 Diaper/ Popok
2.5.1 Beberapa Jenis Popok
1) Popok Sekali Pakai
Popok sekali pakai mempunyai lapisan luar dari plastik untuk menahan agar cairan tidak bocor keluar, lapisan dalam dari kertas penyerap dan kadang-kadang lapisan dalam dari plastik atau gel agar cairan tidak berkontak dengan kulit bayi anda. Popok ini juga dilengkapi perekat atau pengikat, dan beberapa merek menggunakan benang elastik di sekeliling bagian tungkai kaki untuk lebih mencegah kebocoran. Sebaiknya siapkan cadangan popok yang banyak, karena mungkin anda akan membutuhkan tujuh puluh sampai sembilan puluh popok dalam seminggu bagi bayi baru lahir.
2) Popok Kain
Popok kain biasanya dibuat dari kain kasa atau flanel katun. Zaman dulu popok kain menggunakan peniti sebagai pengikatnya, tetapi sekarang, banyak yang telah dilengkapi “Velcro” dan pelapis luar yang kedap air. Popok kain biasanya cepat kering dan sangat menyerap, serta dijual dalam keadaan terlipat. Anda mungkin butuh tiga sampai empat lusin sebagai persiapan awal. Popok yang tidak dapat dilipat menjadi bentuk atau ukuran apapun Sehingga popok ini memungkinkan untuk terus digunakan ketika bayi sudah tumbuh lebih besar.
Popok yang sudah terlipat oleh pabriknya, mempunyai ketebalan tambahan untuk menambah penyerapan di bagian tengahnya, sehingga tidak perlu lagi dilipat. Ini menghemat waktu tetapi menjadi kurang luwes dalam hal ukuran.
3) Celana tahan air
Celana ini mempunyai benang elastik disekeliling pinggang dan kaki untuk mencegah kebocoran. Celana ini tidak memungkinkan peredaran udara maupun pengeringan; karenanya kadang –kadang menimbulkan ruam popok atau alergi kulit. Namun sekarang ini mulai tersedia pilihan celana yang lebih dapat bernafas dibanding celana plastik tradisional dan banyak popok yang mempunyai lapisan luar tahan air. Jika anda berencana menggunakan celana tahan air ini, sediakan tiga atau empat celana bagi bayi anda.
2.5.2 Memilih jenis popok
Keputusan anda untuk membeli popok sekali pakai, mencuci sendiri popok kain, atau menggunakan layanan penyedia popok akan tergantung dari beberapa faktor, termasuk jadwal anda, anggaran dan reaksi bayi terhadap jenis popok. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa keuntungan dan kerugian dari beberapa metode penggunaan popok.
Tabel 2.2 Keuntungan dan kerugian dari beberapa metode penggunaan popok.

Metode Keuntungan Kerugian
Mencuci sendiri popok kain  Merupakan cara penyediaan popok yang termurah.
 Menawarkan keluwesan kain katun persegi dapat dapat dilipat berulang kali untuk disesuaikan dengan besar tubuh bayi sementara ia tumbuh.(Tetapi popok rancangan baru dengan pengikat “Velcro” kurang luwes dalam hal ukuran)  Memerlukan waktu dan merepotkan. Anda harus meredam,mencuci,membilas, dan mengeringkan popok sebelum siap digunakan kembali.
 Dapat menyulitkan terutama ketika anda bepergian.


Popok sekali pakai  Menawarkan kemudahan, terutama saat bepergian dan bertamu.
 Dianjurkan penggunaannya di tempat penitipan bayi.  Biayanya kira-kira dua kali lebih besar dari pada popok kain (selama anak masih menggunakan popok)
 Harus sering pergi ke toko untuk membeli cadangan popok).
 Biayanya membengkak karena bayi anda akan selalu membutuhkan ukuran yang lebih besar.
 Dapat menyebabkan ruam popok karena lapisan luar yang terbuat dari plastik menghambat peredaran udara.
Di beberapa tempat anda dilarang membuang popok kotor di sampah sehingga anda harus membilasnya seperti anda membilas popok kain.Menambah jumlah sampah popok 6.000 sampai 8.000 per bayi sebelum bayi mendapat berkemih dan buang air yang teratur.
Menggunakan jasa layanan penyedia popok (belum ada di sini)  Menghemat waktu, tidak perlu membilas.
 Tidak terlalu mahal seperti popok sekali pakai.
 Menggunakan sabun anti bakteri khusus dan penggunaan air per popok lebih sedikit dari pada mencucinya sendiri di rumah.
 Biaya tidak membengkak ketika bayi anda bertambah besar.  Lebih mahal dari mencuci popok sendiri.
 Agak sulit ketika anda bepergian.
 Mungkin sulit menemukan layanan seperti ini.
(Kelly P,2002;23-25)


2.6 Baby oil
2.4.2 Definisi baby oil
Baby oil adalah produk minyak untuk bayi yang dibuat dengan tingkat minyak mineral paling tinggi untuk membentuk suatu rintangan sutra untuk mencegah kelembaban yang berlebihan.
(Cumberlandswan,2003)


2.4.3 Komposisi baby oil
Produk perawatan kulit mengambil suatu peran kunci untuk meningkatkan kesehatan selain makanan, pakaian dan alat, sehingga perlu dipilih yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi kulit bayi. Baby oil yang dianggap memiliki efek perawatan yang baik adalah minyak dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi yang didalamnya mengandung gliserin, tocopherylacetate, vitamin E, chamomile extract dan zink oxid.
(Corell-Michaela Arens,2003)
Glyserol/Glyserin, merupakan agen osmotik dengan pengeluaran minyak dan pelembab serta mempunyai rentang yang luas dalam penggunaan kefarmasian. Ini sering dimasukkan dalam persiapan pengobatan setempat dalam bentuk cream, lotion sebagai penghasil minyak dan untuk pelembab yang diabsorbsi. Reaksi hygroscopic menambah atau mempertinggi kelembapan.
Chamomile extract digunakan pada pemakaian luar pada inflamasi tahap awal dan salep/oil yang berisi chamomile digunakan untuk pencegahan dan pengobatan diaper dermatitis. Berisi tidak kurang dari 0,7 % minyak essensial.
Tocopherilacetat adalah zat yang menyusun vitamin E, dapat melindungi lemak jenuh terhadap pengoksidan vitamin E. Didistribusikan ke seluruh jaringan dan diserap di jaringan adiposa. Vitamin E vitamin yang larut dalam lemak diindikasikan mencegah asam lemak tak jenuh yang bereaksi terhadap radikal bebas yang menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel membran tanpa pembentukan radikal bebas lain, sehingga mencegah terbentuknya lipoperoxidase yang dapat merusak kulit. Tocopherylacetat dan vitamin E dapat langsung diserap oleh kulit
Zink Oxide bentuk putih/kekuningan, lembut, berbentuk powder, tidak larut dalam air dan alkohol, larut dalam asam mineral. Merupakan astringen yang ringan digunakan untuk pengobatan setempat sebagai proteksi terhadap exim dan eksoriasi ringan pada luka. Bisa juga digunakan untuk perlindungan terhadap sinar matahari.
(Kathleen P,2002;1128-1616)

Tidak ada komentar: