a. Pengertian
Sindrom kurang perawatan diri adalah keadaan dimana individu mengalami suatu kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (Carpenito,2000) yang meliputi :
1) Kurang perawatan diri : makan.
2) Kurang perawatan diri : mandi/higiene.
3) Kurang perawatan diri : berpakaian/berdandan.
4) Kurang perawatan diri : instrumental.
Personal higiene atau kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Dampak psikososial yang berhubungan dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto,2003).
b. Batasan karakteristik (Carpenito,2000)
1) Data mayor
a) Kurangnya kemampuan untuk makan sendiri
(1) Tidak dapat tidak dapat memotong atau membuka)
(2) Tidak dapat membawa makanan ke dalam mulut
b) Ketidakmampuan untuk mandi sendiri (termasuk membasuh keseluruh tubuh, menyisir rambut, menggosok gigi, melakukan perawatan terhadap kulit dan kuku serta menggunakan rias wajah)
c) Ketidakmampuan untuk memakai baju sendiri
(1) Kegagalan kemampuan untuk memakai atau melepaskan pakaian
(2) Ketidakmampuan untuk mengancingkan pakaian
(3) Ketidak mampuan untuk berdandan diri yang memuaskan
d) Ketidakmampuan untuk melakukan toileting sendiri
(1) Tidak dapat untuk pindah ke dan dari kamar mandi atau kamar kecil
(2) Tidak dapat untuk menangani pakaian sampai ke kamar mandi
(3) Tidak dapat menyiram toilet atau mengosongkan WC
(4) Tidak dapat atau tidak ada keinginan untuk melaksanakan kebersihan
(5) Tidak dapat atau tidak ada keinginan untuk ke kamar mandi atau kamar kecil.
e) Kurang perawatan diri instrumental
(1) Kesulitan mengunakan telepon
(2) Kesulitan mengakses transportasi
(3) Kesulitan menyiapkan makanan
(4) Kesulitan mensterika, mencuci pakaian
c. Faktor-faktor yang berhubungan (Carpenito, 2000)
1) Patofisiologi
a) Berhubungan dengan kurangnya koordinasi
b) Berhubungan dengan spastisitas atau flaksiditas
c) Berhubungan dengan kelemahan otot
d) Berhubungan dengan paralisis total atau sekunder
e) Berhubungan dengan atropi
f) Berhubungan dengan koma
g) Berhubungan dengan kelainan visual
2) Tindakan yang berhubungan
a) Berhubungan dengan alat eksternal
b) Berhubungan dengan keletihan pasca operatif
3) Situasional
a) Berhubungan dengan defisit kognitif
b) Berhubungan dengan nyeri
c) Berhubungan dengan penurunan motivasi
d) Berhubungan dengan kebingungan
e) Berhubungan dengan ansietas
4) Maturasional
Lansia : berhubungan dengan penurunan kemampuan visual, kelemahan otot.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik disesuaikan dengan penyakit yang diderita pasien. Untuk pasien dengan stroke pemeriksaan diagnostik yang dilakukan antara lain :
1) Laboratorium
2) Radiologi
3) CT Scan
e. Penatalaksanaan medis (Mansjoer,2000)
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penyakit yang diderita pasien. Pada pasien dengan stroke dilakukan perawatan secara umum bertujuan untuk meminimalkan komplikasi non neurologis salah satunya aktivitas. Pasien dengan strok harus di mobilisasi dan dilakukan fisioterapi sedini mungkin bila kondisi klinis neurologis dan hemodinamik stabil. Untuk fisioterapi pasif pada pasien yang belum boleh bergerak, perubahan posisi badan dan ekstremitas setiap 2 jam untuk mencegah dikubitus, latihan gerakan sendi anggota badan secara pasif 4 kali sehari untuk mencegah kontraktur, splin tumit untuk mempertahankan pergelangan kaki dalam posisi dorsofleksi dapat juga mencegah pemendekan tendon achilles.
Posisi kepala 30 derajat dari bidang horisontal untuk menjamin aliran darah adequat ke otak dan aliran balik vena ke jantung, kecuali pada pasien hipotensi (posisi datar), pasien dengan muntah-muntah (dekubitus lateral kiri), pasien dengan gangguan jalan nafas (posisi kepala ekstensi). Bila kondisi memungkinkan, maka pasien harus segera dimobilisasi aktif ke posisi tegak, duduk dan pindah ke kursi sesuai toleransi hemodinamik dan neurologis.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Sindrom Kurang Perawatan Diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar