09 Februari 2010

ASKEP HARGA DIRI RENDAH KRONIS



LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH KRONIS

A. Konsep Dasar Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
1. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, kepercayaan dan pandangan yang diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 2006; hal. 227).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. (Suliswati, 2005; hal. 89).
Gangguan konsep diri adalah suatu keadaan negatif dari perubahan mengenai perasaan, pikiran atau pandangan tentang dirinya sendiri yang negatif. (Carpenito,2004,hal. 883). Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu gambaran diri, ideal diri, peran diri, identitas diri, dan harga diri(Sunaryo, 2004,hal. 33).
Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self evaluasi yang telahberlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Stuart dan Sundeen, 2006; hal. 228).
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia. (Keliat, 2005).






2. Rentang Respon
Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon maladaptif


Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
diri positif rendah identitas

3. Psikopatologi
Menurut Stuart (2005, hal. 186), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran gender, tuuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksika kejadian yang megancam kehidupan dan ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri rendah yaitu mengkritik diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,gangguan dalam berhubungan, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, rasa bersalah, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, adanya keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri secara realitas,penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial.(Stuart & Sundeen, 1998, hal. 230).melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak ditanggulangi secara intensif akan menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir (curiga), perubahan interaksi sosial (menarik diri) dan resiko terjadi amuk.
4. Penatalaksanaan Medis
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.
2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti.
5) Tidak menyebabkan kantuk
6) Memperbaiki pola tidur
7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasidandependensi.
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231)
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998,hal.728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005,hal.49)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Adapun data yang diperoleh dari klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu:
a. Data Subjektif
Mengkritik diri sendiri/orang lain, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai diri sendiri, klien mengatakan bersedih dan kecewa, klien mengatakan pesimis dalam menghadpi kehidupan, mengatakan hal-hal yang negatif tentang keadaan tubuhnya.
b. Data Objektif
Gangguan dalam berhubungan, pandangan bertentangan terhadap penolakan kemampuan personal, menarik diri secara personal, menarik dir secara sosial, menarik diri secara realitas, merusak diri sendiri dan orang lain, produktivitas menurun,bengong dan putus asa. Harga diri rendah merupakan karakteristik skizofrenia dimana pada lien skizofrenia harus dikaji riwayat keluarga karena salah satu faktor yang berperan serta bagi munculnya gejala tersebut adalah faktor genetik atau keturunan (Hawari,2001).Dari data yang muncul diatas dianalisa dan pada umumnya dapat dirumuskan masalah keperawatan diantaranya yaitu:
1) Kerusakan interasi sosial
2) harga diri rendah
3) Koping individu tak efektif
c. Pohon Masalah

Kerusakan interaksi sosial akibat

Harga diri rendah kronis core problem

Tidak efektifnya kopingindividu penyebab

d. Diagnosa keperawatan
1) Kerusakan interaksi sosial.
2) Harga diri rendah kronis
3) Koping individu tidak efektif
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah kedua dari proses keparawatan setelah pengkajian. Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat tercapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien, kemampuan ini dapat bervariasi sesuai kemampuan dan kebutuhan klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor (Stuart dan Sundeen, 1998, hal 98).
a. Prioritas
Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah utama yang diperoleh saat pengkajian:
1) Harga diri rendah kronis
2) Kerusakan interaksi sosial
3) Koping individu tidak efektif
b. Rencana perawatan
Adapun tindakan keperawatan yang lazim dilakukan pada klien dengan waham kebesaran menurut Kelliat (1998) antara :
1) Harga diri rendah kronis
Tujuan Umum:
Klien mengalami peningkatan harga diri rendah
Tujuan Khusus:
a) Klien dapat membina berhubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan dan menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi :
- Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada kllien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan interaksi selanjutnya.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi :
Daftar kemampuan yang dimiliki klien di RS, rumah, sekolah dan tempat kerja., daftar positif keluarga klien, daftar positif lingkungan klien
Intervensi :
(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,
Keluarga dan lingkungan dan buat daftarnya.
Rasional : Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai
realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai
dasar asuhan keperawatannya.
(2) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif
Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien
(3) Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.
Rasional : Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Kriteria evaluasi :
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit, klien menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah
Intervensi Keperawatan :
(1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit
Rasional : Diskusikan pada klien tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah
(2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan kemampuannya di rumah sakit
Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan kemampuannya.
(3) Berikan pujian
Rasional : Pujian dapat meningkatkan harga diri klien
d) Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi :
Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih, klien mencoba, susun jadwal harian
Intervensi Keperawatan :
(1) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
Rasional : Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
(2) Beri pujian atas keberhasilan klien
Rasional : Sebagai motivasi tindakan yang akan dilakukan oleh klien
(3) Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.Catatan : ulangi untuk kemampuan lain sampai semuanya selesai
Rasional : Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
(4) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan,
Rasional : Contoh peran yang dilihat klien akan memotovasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana, kondisi sakit dan kemampuanya.
Kriteria Evaluasi :
Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri, dengan bantuan atau tergantung), klien mampu melakukan beberapa kegiatan mandiri
Intervensi Keperawatan :
(1) Beri kesempatan pada untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
(2) Beri pujian atas keberhasilan klien
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
(3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional : Dapat mengetahui perkembangan dan keaktifan klien dengan keluarga
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Kriteria Evaluasi :
Keluarga dapat memberi dukungan dan pujian, klien termotivasi untuk melakukan therapi, keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien.
Intervensi Keperawatan :
(1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien denga harga diri rendah.
Rasional : Mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien
(2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan
(3) Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah
Rasional : Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien dirumah.
(4) Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil
Rasional : memberikan pujian dapat meningkata harga diri klien
2) Kerusakan interaksi sosial
a) TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain
b) TUK :
(1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Tindakan keperawatan :
(a) Bina hubungan saling percaya:
i. Sikap terbuka dan empati
ii. Terima klien apa adanya
iii. Sapa klien dengan ramah
iv. Tepati janji Jelaskan tujuan pertemuan
v. Pertahankan kontak mata selama interaksi
vi. Penuhi kebutuhan dasar klien saat itu.
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat atau orang lain.
(2) Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri.
Tindakan keperawatan
(a) Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri
Rasional : untuk mengetahui pengetahuan klien dan alasan menarik diri.
(b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
Rasional : mengetahui bagaimana perasaan klien dan penyebab menarik diri.
(c) Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik dirinya
Rasional : mengetahui alasan klien enarik diri.
(d) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya.
Rasional : pujian akan mendorong klien mengungkapkan perasaannya.
(3) Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Tindakan keperawatan :
(a) Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
Rasional : meningkatkan pemahaman klien tentang berhubungandengan orang lain.
(b) Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional : mengkaji pengetahuan kliententang manfaat berhubungan dengan orang lain.
(c) Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan mendorong klien mengungkapkan perasaannya.
(4) Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Tindakan keperawatan :
(a) Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain.
Rasional : meningkatkan interaksi klien dengan lingkungan.
(b) Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap antara lain:
i. Klien – perawat
ii. Klien – perawat – perawat lain
iii. Klien – perawat – perawat lain – klien lain
iv. Klien – kelompok kecil Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
v. Klien – keluarga
Rasional : meningkatkan interaksi klien dengan lingkunan.
(c) Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien.
Rasional : pujian akan mendorong klien untuk melakukan kegiatannya.
(5) Klien mendapat dukungan keluarga dalam berhubungan dengan orang lain.
(a) Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan anggota keluarga.
Rasional : mengeahui kondisi umum klien dalam berhubungan dengan keluarga atau orang lain.
(b) Dorong Klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
Rasional : mengetahui perasaan klien tentang hubungan dengan keluarga.
(c) Dorong klien untuk mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti : makan, ibadah dan rekreasi.
Rasional : untuk menumbuhkan rasa kebersamaan klien dengan keluarga
3) Koping individu tak efektif
Tujuan Umum :
Klien dapat menyelesaikan masalah dengan koping yang efektif
Tujuan Khusus :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
Mau berjabat tangan dan menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi :
(1) Bina hubungan saling percaya
Rasional : bina hubungan saling percaya sebagai dasar keterbukaan klien dengan perawat
(2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : ungkapan perasaaan sebagai cermin perasaan hati yang dimiliki oleh klien
(3) Katakan pada klien bahwa ia orang yang berharga dan mampu
menolong dirinya sendiri
Rasional : meningkatkan semangat klien untuk menoong
dirinya dan mencoba bangkit dari masalahnya.
b) Klien dapat menilai koping yang konsruktif
Kriteria evaluasi :
Mengidentifikasi dan mengembangkan koping yag konstruktif dalam pemecahan permasalahannya
Intervensi :
(1) Diskusikan dengan klien tentang koping yang konstruktif
Rasional : Mempermudah klien dalam menganalisa
masalahnya
(2) Beri reinforcement dalam setiap aspek positif klien
Rasional : Memberi dorongan dan motivasi kepada klien
c) Klien mau mengungakapkan permasalahannya
Kriteria evaluasi :
Klien mampu mengungkapkan secara verbal tentang permasalahannya
Intervensi :
(1) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi therapeutik
Rasional : merupakan dasar keterbukaan antara perawat dengan klien
(2) Berikan empati pada klien saat mengungkapkan permasalahannya
Rasional : menambah kepercayaan klien pada perawat
(3) Hindari memberikan penilaian yang negatif pada klien
Rasional : mencegah penilaian negatif dari klien sehingga respon klien tidak berkurang
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien ( Keliat, 2002, hal 15).
4. Evaluasi
Menurut Keliat (2005), evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan untuk secara terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan, evaluasi hasil atau evaluasi sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan. Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan harga direndah kronis antara lain :
1). Klien tidak menarik diri dan mau berhubungan dengan orang lain
2). Klien dapat menunjukkan peningkatkan rasa harga diri
3). Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
( Keliat, 2002, hal. 15).




















DAFTAR PUSTAKA


Maramis, W.F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Townsend, Mary C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri (Edisi 3). Jakarta : EGC
Isaacs, Ann. (2009). Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatrik ( Edisi 3). Jakarta : EGC
Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta : EGC
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. ( 2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperewatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Keliat, B.A. dan Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. (2004). Diagnosa Keperawatan (Edisi 6). Jakarta : EGC
Keliat, B.A. (2002). Gangguan Konsep Diri Pada Klien Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC
Kaplan, M.D. dan Sadock,M.D. (1998). Sinopsis Psikiatri (Edisi 7). Jakarta : Bina Rupa Aksara

Tidak ada komentar: