A. Latar belakang
Persalinan merupakan proses fisiologis yang dialami oleh setiap wanita hamil dan merupakan saat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat marasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayinya. Proses persalinan dapat dilakukan melalui jalan lahir (vagina atau persalinan pervaginam) dan persalinan melalui sayatan pada dinding perut dan dinding rahim (perabdominam) yang di kenal dengan bedah cesar atau seksio sesarea. Setiap wanita menginginkan persalinan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna, namun tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan dengan tindakan seksio sesaria. Seksio sesaria dikembangkan sebagai salah satu metode modern dibidang kedokteran untuk membantu menurunkan angka kematian ibu akibat melahirkan (Andon, 2009).
Angka kejadian seksio sesarea dari tahun 2009 dibeberapa negara seperti di Amerika serikat dilaporkan dari seluruh persalinan sebanyak 35% mengalami seksio sesarea, di Australia dari seluruh persalinan sebanyak 35% mengalami seksio sesarea, di Skotlandia dari seluruh persalinan sebanyak 43% mengalami seksio sesarea, dan di Prancis dari seluruh persalinan sebanyak 28% mengalami seksio sesarea. Di Indonesia, berdasarkan survai demografi dan kesehatan tahun 2009-2010 mencatat angka persalinan seksio sesarea secara nasional berjumlah kurang lebih 20,5% dari total persalinan. Namun, berbagai survey menemukan bahwa persentase persalinan seksio sesarea pada rumah sakit-rumah sakit di kota besar seperti Jakarta dan Bali berada jauh di atas angka tersebut. Secara umum jumlah persalinan sesaria di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 30-35% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan (Rasyid, 2009). Di RSUD Wangaya terjadi peningkatan persalinan seksio sesarea dari 12,5% pada tahun 2007 menjadi 18,1% pada tahun 2008, kemudian sebesar 20,1% pada tahun 2009 dan 27% dari total jumlah persalinan pada tahun 2010.
Seksio sesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (Laparatomi) untuk mengeluarkan bayi, atau suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Indikasi medis dari seksio sesarea adalah placenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi sefalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tak maju, distosia serviks, malprsentasi janin. Seorang ibu bersalin yang akan mengalami operasi seksio sesarea akan mengalami kecemasan terutama pada ibu bersalin dengan seksio sesarea sekunder. Seksio sesarea sekunder yang dimaksud adalah dalam hal ini kita mencoba menggunakan kelahiran biasa (partus percobaan) bila tidak ada kemajuan atau percobaan gagal baru dilakukan seksio sesarea (Moctar,2005). Penelitian Wardaningsih (2010) Gambaran tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani operasi cesar menunjukkan bahwa dari 80 orang responden terdapat 46 orang (57,5 %) memiliki tingkat kecemasan katagori sedang, 25 orang (31,2 %) dalam kategori ringan, responden dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang (8,5 %) dan responden yang tidak merasa cemas sebanyak 2 orang (2,5 %).
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka seringkali pasien menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang dialami. Kecemasan dialami pasien biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa pasien dan janinnya akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Akibatnya ia akan selalu berada dalam keadaan cemas karena takut menghadapi akibat yang buruk dalam situasi yang tidak menentu. Lebih lanjut Indriani (2007) menyebutkan bahwa ibu bersalin yang mengalami kecemasan juga dapat meningkatkan kepekaan terhadap sensasi nyeri yang dirasakan ibu saat mengalami kontraksi yang semakin lama dirasakan semakin kuat. Kondisi ini dapat membuat ibu semakin gelisah dan cemas membayangkan rasa nyeri yang akan dialami selanjutnya.
Kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik fisik maupun psikologisnya misalnya harga diri, gambaran diri, dan identitas diri. Kecemasan (ansietas) adalah respon psikologik terhadap stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi fisiologis terhadap ansietas merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab. Manifestasi yang khas pada ansietas tergantung pada masing-masing individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh, dan menangis. Respon psikologis secara umum berhubungan adanya ansietas menghadapi anestesi, keganasan, nyeri, ketidaktahuan tentang prosedur operasi, janin yang ada dalam kandungan nya dan sebagainya (Suliswati, 2005).
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat telah dikembangkan metode non-farmakologis untuk menurunkan kecemasan saat menghadapi persalinan dengan seksio sesarea yaitu metode hipnoterapi. Metode ini merupakan metode alamiah yang digunakan untuk menghilangkan rasa takut, panik, tegang dan tekanan-tekanan lain yang menghantui ibu selama persalinan. Hipnoterapi banyak memberikan manfaat karena melatih pasien untuk selalu rileks, bersikap tenang dan menstabilkan emosi (Ancheta 2005).
Menurut Andriana (2007), pada metode hipnoterapi pasien akan dilatih untuk menanamkan pikiran positif dan melakukan hipnosis diri. Para ahli kejiwaan berpendapat bahwa relaksasi yang mendalam, pemusatan perhatian (fokus), dan hipnosis berguna untuk lebih banyak mengistirahatkan alam sadar dan memasukkan pemahaman kepada alam bawah sadar sehingga tindakan akan lebih banyak dipengaruhi oleh alam bawah sadar dibandingkan dengan alam sadar. Teknik ini mempunyai cara kerja dengan membawa kerja otak pada gelombang alfa yaitu gelombang yang memiliki frekuensi14-30 HZ. Pada kondisi ini otak dalam keadaan relaks, santai, antara sadar dan tidak dan nyaris tertidur, saat tubuh mulai mengeluarkan hormon serotonin dan endorfin. Teknik hipnoterapi terdiri dari konsentrasi pikiran yaitu suatu cara untuk memusatkan perhatian, teknik relaksasi dengan pernafasan dan teknik relaksasi engan fisualisasi.
Dasar metode hipnoterapi sebenarnya sudah dikenal perawat sebagai imajinasi terbimbing yang dikembangkan dengan berbagai teknik salah satunya adalah hypnobirthing. Teknik hipnoterapi dapat membantu merilekkan otot-otot sehingga ibu terhindar dari kecemasan dan dapat membantu pasien lebih tenang dalam menghadapi persalinan. Teknik hipnoterapi merupakan salah satu cara yang dapat di aplikasikan kepada pasien untuk memperoleh ketenangan saat menghadapi persalinan seksio. Metode ini dapat diajarkan pada pasien sebagaimana intervensi keperawatan dengan metode manajemen kecemasan yang lain. Hal ini sangat sesuai dengan peran perawat sebagai health education dimana perawat dapat mengajarkan ketrampilan tertentu kepada pasien (Andriana, 2007).
Penelitian mengenai pengaruh hipnotherapi terhadap kecemasan pasien dilakukan oleh Makmuri (2007) yang meneliti tentang pengaruh hipnoterapi terhadap kecemasan pada pasien post operasi fraktur femur di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Orthopedi Surakarta. Menunjukkan bahwa dari 40 orang responden terdapat 16 orang atau 40,0 % yang memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang, 15 orang atau 37,5 % dalam kategori ringan, responden dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang atau 17,5 % dan responden yang tidak merasa cemas sebanyak 2 orang atau 5 %. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan hipnoterapi terhadap kecemasan pasien dengan p = 0,020.
Berdasarkan studi pendahuluan yang penelitian lakukan di RSUD Wangaya pada bulan Agustus 2011, dari 12 orang pasien yang dilakukan tindakan operasi sebanyak 12 orang menunjukkan gejala kecemasan. Dari survei tersebut juga didapatkan informasi dari petugas Ruang operasi bahwa pelaksanaan hipnoterapi untuk mengurangi kecemasan kepada pasien yang akan dilakukan tindakan seksio sesarea belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani seksio sesarea di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Wangaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani seksio sesarea di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Wangaya tahun 2011”?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani seksio sesarea di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Wangaya.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani seksio sesarea sebelum dilakukan hipnoterapi di RSUD Wangaya
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani seksio sesarea setelah dilakukan hipnoterapi di RSUD Wangaya
c. Menganalisis pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani seksio sesarea di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Wangaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah kasanah ilmu keperawatan maternitas dan menambah kepustakaan atau literatur tentang pengaruh pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani seksio sesarea di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Wangaya.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan teori selanjutnya serta dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya tentang hipnoterapi.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit dalam penerapan hipnoterapi untuk mengurangi tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani seksio sesarea.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pengaruh pengaruh hipnoterapi terhadap tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani seksio sesarea di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Wangaya belum pernah dilakukan sebelumnya di RSUD Wangaya, sehingga keaslian dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Adapun penelitian yang sudah pernah dilakukan dan sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Penelitian mengenai Hipnotherapi juga dilakukan oleh oleh Makmuri (2007) yang meneliti tentang pengaruh hipnoterapi terhadap kecemasan pada pasien post operasi fraktur femur di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Orthopedi Surakarta. Menunjukkan bahwa dari 40 orang responden terdapat 16 orang atau 40,0 % yang memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang, 15 orang atau 37,5 % dalam kategori ringan, responden dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang atau 17,5 % dan responden yang tidak merasa cemas sebanyak 2 orang atau 5 %. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan hipnoterapi terhadap kecemasan pasien dengan p = 0,020. Hal yang membedakan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah tempat penelitian dan sampel penelitian dimana penelitian yang dilakukan oleh Makmuri menggunakan pasien post op operasi fraktur femur, sedangkan peneliti menggunakan sampel pasien pre operasi seksio sesarea. Persamaan penelitian dengan penelitian sebelumnya adalah pada metode penelitian sama-sama menggunakan jenis penelitian quasy eksperimen, variabel bebas yaitu hipnoterapi dan variabel terikat yaitu kecemasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar