BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruam popok atau dermatitis popok (dermatitis diaper) adalah masalah yang dialami sebagian besar bayi (Nelson, 2000). Ruam popok adalah peradangan pada kulit yang ditutupi oleh popok yang disebabkan oleh overhidrasi kulit, maserasi, dan kontak yang terlalu lama dengan urine, feses serta sabun yang masih tertinggal pada popok. Sesuai dengan namanya, kelainan ini berkaitan erat dengan penggunaan popok, baik popok kain ataupun popok disposable (sekali pakai).
Hasil Penelitian Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM) Jakarta pada rentang tahun 2005-2009 tercatat, penyakit yang umumnya diderita bayi adalah penyakit eksim dan infeksi kulit. Riset ini juga mencatat satu dari tiga bayi mengalami ruam popok (Ririn sjafriani, www.republika.co.id). Kulit bayi yang masih sensitif disebabkan fungsi-fungsinya yang masih terus berkembang terutama pada lapisan epidermis atau lapisan terluar kulit. Bagian ini yang memberikan perlindungan alami pada kulit dari lingkungan sekitar. Kulit sensitif bayi sangat rentan terhadap bahan-bahan yang menimbulkan iritasi kulit pada bagian sekitar alat kelamin, bokong dan pangkal paha bagian dalam.
Penyebab ruam popok cukup banyak antara lain : Kulit bayi terpapar cukup lama dengan urin atau kotoran yang mengandung bahan amonia,
bahan kimia, sabun atau deterjen yang ada dalam diaper. Diaper yang terbuat dari bahan plastik atau karet dapat menyebabkan iritasi pada kulit bayi. Diare, Infeksi jamur, susu formula memungkinkan bayi mengalami ruam popok lebih besar ketimbang ASI, ini karena komposisi bahan kimia yang ada di urin atau kotorannya berbeda serta bayi yang mempunyai riwayat alergi. Disamping itu, faktor lingkungan seperti iklim tropis membuat kelembapan senantiasa tinggi. Akibatnya memperbesar resiko iritasi pada bayi (www.bayibalita.com).
Persoalan ruam popok harus ditanggulangi sekalipun tidak berbahaya, karena, ketika ruam menyebar ke seluruh tubuh bisa menimbulkan kelainan kulit yang meluas hingga ke daerah perut. paha dan sekitarnya. Kelainan kulit begitu kentara karena berwarna merah cerah, dengan atau tanpa bintil-bintil yang tersusun seperti satelit, lecet disertai nanah dan bintik merah disekitarnya.
Di Ruang Perinatologi Badan Layanan Umum (BLU) RSUD Sanjiwani Gianyar, tahun 2008 merawat rata-rata 15 bayi bayi berat lahir rendah (BBLR) setiap bulan dan tahun 2009 merawat rata-rata 19 bayi BBLR setiap bulan, dengan rata-rata lamanya dirawat 8,6 hari, namun belum ada pencatatan resmi kejadian ruam popok sehingga dilakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan yang dilakukan selama satu minggu, dari tanggal 1 – 7 november 2010, didapatkan bayi BBLR yang dirawat 5 orang dan 2 diantaranya mengalami ruam popok. Ruam popok dijumpai pada 40% bayi BBLR, hal ini dapat memperpanjang lamanya bayi dirawat di rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan oleh petugas diantaranya menggunakan popok sekali pakai, mengganti popok tiap kali popok basah dan memberi penyuluhan kepada orang tua bayi tentang cara pencegahan ruam popok.
Kejadian ruam popok pada bayi BBLR salah satunya disebabkan oleh struktur kulit bayi BBLR relatif belum berkembang dengan baik dibandingkan bayi berat badan lahir normal. Lemak subkutan sedikit atau tidak ada, struktur kulit masih longgar, rapuh dan tipis dengan serat elastik yang lebih sedikit sehingga kulit bayi BBLR sangat rentan terhadap iritasi dan infeksi (Asrining surasmi,dkk, 2003).
Kondisi kulit yang demikian memerlukan perawatan untuk melindungi dan mencegah terjadinya ruam popok. Penggunaan pelindung kulit akan melindungi kulit yang sehat (Asrining surasmi at.al, 2003). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan melindungi kulit dari ruam popok adalah metode perawatan perianal dengan baby oil. Di Ruang Perinatologi BLU RSUD Sanjiwani Gianyar belum ada standar oprasional prosedur (SOP) perawatan perianal. Penulis tertarik meneliti pengaruh perawatan perianal dengan baby oil dalam mencegah terjadinya ruam popok pada bayi BBLR dan hasilnya bisa diterapkan di ruangan.
B. Rumusan Masalah
Apakah perawatan perianal dengan baby oil berpengaruh terhadap pencegahan ruam popok pada bayi BBLR?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh perawatan perianal dengan baby oil terhadap pencegahan ruam popok pada bayi BBLR di Ruang Perinatologi BLU RSUD Sanjiwani Gianyar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tanda-tanda ruam popok pada bayi BBLR yang diberikan perawatan dengan baby oil.
b. Mengidentifikasi tanda-tanda ruam popok pada bayi BBLR yang diberikan perawatan perianal tanpa baby oil.
c. Menganalisa pengaruh perawatan perianal dengan baby oil terhadap pencegahan ruam popok.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan bayi BBLR (metode perawatan perianal dengan baby oil) sehingga dapat lebih meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada BBLR.
b. Dapat dipakai sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat praktis
Dapat dijadikan pedoman dalam melakukan tindakan perawatan perianal terhadap pencegahan ruam popok pada bayi BBLR di Ruang Perinatologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar