BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan semakin hari semakin meningkat. Ini didorong berbagai perubahan mendasar di masyarakat, baik ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi serta berbagai perubahan lainnya. Tidak terkecuali perubahan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas layanan kesehatan, termasuk layanan kebidanan. Salah satu asuhan kebidanan yang memerlukan peningkatan kualitas layanan adalah peningkatan kualitas asuhan terhadap bayi dengan hipotermi. Kualitas dari asuhan kebidanan itu sendiri salah satunya bisa dilihat dari Intervensi yang merupakan petunjuk untuk penanganan, aktivitas dan tindakan yang membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan, serta merupakan unsur pengetahuan asuhan kebidanan yang utama (Doenges at al, 2005).
Kehidupan Bayi Baru Lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan extrauterin yang berubah secara mendadak. Salah satu masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini salah satunya adalah hipotermi. Seorang bayi dikatakan mengalami hipotermi bila suhu badan bayi dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C), disebut hipotermi berat bila suhu <32°C (Istikowati 2010).
Peran bidan sangat diperlukan untuk mencegah risiko yang diakibatkan oleh keadaan hipotermi yang dialami bayi. Oleh sebab itu pertolongan cara-cara mengatasi masalah transisi ini sangat penting bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk dapat mempertahankan suhu bayi tetap normal dan dapat meningkatkan suhu bayi yang mengalami hipotermi. Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran bidan dalam memberikan pertolongan bagi bayi risiko tinggi perlu adanya pengetahuan sebelumnya tentang intervensi maternitas pada bayi risiko tinggi. Begitu juga menolong bayi risiko tinggi dengan hipotermi, perlu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berkualitas agar dapat memberikan asuhan maternitas yang tepat dan cepat pada bayi. Apabila tiga hal tersebut tidak terpenuhi, maka bisa timbul “Malpractice-Negligence”, yang bisa mengakibatkan kecacatan dan bahkan kematian pada bayi yang mana bisa menimbulkan efek hukum bagi bidan. Oleh sebab itu pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan yang berkualitas diperlukan baik dalam pengkajian, menentukan diagnosa maternitas, perencanaan, implementasi dan evaluasi asuhan maternitas. Dengan intervensi yang baik maka angka kejadian kematian bayi baru lahir dengan risiko tinggi dapat dikurangi(Effendy, 2005).
Komalasari (2007) mengemukakan bahwa di Indonesia pada periode 2005–2007 penurunan angka kematian neonatal yakni kematian bayi umur kurang dari satu bulan masih rendah yaitu dari 28,8 per 1000 kelahiran hidup menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Propinsi Bali merupakan daerah yang memiliki angka kematian bayi yang rendah di bandingkan dengan propinsi lain di Indonesia. Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) yang bekerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) provinsi Bali angka kematian bayi pada tahun 2007 tercatat 39,5 per 1000 kelahiran hidup menjadi 14 per 1000 kelahiran hidup tahun 2008. Sedangkan untuk balita juga menurun menjadi 19 pada tahun 2007-2008 dari 44 pada tahun 2006. Berdasarkan data tahun 2008, angka kematian bayi di propinsi Bali sebesar 7,8 per 1.000 kelahiran hidup atau lebih rendah dari angka nasional sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup dimana sekitar 0,5% kematian bayi disebabkan karena hipotermia (Abadi,2009). Berdasarkan data yang didapatkan di ruang NICU IRD bayi RSUP Sanglah jumlah bayi yang mengalami hipotermi didapatkan data dari tiga bulan terakhir (Desember 2009-Februari 2010) dari 58 bayi yang dirawat sekitar delapan orang (13,7%) pernah mengalami hipotermi, akan tetapi kematian bayi akibat hipotermia tidak ada.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan semakin hari semakin meningkat. Ini didorong berbagai perubahan mendasar di masyarakat, baik ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi serta berbagai perubahan lainnya. Tidak terkecuali perubahan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas layanan kesehatan, termasuk layanan maternitas. Salah satu layanan di bidang maternitas yang memerlukan peningkatan kualitas layanan adalah peningkatan kualitas asuhan terhadap bayi dengan risiko tinggi, contohnya bayi dengan hipotermi. Kualitas dari asuhan maternitas itu sendiri salah satunya bisa dilihat dari Intervensi yang merupakan petunjuk untuk penanganan, aktivitas dan tindakan yang membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan, serta merupakan unsur pengetahuan maternitas yang utama. Dalam penerapannya bidan diharapkan dapat membuat intervensi tersebut secara benar (Istikowati 2010). Bayi yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap kematian sehingga memerlukan pengawasan dan perawatan yang ketat dari tenaga kesehatan yang berpengalaman dan berkualitas tinggi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan bidan tentang penatalaksanaan bayi dengan hipotermi di ruang NICU IRD bayi RSUP Sanglah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimanakah gambaran pengetahuan bidan tentang penatalaksanaan bayi dengan hipotermi di ruang NICU IRD bayi RSUP Sanglah Tahun 2010?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang penatalaksanaan bayi dengan hipotermi di ruang NICU IRD bayi RSUP Sanglah Tahun 2010.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan bidan tentang penatalaksanaan bayi dengan hipotermi Berdasarkan umur.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan bidan tentang penatalaksanaan bayi dengan hipotermi Berdasarkan Masa Kerja.
D. Manfaat Penelitian
1. Praktis
a. Mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan khususnya pengetahuan bidan tentang penatalaksanaan bayi dengan hipotermi.
b. Memberikan informasi tentang gambaran tingkat pengetahuan bidan tentang penatalaksanaan bayi dengan hipotermi.
c. Untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit pada akhirnya karena dengan kualitas pelayanan maternitas yang diberikan dapat meningkatkan kepuasan
d. Pasien yang pada akhirnya pasien tetap loyal terhadap rumah sakit yang bersangkutan dan tidak berpindah ke tempat pelayanan jasa yang lain.
2. Teoritis
a. Menambah pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas personal bidan dalam memberikan perawatan pada bayi dengan hipotermi.
b. Dapat memberi gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar