25 Desember 2009

Pengaruh Deep Breathing exsercise Praoperatif Terhadap waktu pemulihan SpO2 pada pasien pasca anestesia inhalasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Paru–paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil O2 dari udara luar dan mengeluarkan CO2 dari tubuh ke udara luar. Bilamana paru–paru berfungsi secara normal, tekanan parsial O2 dan CO2 didalam darah akan dipertahankan secara seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh (Amirullah, 1985). Proses pernapasan ini dapat dibagi dalam tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. Proses ventilasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dan alveolus paru. Rangka thorak berfungsi sebagai pompa. Selama inspirasi volume thoraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot. Stadium kedua adalah transportasi yang meliputi: (1) difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan; (2) distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus; dan (3) reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah. Stadium ketiga yaitu respirasi sel atau respirasi interna yang merupakan akhir dari respirasi yaitu saat zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan energi dan CO2 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru. Selama pernafasan normal dan tenang, hampir semua kontraksi otot pernapasan hanya terjadi selama inspirasi, sedangkan ekspirasi adalah proses yang hampir seluruhnya pasif akibat elastisitas paru (elastic recoil) dan struktur rangka dada. Jadi, secara normal otot-otot pernapasan hanya bekerja untuk menimbulkan inspirasi dan bukan untuk ekspirasi. Pernapasan normal dapat dinilai dari beberapa parameter antara lain: frekwensi: 15-25 kali/menit pada orang dewasa, parameter ventilasi : PaCO2: 35-45 mmHg, parameter oksigenasi : PaO2 : 80-100 mmHg dan SpO2: 95-100% (committee on trauma, Advanced trauma life support student manual).
Anastesi inhalasi adalah anestesi yang diberikan melalui inhalasi jalan napas yang diberikan pada pasien-pasien yang menjalani operasi. Anestesi inhalasi dapat menyebabkan depresi pernapasan, melumpuhkan otot-otot pernapasan sehingga mengubah pola napas normal dan menghambat mekanisme pertukaran gas. Selama anastesia dapat terjadi takipnea atau apnoe, bronkospasme dan laringospasme. Depresi napas dapat terjadi karena, terjadinya peningkatan kejenuhan obat yang cepat pada pusat napas di medula oblongata. Disamping itu pada anestesia inhalasi dapat terjadi hipersekresi bronkus dan hipersalivasi yang menyebabkan jaringan mukosa dipenuhi oleh sekret berlebihan. Bila terjadi takipnea isi alun napas sangat menurun, ventilasi alveolar juga menurun sehingga menyebabkan asidosisi respiratorik (R. Sjamsu Hidayat, 2005). Hal ini juga bisa menyebabkan penurunan kadar SpO2 dan bahkan dapat terjadi gagal napas pasca operasi.
Latihan pernapasan merupakan tindakan keperawatan dalam penatalaksanaan pasien dengan gangguan pernapasan maupun mempersiapkan pasien yang akan menjalani operasi untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat pemakaian obat-obat anestesi, termasuk didalamnya adalah latihan pernapasan Deep Breathing Exercise. Metode ini diharapkan terjadi peningkatan aliran ekspirasi maksimum (Peterson, 1998 dalam Judyanto, 2004) pada pasien pasca anastesia inhalasi, mempercepat hilangnya efek anestesi dan fungsi pernapasan pasien kembali normal yang salah satu parameternya dapat diukur dengan pengukuran saturasi oksigen (SpO2) dengan memakai alat pulse oksimetry.
Tujuan dari Deep Breathing exsercise ini adalah: (1) memperkuat otot-otot pernapasan, sehingga meningkatkan ventilasi paru dengan mengempis dan mengembangkan paru secara berganti-ganti yang kemudian meningkatkan dan penurunan tekanan dalam alveolus, (2) mengatur frekwensi dan pola napas, (3) memperbaiki fungsi diafragma, (4) memperbaiki mobilitas sangkar toraks, dan (5) mengatur dan mengkoordinir kecepatan pernapasan sehingga bernapas lebih efektif dan mengurangi kerja pernapasan.

Tidak ada komentar: