02 Agustus 2009

pengaruh relaksasi pernafasan terhadap penurunan tingkat kecemasan pada klien asma

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu faktor pencetus serangan asma adalah kondisi psikologis klien yang tidak stabil termasuk di dalamnya faktor emosi. Hal ini sering diabaikan oleh klien sehingga frekwensi kekambuhan menjadi lebih sering dan klien jatuh pada keadaan yang lebih buruk.
Bagian otak yang bertanggung jawab terhadap emosi adalah bagian yang disebut sistem limbik. Adapun struktur otak yang berperan adalah hippocampus, cingulate gyrus, rhinal cortex, amygdala, dan orbitofrontal cortex. Disanalah emosi diatur. Mulai dari menerima informasi tentang situasi, memunculkan adanya perasaan tertentu, sampai membangkitkan reaksi fisiologis. Jaak Pankseep, seorang peneliti emosi terkemuka, mengemukakan adanya aliran perintah emosi di dalam otak. Aliran perintah emosi itu memiliki 2 macam cara yang simultan., yakni komunikasi pada beberapa struktur otak dan melakukan fungsi merespon situasi yang menimbulkan tantangan (terdiri dari 7 hal, yakni yang bisa membangkitkan harapan, kemarahan, ketakutan, dorongan seksual, perlindungan, kepanikan atau keterpisahan, dan permainan atau dominasi). Keduanya menyampaikan informasi dari organ pengindra (penglihat, pendengar, pencium, perasa, peraba), association cortex, dan dari memori ke sistem limbik dan bagian lain dari sistem syaraf. Sebagai hasilnya, individu akan berperilaku secara integral dan adaptif. Jika marah maka akan menunjukkan ekspresi marah. Tidak akan terjadi saat marah malah menunjukkan ekspresi bahagia.
Emosi dapat sebagai faktor pencetus perubahan pada paru yang memungkinkan terjadinya asma. Kecemasan yang berlanghsung terus menerus tanpa adanya suatu tindakan akan mengakibatkan peningkatan kecemasan ke level yang lebih parah dan meningkatkan resiko cedera, fungsi fisiologi abnormal (Carol Taylor, 1997 : 783). Respon yang ditimbulkan oleh kecemasan dapat dimanifestasikan oleh syaraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Respon simpatis akan menyebabkan pelepasan epineprin, adanya peningkatan epineprin mengakibatkan denyut jantung cepat, pernafasan cepat dan dangkal, tekanan pada arteri meningkat. Kecemasan juga berdampak negatif pada fisiologi tubuh manusia antara lain dampak pada kardiovaskuler, sistem respirasi, gastro intestinal, neuromuscular, traktus urinarius, kulit, dampak pada perilaku, kognitif dan afektif. Dampak yang paling memperberat asma adalah dampak terhadap sistem respirasi dan kardiovaskuler yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas, nafas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada dan peningkatan tekanan darah (Stuart dan Sundeen, 1995 : 331).
Dampak lain yang lain tak kalah pentingnya adalah penurunan sistem imun dan respon inflamasi. Di mana kecemasan akan menurunkan kadar limfosit dalam darah dan komponen sel darah putih yang lain. Kadar limfosit yang rendah tidak mampu melawan proses inflamasi di bronkus sehingga keadaan asma akan berlangsung lama dan kekambuhan akan menjadi lebih sering karena penurunan sistem imun menyebabkan kerentanan terhadap proses inflamasi.
Mengingat untuk mencapai sehat secara dinamis bagi penderita asma bronkiale perlu peningkatan respon imun maka upaya peningkatan respon ketahanan tubuh pada penderita tersebut sangat diperlukan. Oleh karena itu selain indikator peningkatan ventilasi paru-paru guna menjaga homeostasis perlu adanya indikator tambahan yaitu sistem ilmunologik. Telah diketahui bahwa proses pembentukan pola respon ketahanan tubuh pada penderita asma bronkiale, tidak terjadi sebagai akibat imunogen tetapi juga dapat terjadi melalui mediator kimia terkait. Mediator tersebut berupa sitokin (Baratawidjaja, 1996). Atas dasar peran mediator sitokin dalam respon ketahanan tubuh tersebut, maka pendekatan penelitian ini menggunakan konsep psikoneuroimunologik (Ader, 1991 : Setyawan, 1996). Indikator ketahanan tubuh yang berkonsep Psikoneuroimunologi akan digunakan untuk pedoman penelitian dengan relaksasi latihan pernafasan
Salah satu upaya menurunkan tingkat kecemasan pada klien asma adalah dengan latihan relaksasi pernafasan. Teknik relaksasi ini telah diketahui efektif menurunkan kecemasan untuk perawatan dan pencegahan gangguan pernafasan, hiperventilasi, nafas pendek (Martha Davis, 1995 : 28). Karena menurunkan ketegangan dan perubahan kesadaran (Stuart dan Sundeen : 347). Latihan relaksasi yang terprogram setiap hari memberi efek pada respon psikologis terhadap stress dan juga akan tertolong jika kecemasan muncul kembali (Barbara C. Long, 1996 : 144).
Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian guna mengetahui seberapa jauh mana efektifitas relaksasi pernafasan terhadap penurunan tingkat kecemasan pada klien asma sehingga hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada sejawat perawat khususnya dalam memberi asuhan keperawatan pada klien asma yang rentan sekali terhadap stress.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
(1) Apakah relaksasi pernafasan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada klien asma ?
(2) Apakah relaksasi pernafasan dapat memperpendek masa serangan asma?
(3) Apakah relaksasi pernafasan dapat memperkecil frekwensi kekambuhan asma ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian meliputi :
1 Tujuan Umum
Mempelajari pengaruh relaksasi pernafasan terhadap penurunan tingkatkecemasan pada klien asma.
2 Tujuan Khusus
(1) Mempelajari efektifitas relaksasi pernafasan terhadap lamanya masa serangan.
(2) Mempelajari efektifitas relaksasi pernafasan terhadap penurunan frekwensi kekambuhan.
D. Manfaat
(1) Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang efektifitas relaksasi pernafasan terhadap penurunan kecemasan pada klien asma.
(2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengurangi kecemasan pada klien asma.
(3) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut.
(4) Memberi masukan kepada sejawat perawat tentang pentingnya menangani cemas pada klien asma sehingga klien bisa mendapatkan perawatan yang komprehensip.

E. Relevansi
Perawatan psikologis klien asma merupakan hal yang sangat penting, baik pada saat serangan ataupun tidak dalam serangan. Perawat dan klien harus berusaha bersama-sama mempertahankan kondisi psikologis klien dalam keadaan stabil sehingga klien tidak jatuh dalam keadaan distress (cemas), karena hal ini akan memperburuk kondisi klien. Pada saat serangan asma terjadi dan masa-masa kritis setelah serangan klien akan berada dalam kondisi kecemasan yang berat. Kondisi demikian harus segera mendapatkan perawatan yang baik untuk meminimalkan kecemasan. Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pada klien asthma adalah dengan relaksasi pernafasan. Manfaat relaksasi pernafasan diantaranya adalah menurunkan ketegangan, mencegah gangguan pernafasan, klien akan merasa lebih nyaman sehingga akan mempercepat kesembuhan klien. Pentingnya pengelolaan cemas dengan relaksasi pernafasan ini akan menggugah dunia keperawatan untuk lebih memperhatikan betapa pentingnya kondisi psikologis klien yang sangnat besar pengaruhnya terhadap proses kesembuhan dan frekwensi kekambuhan. Dengan demikian dapat lebih meningkatkan pelayanan keperawatan secara komprehensif khususnya pada klien asma.

Tidak ada komentar: