29 Juni 2009

perbedaan efektifitas antara diapraghmatic breathing dan clapping terhadap saturasi oksigen arteri pada klien asma

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada sistem organ lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala-gejala serta gangguan yang relatif ringan sampai pneumonia berat (Price, 1995). Perilaku masyarakat dengan pola hidup yang kurang baik serta dampak dari perkembangan tehnologi dapat menimbulkan berbagai macam penyakit salah satu diantaranya adalah penyakit pada saluran pernafasan. Pada beberapa jenis penyakit paru apabila tidak mendapat penanganan yang adequat dapat menimbulkan penyakit pada tingkat yang lebih berat dan menjadi kronis, penyakit tersebut salah satunya adalah penyakit asma bronchiale. Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang di dunia mengidap asma, dan 225 ribu orang meninggal karena asma pada 2005. Hasil penelitian pada tahun sama menunjukkan, di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari 4,2% menjadi 5,4 % (Aditama, 2009). Sedangkan berdasarkan survei di berbagai rumah sakit, jumlah penderita asma di sejumlah propinsi seperti Bali (2,4%), Jawa Timur (7%), Jakarta untuk anak-anak (16,5%), Malang untuk anak-anak (22%), Jakarta Timur untuk dewasa (18,3%) dan Jakarta Pusat (7%) (Yunus, 2009). Perkembangan kasus gangguan pada sistem pernafasan khususnya Status Asmatikus di ruang Cendrawasih BP SUD Wangaya Denpasar, berdasarkan data-data yang didapat dari catatan medis bulan Oktober sampai dengan Desember 2009 dari 388 jumlah pasien yang dirawat terdapat 63 orang pasien (16,23%) dengan kasus gangguan pada sistem pernafasan yang terdiri dari PPOK 20 orang (31,74%), Asma Bronchiale 12 orang (19,04%), TB paru orang (19,04%), Pneumonia 6 orang (9,52%), Status Asmatikus 2 0rang (3,17%) dan Ca. Paru 1 orang (1,585%).
Asma dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas selama serangan akut. Gangguan ini dapat menimbulkan hipoksemia dari yang ringan sampai berat. Derajat arterial hypoxemia (hipoksemia arteri) berhubungan dengan beratnya obstruksi jalan napas (National Institute of Health, 2004). Salah satu indikator adanya hipoksemia adalah terjadinya penurunan saturasi oksigen. Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik. Penggunaan oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak (Brunner, Suddart, 2002). Klien dengan asma akut mempunyai potensi untuk terjadinya gangguan bersihan mukus dari jalan napas yang besar maupun kecil. Inflamasi bronkus dapat mengganggu transport mukosiliari dan kemungkinan menyebabkan retensi mukus (Samransamruajkit, 2003).
Salah satu metode non farmakologis untuk mengeluarkan sekresi mukus pada klien asma dan merupakan tindakan mandiri dari perawat adalah fisioterapi dada. Metode ini merupakan kelompok terapi yang didesain untuk meningkatkan efisiensi pernapasan, meningkatkan ekspansi paru, menguatkan otot-otot pernapasan dan mengeluarkan sekresi mukus dari sistem pernapasan (Smith, Joseph, F, 2003). Fisioterapi dada terdiri dari tehnik drainage postural, clapping (perkusi dada), vibrasi, diaphragmatic breathing (pernapasan diapragma) dan batuk efektif. Metode ini dapat membantu klien untuk bernapas lebih bebas dan memperoleh lebih banyak oksigen ke dalam tubuh (Smith, Joseph, F, 2003). Perawat melakukan clapping untuk membebaskan dan melepaskan sekresi mukus yang kental dari paru, bronkiolus dan bronkus pada klien penyakit paru obstruksi menahun termasuk asma di berbagai area perawatan termasuk unit perawatan kritis, rumah sakit, poliklinik, dan perawatan rumah. Diaphragmatic breathing diajarkan ke klien asma agar kerja otot diapragma menjadi efektif (Smith, Joseph, F, 2003). Kenyataan di lapangan menunjukkan tindakan-tindakan tersebut tidak diobservasi dengan oksimetri nadi sehingga tidak diketahui efektifitasnya terhadap saturasi oksigen arteri.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara diapraghmatic breathing dan clapping terhadap saturasi oksigen arteri pada pasien asma, mengingat tanggung jawab perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu memenuhi kebutuhan oksigenasi.






B. Perumusan Masalah
Dalam proposal ini penulis merumuskan masalah penelitian yaitu, apakah ada perbedaan efektifitas antara diapraghmatic breathing dan clapping terhadap saturasi oksigen arteri pada klien asma?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan efektifitas antara diapraghmatic breathing dan clapping terhadap hipoksemia pada klien asma di Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Wangaya
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui saturasi oksigen arteri sesudah tindakan diapraghmatic breathing dan clapping pada klien asma di Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Wangaya.
b. Membuktikan perbedaan efektifitas antara diapraghmatic breathing dan clapping (tehnik perkusi) terhadap saturasi oksigen arteri pada klien asma di Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Wangaya

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Klien
Pemahaman terhadap prosedur diapraghmatic breathing dan clapping (tehnik perkusi).
2. Bagi Rumah Sakit
Tersusunnya protap cara melakukan diapraghmatic breathing dan clapping (tehnik perkusi) pada klien asma.
3. Bagi Perawat
Menambah khasanah pengetahuan tentang perbedaan efektifitas antara diapraghmatic breathing dan clapping (tehnik perkusi) terhadap saturasi oksigen arteri pada klien asma dan dapat memilih metode yang efektif.

Tidak ada komentar: