2.3 Konsep Dasar TERAPI OKUPASI
Konsep dasar terapi okupasi membahas tentang pengertian, indikasi, fungsi, jenis, dan tahapan terapi okupasi serta tahapan terapi okupasi kelompok, selengkapnya dijabarkan dalam uraian berikut ini:
2.3.1 Pengertian Terapi Okupasi
Terapi okupasi merupakan salah satu bentuk psikoterapi suportif yang penting dilakukan untuk meningkatkan kesembuhan pasien (Buchain et al, 2003).
Terapi okupasi (Occupational terapy) merupakan suatu ilmu dan seni dalam mengarahkan partisipasi seseorang untuk melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan kemampuan dan mempermudah belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam tahap penyesuaian diri dengan lingkungan. Juga untuk meningkatkan derajat kesehatan (Budiman & Siahan, 2003).
Terapi okupasi adalah prosedur rehabilitasi yang di dalam aturan medis menggunakan aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif, rekreasional, edukasional, dan sosial serta industrial untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan atas fungsi fisik dan respon-respon mental pasien (Spackman dalam Djunaedi & Yitnarmuti, 2001)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan terapi okupasi, merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif, dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien.
2.3.2 Indikasi Terapi Okupasi
Menurut Djunaedi & Yitnarmuti (2001) indikasi untuk terapi okupasi adalah sebagai berikut:
(1) Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengintegrasikan perkembangan psikososialnya.
(2) Kelainan tingkah laku yang terlibat dalam kesulitannya berkomunikasi dengan orang lain.
(3) Tingkah laku yang tidak wajar dalam mengekspresikan perasaan atau kebutuhan yang primitif.
(4) Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi terhadap rangsangan tersebut tidak wajar.
(5) Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang mengalami kemunduran.
(6) Seseorang yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui aktivitas daripada percakapan.
(7) Seseorang yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara mempraktekannya daripada membayangkannya.
(8) Seseorang yang cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya.
2.3.3 Fungsi Terapi Okupasi
Menurut Djunaedi & Yitnarmuti (2001) fungsi terapi okupasi adalah sebagai berikut:
(1) Sebagai perlakuan psikiatri yang spesifik untuk membangun kesempatan-kesempatan demi hubungan yang lebih memuaskan, membantu pelepasan, atau sublimasi dorongan (drive) emosional, sebagai suatu alat diagnostik.
(2) Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan.
(3) Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
(4) Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
(5) Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang masih ada.
(6) Eksplorasi prevokasional untuk memastikan kemampuan fisik dan mental pasien, penyesuaian sosial, dan ketertarikan, kebiasaan-kebiasaan kerja, keterampilan, dan potensial untuk dipekerjakan.
(7) Sebagai suatu ukuran suportif dalam membantu pasien untuk menerima suatu periode kesembuhan atau masuk rumah sakit dalam jangka waktu yang lama.
(8) Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan.
2.3.4 Jenis Terapi Okupasi
Menurut Creek (2002) okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang biasa disebut dengan occupational performance yaitu, activity of daily living (perawatan diri), productivity (kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang). Bagaimanapun setiap individu yang hidup memerlukan ketiga komponen tersebut. Individu-individu tersebut perlu melakukan perawatan diri seperti aktivitas makan, mandi, berpakaian, berhias, dan sebagainya tanpa memerlukan bantuan dari orang lain. Individu juga perlu bekerja untuk bisa mempertahankan hidup dan mendapat kepuasan atau makna dalam hidupnya. Selain itu, penting juga dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi, dan pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-sela kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam terapi okupasi yang bertujuan mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makna atau arti hidup meski telah mengalami gangguan fisik atau mental. Jenis terapi okupasi menurut Rogers & Holm (2004) dan Creek (2002) yaitu:
(1) Aktivitas Sehari-hari (Activity of Daily Living)
Aktivitas yang dituju untuk merawat diri yang juga disebut Basic Activities of Daily Living atau Personal Activities of Daily Living terdiri dari: kebutuhan dasar fisik (makan, cara makan, kemampuan berpindah, merawat benda pribadi, tidur, buang air besar, mandi, dan menjaga kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan hidup (memasak, berpakaian, berbelanja, dan menjaga lingkungan hidup seseorang agar tetap sehat).
(2) Pekerjaan
Kerja adalah kegiatan produktif, baik dibayar atau tidak dibayar. Pekerjaan di mana seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya biasanya menjadi bagian penting dari identitas pribadi dan peran sosial, memberinya posisinya dalam masyarakat, dan rasa nilai sendiri sebagai anggota yang ikut berperan. Pekerjaan yang berbeda diberi nilai-nilai sosial yang berbeda pada masyarakat. Termasuk aktivitas yang diperlukan untuk dilibatkan pada pekerjaan yang menguntungkan/menghasilkan atau aktivitas sukarela seperti minat pekerjaan, mencari pekerjaan dan kemahiran, tampilan pekerjaan, persiapan pengunduran dan penyesuaian, partisipasi sukarela, relawan sukarela. Pekerjaan secara individu memiliki banyak fungsi yaitu pekerjaan memberikan orang peran utama dalam masyarakat dan posisi sosial, pekerjaan sebagai sarana dari mata pencaharian, memberikan struktur untuk pembagian waktu untuk kegiatan lain yang dapat direncanakan, dapat memberikan rasa tujuan hidup dan nilai hidup, dapat menjadi bagian penting dari identitas pribadi seseorang dan sumber harga diri, dapat menjadi forum untuk bertemu orang-orang dan membangun hubungan, dan dapat menjadi suatu kepentingan dan sumber kepuasan.
(3) Waktu Luang
Aktivitas mengisi waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu luang yang bermotivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta mengalihkan perhatian pasien. Aktivitas tidak wajib yang pada hakekatnya kebebasan beraktivitas. Adapun jenis-jenis aktivitas waktu luang seperti menjelajah waktu luang (mengidentifikasi minat, keterampilan, kesempatan, dan aktivitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi waktu luang (merencanakan dan berpatisipasi dalam aktivitas waktu luang yang sesuai, mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang lainnya, dan memperoleh, memakai, dan mengatur peralatan dan barang yang sesuai).
2.3.5 Tahapan Terapi Okupasi
Menurut Tirta & Putra (2008) dan Untari (2006). Adapun tahapan terapi okupasi, antara lain:
(1) Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi sangat menentukan bagi tahap-tahap berikutnya. Pada tahap awal ini mulai dibentuk hubungan kerjasama antara terapis dan pasien, yang kemudian akan dilanjutkan selama tahap terapi okupasi. Tahap ini juga disebut tahapan kognitif yang memfokuskan kemampuan pekerjaan yang berorientasi pada keterampilan kognitif.
Tahap evaluasi dibagi menjadi 2 langkah. Langkah pertama adalah profil pekerjaan (occupational profile) dimana terapis mengumpulkan informasi mengenai riwayat dan pengalaman pekerjaan pasien, pola hidup sehari-hari, minat, dan kebutuhannya. Dengan pendekatan “client-centered”, informasi tersebut dikumpulkan untuk dapat memahami apa yang penting dan sangat bermakna bagi pasien saat ini, apa yang ingin dan perlu dilakukannya, serta mengidentifikasi pengalaman dan minat sebelumnya yang mungkin akan membantu memahami persoalan dan masalah yang ada saat ini.
Langkah kedua adalah analisa tampilan pekerjaan (analysis of occupational performance). Tampilan pekerjaan yang dimaksud adalah kemampuan untuk melaksanakan aktivitas dalam kehidupan keseharian, yang meliputi aktivitas dasar hidup sehari-hari, pendidikan, bekerja, bermain, mengisi waktu luang, dan partisipasi sosial. Hal yang juga diperhatikan pada tahap awal atau kognitif ini adalah membangkitkan ide saat waktu luang pasien, mempelajari berapa banyak kemungkinan atau waktu yang dihabiskan, membandingkan beberapa kegiatan yang menyenangkan dibanding bekerja, mengatur waktu untuk hal yang menyenangkan (kebutuhan, pilihan, hambatan, dan minat), dan mengatur waktu diri sendiri. Keterampilan dasar yang diharapkan mendapatkan keterampilan, memproses keterampilan, menyalurkan keterampilan, dan ketegasan pasien.
(2) Tahap Intervensi
Tahap intervensi yang terbagi dalam 3 langkah, yaitu rencana intervensi, implementasi intervensi, dan peninjauan (review) intervensi. Rencana intervensi adalah sebuah rencana yang dibangun berdasar pada hasil tahap evaluasi dan menggambarkan pendekatan terapi okupasi serta jenis intervensi yang terpilih, guna mencapai target hasil akhir yang ditentukan oleh pasien. Rencana intervensi ini dibangun secara bersama-sama dengan pasien (termasuk pada beberapa kasus bisa bersama keluarga atau orang lain yang berpengaruh), dan berdasarkan tujuan serta prioritas pasien. Rencana intervensi yang telah tersusun kemudian dilaksanakan sebagai implementasi intervensi yang mana diartikan sebagai tahap keterampilan dalam mempengaruhi perubahan tampilan pekerjaan pasien, membimbing mengerjakan pekerjaan atau aktivitas untuk mendukung partisipasi. Langkah ini adalah tahap bersama antara pasien, ahli, dan asisten terapi okupasi.
Implementasi intervensi terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual maupun berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi, dan lain-lain. Metode individual bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan sekaligus untuk evaluasi pasien, pada pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu kelancaran suatu kelompok, dan pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif. Sedangkan metode kelompok dilakukan untuk pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hampir bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut. Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakukan dan kemampuan terapis mengawasi.
Sedangkan peninjauan intervensi diartikan sebagai suatu tahap berkelanjutan untuk mengevaluasi dan meninjau kembali rencana intervensi sebelumnya, efektivitas pelaksanaannya, sejauh mana perkembangan yang telah dicapai untuk menuju target hasil akhir. Bilamana dibutuhkan, pada langkah ini dapat dilakukan perubahan terhadap rencana intervensi.
(3) Tahap Hasil Akhir
Tahap terakhir pada terapi okupasi adalah hasil akhir (outcome). Hasil akhir disini diartikan sebagai dimensi penting dari kesehatan yang berhubungan dengan intervensi, termasuk kemampuan untuk berfungsi, persepsi kesehatan, dan kepuasaan dengan penuh perhatian. Pada tahap ini ditentukan apakah sudah berhasil mencapai target hasil akhir yang diinginkan atau tidak. Jadi hasil akhir dalam bentuk tampilan okupasi, kepuasaan pasien, kompetensi aturan, adaptasi, pencegahan, dan kualitas hidup.
2.3.6 Tahapan Terapi Okupasi Kelompok
Setiap akan melakukan terapi okupasi kelompok harus direncanakan dahulu. Terapis melakukan kontrak kepada kelompok. Terapis dan kelompok mempertimbangkan tempat, lokasi yang kondusif, alat, dan bahan yang harus disiapkan. Menurut Untari (2006) adapun tahapan aktivitas terapi okupasi kelompok, yaitu:
(1) Orientasi
Orientasi sangat membantu pasien untuk mengikuti kelompok terapi. Tujuan orientasi adalah meyakinkan bahwa pasien mempunyai orientasi yang baik tentang orang, tempat, dan waktu. Orientasi memerlukan waktu kurang lebih 5 menit. Aktivitas yang dilakukan selama tahapan orientasi adalah terapis melakukan orientasi kegiatan yang akan dilakukan oleh kelompok terapi.
(2) Tahap Pendahuluan (Introduction)
Tahap pendahuluan adalah tahap perkenalan baik dari terapis maupun pasien. Terapis memperkenalkan diri baru kemudian masing-masing pasien menyebutkan nama dan alamatnya. Cara yang biasa digunakan adalah dengan melemparkan balon yaitu pasien harus menyebutkan nama apabila mendapatkan bola yang telah dilempar. Setiap kali seorang pasien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua pasien untuk bertepuk tangan. Tahap pendahuluan memerlukan waktu 5-10 menit.
(3) Tahap pemanasan (Warm-up activities)
Setelah melakukan proses memperkenalkan diri, terapis mengajak pasien untuk aktivitas pemanasan (warm-up activities). Tahap ini memerlukan waktu 5-10 menit. Aktivitas yang digunakan adalah latihan fisik sederhana (simple physical exercise). Tujuannya adalah meningkatkan perhatian dan minat pasien melalui gerakan dasar tubuh dan agar pasien mampu mengikuti aturan atau instruksi sederhana seperti berputar, turunkan tangan, dan lain-lain.
(4) Tahap aktivitas terpilih (selected activities)
Tahap ini memerlukan waktu 10-20 menit. Mempertimbangkan kebutuhan kognitif, motorik, dan interaksi yang akan dikembangkan. Biasanya aktivitas yang dipilih adalah aktivitas dengan aturan sederhana dan aktivitas yang dilakukan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai melakukan terapi okupasi dengan baik dan mengajak anggota kelompok bertepuk tangan.
(5) Tahap Terminasi
Tahap ini menandakan bahwa terapi okupasi akan berakhir. Terapis dan pasien mengumpulkan material (alat-bahan) bersama-sama dan mengadakan diskusi kecil tentang jalannya proses terapi okupasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar