29 Juni 2009
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP TINGKAH LAKU KLIEN MENARIK DIRI DI BPK RSJ PROPINSI BALI DI BANGLI PENELITIAN QUASY-EXPERIM
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan suatu psikosa fungsional yang sering dijumpai sejak dahulu diperkirakan angka kejadiannya di seluruh dunia 0,2-0,8 % setahun, (W.F.Maramis,1998). Di Indonesia angka kejadian Skizoprenia sekitar 1 % atau diperkirakan sekitar 2 juta penduduk Indonesia mengidap Skizoprenia (Soejono dalam www.republika.co.id/koran_detail/18 Agustus 2007, jam 14.05 wita. Menurut data yang ada di Badan Pembina Kesehatan Jiwa msyarakat Propinsi Bali tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita Skizoprenia di Propinsi Bali sebanyak 5.147 orang atau 0,15 % penduduk Bali, sedangkan data di Badan Pelayanan khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali di Bangli tahun 2006 menyebutkan bahwa dari 2702 orang yang dirawat inap sebanyak 2602 orang atau 96,3 % didiagnosa Skizoprenia. Skizofrenia berasal dari kata Skizo artinya retak/pecah dan prenia berarti jiwa. Keretakan jiwa ini dibuktikan dengan adanya ketidakharmonisan antara pikiran, perasaan dan perbuatan dari seseorang penderita Skizofrenia. Gambaran gangguan jiwa Skizofrenia beraneka ragam,mulai dari gangguan alam pikir, perasaan dan prilaku yang mencolok sampai tersamar. Salah satu prilaku yang nampak pada klien Skizofrenia adalah gangguan hubungan sosial : manarik diri (Townsend 1998).
Hasil survei pendahuluan peneliti di BPK RSJ Propinsi Bali di Bangli pada klien yang masuk rumah sakit dirawat inap dengan tingkah laku menarik diri pada bulan Mei 2007 cukup banyak, dari 246 klien yang dirawat didapatkan 15,2% dirawat dengan gangguan proses pikir, 26,8 % dirawat dengan gangguan persepsi sensori, 23,9 % dengan tingkah laku menarik diri, 10,9 % dengan gangguan konsep diri 8,5 % dengan tingkah laku kekerasan, 11,2 % dengan dimensia, 4,1% dengan gangguan alam perasaan, 2,2 % dengan ketergantungan obat (Rekam Medik, 2007) angka klien dengan tingkah laku menarik diri cukup tinggi, hal ini tentunya perlu mendapatkan perhatian serta penanganan yang serius bagi semua pihak yang terkait khususnya para perawat yang ada di BPK Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali di Bangli sehingga klien mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan segera kembali kepada keluarga dengan kondisi yang sesuai tata nilai masyarakat.
Tingkah laku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain atau suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (Rawlins, 1993;336). Menarik diri terjadi apabila individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respons lingkungan yang negatif, kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan menghindar dari orang lain. Apabila tingkah laku tersebut tidak segera ditanggulangi dapat menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa yang elbih berat seperti munculnya halusinasi, risiko mencederai diri dan orang lain dan penurunan minat kebutuhan dasar psikologis.
Penatalaksanaan klien dengan tingkah laku menarik diri di Badan Pelayanan Khusus Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali di Bangli selama ini lebih menekankan pada medikasi antipsikotik berupa pemberian obat-obat psikofarmaka dalam perbaikan klinis. Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan Skizofrenia, penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Modalitas psikososial harus diintegrasikan secara cermat ke dalam regimen terapi obat. Sebagian besar klien Skizofrenia mendapat manfaat dari pemakaian kombinasi tersebut (Kaplan dan Sadock,1994;723). Seiring dengan perkembangan ilmu keperawatan jiwa, telah banyak dikembangkan berbagai terapi modalitas keperawatan, salah satunya adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) : Sosisalisai.
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK): Sosialisasi adalah suatu bentuk terapi yang meliputi sekelompok orang yang setiap kali mengadkan pertemuan rutin dengan seorang terapis yang memfokuskan pada kesadaran diri dan mengenal diri sendiri dalam memperbaiki hubungan interpersonal dan merubah tingkah laku (Stuart dan Sundeen,1995). Terapi ini diajarkan dan mempraktekkan kepada individu atau klien untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (Satu dan Satu), kelompok dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok, sehingga klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
Metoda/manajemen TAK belum dilaksanakan di semua ruangan, maka penulis ingin mengkaji efektifitas bahwa terapi aktifitas kelompok : Sosialisasi khususnya sangat bermanfaat bagi klien dengan tingkah laku menarik diri.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah Terapi Aktifitas Kelompok : Sosialisasi berpengaruh terhadap tingkah laku klien menarik diri?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari pengaruh TAK : Sosialisasi terhadap tingkah laku klien menarik diri
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkah laku menarik diri sebelum dilakukan TAK : Sosialisasi pada kelompok kontrol dan perlakuan.
2. Mengidentifikasi tingkah laku menarik diri setelah dilakukan TAK :Sosialisasi pada kelompok kontrol dan perlakuan.
3. Menganalisis pengaruh TAK Sosialisasi terhadap tingkah laku menarik diri.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Teoritis
Sebagai informasi untuk pengembangan ilmu keperawatan terutama mengidentifikasi pengaruh TAK : Sosialisasi terhadap tingkah laku klien menarik diri. Serta merupakan data pembanding untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.
1.4.2. Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat ditingkatkan pelaksanaannya dan dijadikan masukan bagi teman sejawat tentang pentingnya pemberian TAK : Sosialisasi sehingga mempercepat kesembuhan klien.
2. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman dan pengalaman kepada klien tentang cara melakukan Sosialisasi sehingga setelah pulang dari rumah sakit dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar