BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Perkembangan globalisasi dan
perubahan gaya hidup modern yang serba instan dan praktis, membuat orang malas
untuk menjalankan pola hidup sehat seperti pola makan yang buruk dan malas
berolah raga berdampak terhadap perubahan pola penyakit dalam masyarakat dari
penyakit infeksi sampai penyakit degeneratif. Dalam beberapa tahun terakhir ini
telah terjadi pegeseran pola penyakit yang terlihat dari peningkatan yang
sangat cepat pada berbagai penyakit tidak menular yang dirawat dirumah sakit
diantaranya adalah penyakit stroke. Peningkatan jumlah penderita stroke ini
identik dengan perubahan gaya hidup yaitu pola makan kaya lemak atau kolesterol
yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia (Yastroki, 2007).
Stroke merupakan salah satu
manifestasi neurologik yang umum dan mudah dikenal dari penyakit-penyakit
neurologi yang lain oleh karena timbulnya mendadak dalam waktu yang singkat
(Sidharta, 2005). Menurut Stroke Association tahun 2006, stroke adalah salah satu
penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap arteri utama menuju dan
berada di otak, stroke terjadi ketika pembuluh darah yang mengangkut oksigen
dan nutrisi menuju otak pecah atau terblokir oleh bekuan sehingga otak tidak
mendapat darah yang dibutuhkannya. Jika kejadian berlangsung lebih dari 10
detik akan menimbulkan kerusakan permanen otak (Feigin, 2006).
Setiap tahun, kurang lebih 15
juta orang di seluruh dunia terserang stroke. Di Amerika Serikat sekitar 5 juta
orang pernah mengalami stroke. Sedangkan di Inggris sekitar 250.000 orang.
Jumlah penderita stroke di Indonesia berdasarkan sensus kependudukan dan
demografi Indonesia (SKDI) tahun 2010 sebanyak 3600.000 setiap tahun dengan prevalensi
8,3 per 1.000 penduduk, sedangkan jumlah penderita stroke di Bali tahun 2010
sebanyak 23.000 orang (BPS, 2011). Data dari catatan rekam medik RSUD Gianyar didapatkan
jumlah pasien stroke yang dirawat pada
tahun 2008 sebanyak 200 orang terdiri dari stroke non hemorogik sebanyak
148 orang (74%) dan stroke hemorogik sebanyak 27 orang (26%), tahun 2009 pasien
stroke yang dirawat sebanyak 235 orang terdiri dari stroke non hemorogik sebanyak
188 orang (80%) dan stroke hemorogik sebanyak 47 orang (20%), tahun 2010 pasien
stroke yang dirawat sebanyak 487 orang terdiri dari stroke non hemorogik sebanyak
405 orang (83%) dan stroke hemorogik sebanyak 82 orang (17%). (Rekam Medik,
2011).
Stroke mungkin menampakkan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa gejala
disebut silent stroke), tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan. Gejala
stroke dapat bersifat fisik, psikologis, dan/atau perilaku. Gejala paling khas
adalah paralisis, kelemahan, hilangnya sensasi di wajah, lengan, atau tungkai
di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami (tanpa gangguan
pendengaran), kesulitan menelan, dan hilangnya sebagian di satu sisi. Hampir 80
% pasien mengalami penurunan parsial dan kekuatan lengan atau tungkai di salah
satu sisi tubuh (kelumpuhan parsial dan paralisis). Kemudian disusul 30 %
mengalami cacat sendi dan kontraktur dalam tahun pertama setelah stroke
(Valery, 2004).
Seorang pasien stroke mungkin
mengalami kelumpuhan tangan, kaki, dan muka, semuanya pada salah satu sisi.
Kelumpuhan tangan maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi
otot. Berkurangnya kontraksi otot disebabkan berkurangnya suplai darah ke otak
belakang dan otak tengah, sehingga dapat menghambat hantaran jaras-jaras utama
antara otak dan medula spinalis, dan secara total menyebabkan ketidakmampuan
sensorik motorik yang abnormal (Guyton & Hall, 1997). Berkurangnya suplai
darah pada pasien stroke salah satunya diakibatkan oleh arteriosklerosis.
Dinding pembuluh akan kehilangan elastisitas dan sulit berdistensi sehingga
digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak dapat meregang dengan baik. Menurunnya
elastisitas dinding pembuluh darah mengakibatkan terjadinya tahanan yang lebih
besar pada aliran darah (Potrer & Perry, 2005).
Penderita stroke perlu
penanganan yang baik untuk mencegah kecacatan fisik dan mental. Stroke pada
penderita dewasa akan berdampak menurunnya produktivitas dan bahkan akan
terjadi beban pada orang lain. Penderita stroke post serangan membutuhkan waktu
yang lama untuk memulihkan dan memperoleh fungsi penyesuaian diri secara
maksimal. Akibat buruk dapat saja terjadi cacat fisik, mental, ataupun sosial
untuk itu penderita stroke membutuhkan program rehabilitasi salah satunya mobilisasi
persendian yaitu dengan latihan range of motion (Sugiarto, 2004).
Range of motion (ROM)
adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Mobilisasi persendian
dengan latihan ROM merupakan salah satu bentuk rehabilitasi awal pada penderita
stroke. Melakukan mobilisasi persendian dengan latihan ROM dapat mencegah berbagai komplikasi seperti infeksi saluran
perkemihan, pneumonia aspirasi, nyeri karena tekanan, kontraktur,
tromboplebitis, dekubitas sehingga mobilisasi dini penting dilakukan secara rutin
dan kontinyu. Memberikan latihan ROM
secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot karena dapat menstimulasi motor
unit sehingga semakin banyak motor unit yang terlibat maka akan terjadi
peningkatan kekuatan otot (FKUI, 2000).
Pelaksanaan ROM harus
disesuaikan dengan kondisi pasien, untuk pasien stroke akibat trombosit dan
emboli jika tidak ada komplikasi lain dapat dimulai setelah 2-3 hari setelah
serangan dan bila terjadi perdarahan
subarachnoid dimulai setelah 2 minggu, pada trombosis atau emboli yang ada
infark miokard tanpa komplikasi yang lain dimulai setelah minggu ke 3 dan
apabila tidak terdapat aritmia mulai hari ke 10. Pelaksanaan dilakukan secara
rutin dengan waktu latihan antara 45 menit yang terbagi dalam tiga sesi dan tiap
sesi diberikan istirahat 5 menit namun apabila pasien terlihat lelah, ada
perubahan wajah dan ada peningkatan menonjol tiap latihan pada vital sign, maka
dengan segera harus dihentikan (Sodik, 2002)
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Lukas (2008) yang meneliti tentang
efektivitas mobilisasi persendian dengan latihan ROM aktif dan pasif
terhadap kekuatan otot lengan pada pasien paska stroke di ruang Wijaya Kusuma
RSU Dr. Soedono. Pelaksanaan mobilisasi persendian dengan latihan ROM aktif dan
pasif pada penelitian ini dimulai pada hari ke 2 dan dilaksanakan selama 2
minggu, dimulai dengan pelaksanaan
ROM pasif selama 6 hari sebanyak 2 kali
pagi dan sore hari setelah pelaksanan ROM pasif dilanjutkan dengan pelaksanaan
ROM aktif selama 6 hari sebayak 2 kali yaitu pagi dan sore hari. Hasil
penelitian ini menunjukkan ada perbedaan signifikan rerata selisih kekuatan
otot lengan sebelum dan setelah terapi pada kelompok intervensi (p =
0,020). Kelompok intervensi
memiliki rerata kekuatan otot lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Berdasarkan studi pendahuluan
yang peneliti lakukan pada bulan Agustus 2011. Mobilisasi stroke dengan latihan
ROM di RSUD Sanjiwani Gianyar dilaksanakan
oleh petugas fisioterapi. Aktivitas tersebut sebagian waktunya dilakukan pada shift
pagi, untuk shift sore dan malam sampai saat ini belum efektif, hal itu
berkaitan dengan faktor ketenagaan fisioterapi yang masih sedikit serta belum
tersedianya standar operasional prosedur (SOP) tentang mobilisasi pasien stroke
dengan latihan ROM sehingga pelaksanaan mobilisasi oleh perawat jarang
dilaksanakan.
Berdasarkan study pendahuluan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada pasien stroke non hemorogik di Ruang Sahadewa RSUD
Sanjiwani Gianyar.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut, “Apakah ada pengaruh Range Of
Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada
pasien pasca stroke non hemorogik di Ruang Sahadewa RSUD
Sanjiwani Gianyar.”.
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan Umum :
Mengetahui pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada pasien pasca stroke non hemorogik di Ruang Sahadewa RSUD
Sanjiwani Gianyar.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah sebelum dilakukan Range Of Motion (ROM) pada pasien pasca stroke non
hemorogik di Ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani Gianyar
b. Mengidentifikasi kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah setelah dilakukan Range Of Motion (ROM) pada pasien pasca stroke non
hemorogik di Ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani Gianyar
c.
Menganalisis
pengaruh Range Of Motion
(ROM) terhadap kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien pasca stroke non hemorogik di Ruang Sahadewa RSUD
Sanjiwani Gianyar
d.
Menganalisis
pengaruh Range Of Motion
(ROM) terhadap kekuatan otot ekstremitas bawah pada pasien pasca stroke non hemorogik di Ruang Sahadewa RSUD
Sanjiwani Gianyar
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Bagi dunia keperawatan, agar dapat menambah
pengetahuan tentang pengaruh
Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot
pada pasien pasca stroke non hemorogik.
2. Manfaat Praktis
a.
Bagi
Peneliti
Menambah
wawasan dan pengetahuan dalam tindakan keperawatan terutama pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan
otot pada pasien pasca stroke non hemorogik.
b.
Bagi
Pasien dan Keluarga
Menambah pengetahuan dan sangat bermanfaat
bagi pasien dan keluarga. Range
Of Motion (ROM) harus dilakukan
di rumah oleh keluarga untuk mempercepat proses penyembuhan pasien pasca stroke non hemorogik.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai stroke
yang pernah di teliti adalah penelitian
yang dilakukan oleh Lukas (2009) yang meneliti tentang efektivitas mobilisasi aktif dan pasif
terhadap kekuatan otot lengan pada Pasien
Paska Stroke di Ruang Wijaya Kusuma RSU Dr.
Soedono. Jenis penelitian ini
adalah pra eksperimen dengan menggunakan rancangan pre test and post test group design. adapun hasil penelitian yang
didapatkan hasil yang signifikan dengan p<0,5 (p =0,020). Perbedaan dengan
penelitian ini adalah penelitian yang akan peneliti lakukan meneliti kekuatan
otot ekstremitas atas dan bawah sedangkan penelitian oleh Lucas meneliti
kekuatan otat lengan, perbedaan yang lain adalah tempat dan waktu penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar