11 Januari 2012

Pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum di RSUD Wangaya.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Sarwono, 2002). Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas yaitu terjadi pengerutan pada uterus yang merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Uterus mengalami perubahan paling besar pada akhir persalinan kala tiga, ukuran uterus kira-kira sebesar pada saat kehamilan 20 minggu dan beratnya 1000 gr, dan ukuran ini cepat mengecil sehingga pada akhir minggu pertama masa nifas beratnya kira-kira 500 gr. Involusio ini dapat dibuktikan oleh fakta bahwa pada pemeriksaan abdomen yaitu pada hari ke 12 uterus tidak teraba lagi, setelah itu involusio berlangsung lebih lambat (Williams,2006).
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil (Varney, 2003). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi involusi uterus antara lain senam nifas, mobilitas dini ibu post partum, inisiasi menyusu dini, gizi, psikologis dan faktor usia serta faktor paritas (Sarwono, 2002).
Setelah persalinan, tubuh seorang ibu akan memasuki masa pemulihannya dan perlahan kembali ke kondisi semula. Tindakan tirah baring dan senam nifas membantu proses fisiologis ini secara perlahan (Brayshaw, 2008). Umumnya yang menjadi perhatian ibu selama masa nifas adalah bagaimana memulihkan bentuk tubuh dan dinding perut seperti sediakala (Mochtar, 1999).
Senam nifas merupakan bentuk ambulasi dini pada ibu-ibu nifas yang salah satu tujuannya untuk memperlancar proses involusi, sedangkan ketidaklancaran proses involusi dapat berakibat buruk pada ibu nifas seperti terjadi pendarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses involusi. (Huliana, 2005). Manfaat senam nifas diantaranya adalah membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagia-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan, serta mencegah perlemahan dan peregangan lebih lanjut. Latihan senam nifas dapat segera dimulai dalam waktu 24 jam setelah melahirkan lalu secara teratur setiap hari. (Bobak, 2005).
Hasil penelitian Larson dan kawan-kawan pada tahun 2002 yang melakukan survey secara acak tentang efek senam nifas bagi ibu nifas pada 1003 wanita Amerika mengaku setelah mengikuti program senam nifas dengan latihan yang teratur mengalami pengerutan pada rahim yang lebih kuat, selain itu juga mengalami penurunan pada berat badan selama enam minggu setelah melahirkan. Dan dalam studi dari 1432 ibu nifas di Swedia yang melakukan senam nifas ditemukan bahwa mayoritas 71 % wanita tersebut mengalami metabolisme tubuh yang lancar, dan pemulihan fisik yang lebih cepat (Larson, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Tambunan (2008) tentang pengaruh ambulasi dini terhadap involusi uterus di Klinik Bersalin Hadijah Medan Tahun 2009 didapatkan hasil pada kelompok intervensi sebelum dilakukan senam nifas rata-rata TFU adalah 19,37 cm dengan standar deviasi 1,33 cm. Setelah dilakukan senam nifas diperoleh rata-rata TFU adalah 8,11 cm dengan standar deviasi 1,13 cm. Nilai rata-rata perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 11,25 cm dengan standar deviasi 0,66 cm. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada TFU sebelum dan setelah dilakukan senam nifas (nilai p = 0,000).
Di RSUD Wangaya sejak tahun 2004, senam nifas telah dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam program Gerakan Sayang Ibu. Namun kenyataan yang didapatkan dilapangan senam nifas mulai jarang dilaksanakan. Berdasarkan catatan medik RSUD Sanjiwani Gianyar tahun 2008 pelaksanaan senam nifas diikuti oleh 442 orang (49,71%) dari 916 orang ibu nifas, tahun 2009 diikuti oleh 282 orang (34,26%) dari 823 orang ibu nifas dan pada tahun 2010 pelaksanaan senam nifas hanya diikuti oleh 86 orang (10,11%) dari 850 ibu nifas. Senam nifas jarang dilakukan dapat disebabkan karena ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan, takut jahitan lepas, masih sakit pada luka perineum serta adanya kepercayaan yang selama ini berkembang dan dinyakini oleh masyarakat yaitu bila belum genap 42 hari setelah melahirkan ibu tidak diperbolehkan melakukan aktivitas.
Menurut Salamah (2006) umumnya para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan, sang ibu khawatir gerakan-gerakan yang akan dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak di inginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya proses involusi uterus (kembali rahim ke bentuk semula). Sedangkan Menurut Dedeh (2008) umumnya wanita yang habis melahirkan kerap mengeluhkan bentuknya yang melar, belum lagi kondisi tubuhnya yang kurang prima lantaran letih dan tegang. Sementara peredaran darah dan pernapasan belum kembali normal, hingga untuk membantu mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula harus melakukan senam nifas yang teratur.
Berdasarkan yang peneliti lakukan di ruang Poli Klinik kebidanan RSUD Wangaya pada bulan Juni 2011 dari 10 ibu post partum hari ke tujuh didapatkan hasil sabagai berikut : 7 ibu post partum yang melakukan senam nifas didapatkan hasil rata-rata Tinggi Fundus Uteri (TFU) adalah 3 jari di atas simpisis pubis, sedangkan 3 ibu post partum yang tidak melakukan senam nifas didapatkan hasil rata-rata TFU adalah 4 jari di atas simpisis pubis. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang ”Pengaruh senam nifas terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum di RSUD Wangaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah inisiasi menyusu dini efektif terhadap involusi uterus pada ibu post partum multipara di RSUD Sanjiwani Gianyar?.
C. Tujuan Penelitian
1. Umum
Untuk mengetahui Pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum di RSUD Wangaya.

2. Khusus
a. Untuk mengidentifikasi involusi uterus sebelum melakukan pelaksanaan senam nifas pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak melaksanakan senam nifas.
b. Untuk mengidentifikasi involusi uterus setelah melakukan pelaksanaan senam nifas pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak melaksanakan senam nifas.
c. Menganalisis involusi uterus sebelum dan setelah melakukan pelaksanaan senam nifas pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak melaksanakan senam nifas.
d. Membandingkan pengaruh senam nifas terhadap involusi uteri pada responden yang melakukan senam nifas (kelompok perlakuan) dan responden yang tidak melakukan senam nifas (kelompok kontrol).

D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah kasanah ilmu keperawatan maternitas dan menambah kepustakaan atau literatur tentang pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan teori selanjutnya serta dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya tentang senam nifas.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit, Bidan Praktek Swasta, Klinik Bersalin dan khususnya RSUD Sanjiwani Gianyar dalam penerapan senam nifas untuk mempercepat involusi uterus.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum belum pernah dilakukan sebelumnya di RSUD Wangaya, sehingga keaslian dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Adapun penelitian yang sudah pernah dilakukan dan sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sendra (2009) yang meneliti tentang hubungan antara IMD dengan involusi uterus di RSIA Aura Syifa Kabupaten Kediri. Hal yang membedakan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah Variabel bebas dimana pada penelitian oleh Sendra adalah IMD sedangkan pada penelitian ini adalah senam nifas, pengukuran TFU mengunakan ukuran jari, dan yang dipakai patokan adalah hari ke 10. Sedangkan pada penelitian ini pengukuran TFU menggunakan pita ukur dengan skala cm (centimeter) dan dihitung pada hari ke 7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar