30 Oktober 2010

LAPORAN PENDAHULUAN PTERIGIUM

A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Pteregium merupakan pertumbuhan jaringan ikat pada fibrovaskuler konjungtiva bulbar intrapalpebra dengan ektensi ke kornea yang bersifat degeneratif. Pteregium berbentuk segi tiga dengan puncaknya di bagian sentral kornea dan dasarnya di bagian perifer kornea, biasanya terletak di celah kelopak mata bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea.
2. Etiologi
- Tidak jelas diduga merupakan sutu neoplasma radang dan degenerasi.
- Iritasi korronis oleh suatu debu,sinar ultra violet( cahaya matahari ) dan angin
(udara panas ) yang mengenai kongtungtiva bulbi.
3. Patogenesis
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadang-kadang berubah menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea menarik dan pada daerah ini membran bauman menghilang. Terdapat degenerasi stauma yang berfoliferasi sebagai jaringan granulasi yang penuh pembulih darah. Degenerasi ini menekan kedalam kornea serta merusak membran bauman dan stoma kornea bagian atas.
4. Tanda dan gejala
- Mata irritatatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmatisme
- Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea (Zona Optic)
- Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan garis besi yang terletak di ujung pteregium.
5. Terapi dan Perawatan
-Tidak ada pengobatan yang spesifik
-Pembedahan :
Pengangkatan secara bedah transplantasi kornea,ketebalan parsial diperlukan bila pteregium menarik sumbu pandangan dan mengganggu kenyamanan. 30 – 50 % pasien pteregium kambuh lagi setelah pembedahan
-Bersifat rekuren
- Operasi dilakukan bila terjadi kemunduran tajam penglihatan atau gangguan kosmetik (Estetika)
- Bila meradang dapat diberikan steroid atau obat tetes mata dekongestan
- Pada keadaan residif (kemungkinan tumbuh kembali) dapat dilakukan (Beta) (stronsium - 90), atau eksterpasi danpenyinaran sinar transplantasi mukosa mulut. Radiasi Beta pasca operasi menurunkan angka kekambuhan namun bukannya tanpa komplikasi
- Tetes mata Mitomycin (Bahan anti metabolik) efektif mencegah kekambuhan. Mitomycin C adalah bahan anti myoplastik yang mempunyai efek samping seperti infalamasi, photo phobia, pengeluaran air mata dan nyeri.
- Perawatan yang penting lindungi mata dari sinar matahari langsung, debu atau udara panas. Gunakan juga kaca mata pelidung untuk menghindari pajanan sinar matahari debu dan udara.

B. ASUHAN KEPERAWATAN.
1. Data Demografi
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dst.
2. PolaFungsional
a.Persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan
•Keluhan Utama : Penglihatan kabur
•Riwayat penyakit :
-Sejak kapan dirasakan, sudah berapa lama
- Gambaran gejala apa yang dialami, apa yang memperburuk atau memperbaiki?
-apa yang dilakukan untuk menyembuhkan gejala.
•Penggunaan obat sekarang :
• Riwayat penyakit dahulu : Riwayat trauma pada mata
• Riwayat penyakit keluarga : Keluarga yang pernah menderita
b.Pola aktivitas: Aktivitas sedikit terganggu
c.Pola kognitif – Konseptual
-Terjadi kemunduran tajam penglihatan, pandangan kabur
-Pemeriksaan Fisik mata :
•Konjungtiva
• Visus
3. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul
Preoperasi
1. Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori akibat pterigium.
Intervensi:
- Tentukan ketajaman mata klien, catat apakah satu / dua mata yang gejala terlibat.
-Orientasikan klien pada lingkungan sekitar
-Letakkan barang yang dibutuhkan klien di dekatnya
- Libatkan klien dan orang lain dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur invasive (bedah) yang akan dilaksanakan.
Intervensi:
-Kaji tingkat ansietas
-Beri penjelasan tentang prosedur operasi yang akan dilaksanakan
- Beri dukungan moril berupa doa dan motivasi untuk klien
Post operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap operasi transplantasi kornea
-Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien
-Ajarkan kepada klien metode distraksi / relaksasi
-Ciptakan tempat tidur yang nyaman
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik
2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur (invasif) bedah.
Intervensi:
-Pantau balutan setiap 2 - 4 jam
- Diskusikan dengan klien tentang pentingnya mencuci tangan sebelum mengobati
-Gunakan tehnik aseptik dalam perawatan post operatif
- Beri obat-obatan sesuai indikasi seperti obat tetes mata.
3. Resiko terhadap injury (cidera) yang berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan.
Intervensi:
-Kaji ketajaman penglihatan
- Rencanakan semua perawatan denagn klien, jelaskan rutinitas setiap hari
-Pertahankan barang-barang klien ditempat yang sama
-Bantu dalam beraktivitas sesuai dengan kebutuhan
-Anjurkan untuk menggunakan alat bantu misal tongkat
- Pertahankan penutup mata untuk meningkatkan perlindungan
4. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post operasi.
Intervensi:
-Tentukan ketajaman penglihatan
-Orientasikan klien pada lingkungan, staf, orang lain di sekitar
- Letakkan barang yang sering diperlukan dalam jangkauan sisi yang tidak dioperasi
- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi nutrisi yang bergizi, misalnya buah-buahan yang berwarna kuning, seperti pepaya, wortel dan lain-lain
- Berikan obat-obatan sesuai terapi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
Intervensi:
- Berikan penguatan kewaspadaan secara berhati-hati berhubungan dengan penempatan perabot rumah tangga dan lain-lain
- Berikan penjelasan mengenai kondisi penyakit, proses sebelumnya dan sesudah dilakukan pembedahan
- Jelaskan dan ajarkan perawatan secara teratur di pelayanan kesehatan terdekat
- Libatkan orang terdekat klien dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari.











DAFTAR PUSTAKA
Bahan kuliah Medikal Bedah I, Banjarbaru
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta
Reeves, Charlene J —- (ET…al). 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit: Salemba Medika, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar