25 Desember 2009

hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien angina pektoris.

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler saat ini menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga yang dilakukan secara berkala oleh Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskuler memberikan kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh sebab kematian pada tahun 1993 dan meningkat menjadi 24,4% pada tahun 1998 (Kalim,2004) Sejalan dengan Kalim, 2004 federasi jantung sedunia (World Heart Federation / WHF ) memperkirakan penyakit kardiovaskuler akan menjadi penyebab utama kematian di Asia pada tahun 2010.
Sesuai dengan pendapat WHF, Rilantono ( 1999 ) menyatakan diantara penyakit kardiovaskuler angina pektoris adalah salah satu penyakit jantung yang sering menimbulkan kematian mendadak. Penderita Angina pektoris sering disertai kecemasan dan serangan angina merupakan stresor yang menyebabkan klien merasa takut mati. Serangan angina merupakan stresor atau suatu ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kapasitas untuk melakukan kehidupan sehari-hari (Stuart & Sundeen,1998).
Kecemasan pada penderita angina pektoris perlu mendapat perhatian serius karena kecemasan berdampak pada proses penyembuhan pasien. Kecemasan akan meningkatkan pelepasan efinefrin yang berakibat pada kontriksi vaskuler pada arteri koronaria sehingga akan menambah beban jantung untuk mensuplai darah ke miokard. Kecemasan merangsang pelepasan Renin angiotensin, aldosteron dan cortisol yang mengakibatkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah sehingga mengurangi suplai darah ke miokard. Kecemasan dapat merangsang melalui serangkaian aksi yang diperantarai oleh HPA-axis (Hipotalamus, Pituitari dan Adrenal). Stress akan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan produksi CRF (Corticotropin Releasing Factor). CRF ini selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitari anterior untuk meningkatkan produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormon. Hormon ini yang akan merangsang kortek adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol inilah yang selanjutnya akan menekan sistem imun tubuh sehingga memperberat kondisi klien (Guyton & Hall. 1999 )
Dari pengamatan dan wawancara dengan pasien di Ruang ICCU RSUP Sanglah banyak ditemui fenomena pasien angina pektoris yang mengalami kecemasan. Kecemasan tersebut bervariasi dari kecemasan ringan sampai kecemasan berat. Kecemasan yang dialami pasien mempunyai beberapa alasan diantaranya : cemas akibat nyeri, cemas akibat kondisi penyakitnya, cemas jika penyakitnya tidak bisa sembuh, cemas dan takut akan kematian, cemas dengan ruang perawatan yang terdapat bermacam-macam alat yang mengelilinginya dan cemas di ruangan tanpa didampingi keluarga. Terkadang kecemasan dapat terlihat dalam bentuk lain, seperti sering bertanya tentang penyakitnya berulang-ulang meskipun sudah dijawab, sulit tidur dan tidak bergaerah saat makan.
Insiden penyakit jantung khususnya angina pektoris di Ruang ICCU RSUP Sanglah dari tahun ketahun sangat bervariasi seperti ditampilkan pada tabel :


Tabel 1 Jumlah pasien Angina Pektoris di Ruang ICCU RSUP Sanglah tahun 2006 s/d tahun 2008

No Tahun Jumlah pasien
1 2006 185 orang
2 2007 217 orang
3 2008 225 orang
Sumber : Catatan medis ruang ICCU RSUP Sanglah

Meningkatnya jumlah pasien angina pektoris dari tahun ke tahun memungkinkan meningkatnya jumlah pasien yang mengalami kecemasan.
Peran perawat sangat penting dalam upaya penanggulangan kecemasan dan berupaya agar pasien tidak merasa cemas melalui asuhan keperawatan komprehensif secara biopsikososialspiritual. Penanganan kecemasan selain dilakukan oleh perawat juga dilakukan oleh dokter dengan farmakoterapi seperti pemberian obat Diazepam 5 mg dapat diberikan sampai tiga kali sehari. Pemberian asuhan keperawatan dan terapi saja ternyata tidak cukup, tetapi peran keluarga untuk memberikan dukungan sosial merupakan kunci utama. Kuntjoro (2002) memberi contoh nyata yang paling sering kita lihat dan alami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat dirumah sakit, maka sanak saudara ataupun teman-teman biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial.
Dukungan sosial ( Social support ) didefinisikan oleh Gottlieb (dalam Kuntjoro 2002) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (dalam Kuntjoro 2002) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan menghargai dan menyayangi kita. Dalam hal ini pasien dengan angina pektoris yang memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapatkan saran atau kesan yang menyenangkan Kurangnya perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial dapat menimbulkan konflik atau keguncangan atau kecemasan sehingga mempengaruhi proses penyembuhan pasien dan juga mempengaruhi lamanya pengobatan.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dukungan sosial terhadap pasien angina pektoris sangat diperlukan dalam menjalani perawatan di ruang intensif. Dukungan sosial sangat diperlukan dalam mengatasi berbagai masalah psikologis yang terjadi. Jika dukungan sosial terhadap pasien angina pektoris sesuai dengan harapan maka permasalahan psikologis seperti halnya kecemasan akan dapat dikurangi atau dicegah. Untuk meyakinkan hal tersebut dibutuhkan penelitian untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada pasien angina pektoris yang dirawat di ruang ICCU RSUP Sanglah

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut :
“ Apakah ada Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Angina Pektoris di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien angina pektoris.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi dukungan sosial keluarga terhadap pasien angina pektoris di ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar.
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien angina pektoris di ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar.
c. Menganalisis hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien angina pektoris diruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis.
Manfaat secara teoritis dari penelitian ini yaitu dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan kardiovaskuler khususnya pada masalah hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien angina pektoris dan dapat digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya dengan lebih sempurna.
2. Manfaat Secara Praktis
Dengan mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien angina pektoris maka dapat dilaksanakan suatu penanganan terhadap respon pasien tersebut dalam memberikan KIE ( komonikasi, informasi, edukasi ) sehingga proses penyembuhan pasien berjalan dengan optimal. Dalam hal ini dukungan sosial juga dapat diberikan oleh keluarga pasien untuk mendampinginya pada saat-saat tertentu dengan tetap memperhatikan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar