02 Agustus 2009

Bagaimanakah gambaran status gizi anak pra sekolah

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan penurunan daya beli dan konsumsi pangan sehingga mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Laporan yang diterima dari beberapa daerah tingkat II dan Rumah Sakit menunjukkan telah terjadi perubahan kuantitas maupun kualitas pola konsumsi dan munculnya kasus Kwashiorkor dan Marasmus akibat kurang pangan yang memerlukan perawatan intensif di Puskesmas perawatan maupun Rumah Sakit (Dep Kes RI, 2008 ).
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspek ekonomi, sosial-budaya, dan sebagainya. Kasus gizi buruk pada anak balita yang meningkat akhir-akhir ini di Indonesia telah menyadarkan pemegang kebijakan untuk melihat lebih jelas bahwa anak balita sebagai sumber daya untuk masa depan ternyata mempunyai masalah yang sangat besar. Faktor penyebab kurang gizi, pertama makanan yang kurang dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Kedua, ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, ketiga faktor tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan keluarga (Dep Kes RI, 2008 ).
Anak balita sangat memerlukan asupan gizi yang lebih tinggi untuk setiap kilogram berat badannya. Karena kekurangan gizi pada balita akan menghambat pertumbuhan jasmaninya, secara fisik maupun perkembangan otak.

Data UNICEF pada 1999 menunjukkan, 10-12 juta (50%-69,7%) anak balita di Indonesia (4 juta di antaranya di bawah satu tahun) berstatus gizi sangat buruk hingga mengakibatkan kematian, malnutrisi berkelanjutan. Meningkatnya angka kematian anak setiap tahun diperkirakan sebanyak 7% anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa) meninggal. Hal ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian pada satu anak balita dan 170.000 anak (60%) di antaranya akibat gizi buruk. Dari seluruh anak usia 4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperempatnya sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Dep Kes RI, 2007 ). Di Propinsi Bali Akibat krisis status gizi balita secara umum meningkat ditunjukkan dari Kekurangan Energi Protein ( KEP ) pada kelompok usia 6 – 23 bulan meningkat dari 5,3 % pada tahun 1999 menjadi 7,1 % tahun 2001 (Bali Post, 2007).
Munculnya status gizi buruk akhir-akhir ini, selain disebabkan oleh berkurangnya konsumsi pangan sebagai dampak melemahnya daya beli masyarakat dan mutu gizi yang dimakan keluarga dan masyarakat, ternyata masih ditemukan penyebab lain yang cukup mengagetkan. Masih banyak warga masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan tentang pentingnya pemeliharaan gizi sejak masa balita. Disamping itu, masyarakat belum sepenuhnya diberdayakan secara luas untuk ikut aktif terlibat dalam program pangan dan gizi (Dep Kes RI, 2008 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar